11. Ungkapan Perasaan

4.1K 294 65
                                    

Vote terlebih dulu 🙏


📚 HAPPY READING 📚

بِسْمِ للّٰهِ لرَّحْمَنِ لرَّحيْمِ•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

بِسْمِ للّٰهِ لرَّحْمَنِ لرَّحيْمِ

•••

"Semahal apa pun harga sebuah bantal, tak akan mampu menggantikan nyaman dan tenangnya bahu seorang suami untuk bersandar."

🍁

Malam begitu tenang mengiringi keindahan suasana puncak, sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam, sesekali suara burung malam terbang penuh harapan.

Udara terasa dingin menyegarkan. Langit cerah dihiasi bintang-bintang bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan. Nyamuk juga tidak mau kalah, terbang kesana kemari berhamburan mencari hamparan kulit untuk mengobati kehausan.

Gesekan tangan pada lengan yang berbalut dengan baju tidur menghasilkan sedikit kehangatan pada tubuh Safwa. Bibirnya tak berhenti menghembuskan nafas dan mengeluarkan asap putih, menandakan karbondioksida bertemu dengan udara dingin diluar tubuh. Inilah yang disebut sebagai proses pengembunan atau kondensasi.

"Ternyata kamu disini."

Safwa menoleh. Ia tersenyum tipis ketika melihat Albizar berjalan menghampirinya ke balkon. Lelaki itu ikut menatap gemerlap lampu kota yang berada jauh dari tempatnya saat ini.

"Nyariin, ya, Mas?" tanya Safwa menaik turunkan alisnya menggoda Albizar.

"Iyalah, kalau istriku hilang digondol wewe gimana?" balas Albizar tertawa.

Safwa memelotot mendengar ucapan Albizar. "Amit-amit, deh, Mas."

"Bercanda doang," balas Albizar seraya mencubit hidung Safwa.

"Ikut aku, yuk!" Albizar melanjutkan ucapannya.

"Ke mana?"

"Ke suatu tempat pokoknya," jeda Albizar. "Tapi, harus tutup mata dulu," lanjutnya.

Safwa terkekeh. "Ngapain tutup mata segala?"

"Ya, biar surprise, dong."

"Mas, nggak lagi mau berbuat yang aneh-aneh, kan?" selidik Safwa.

"Kapan-kapan aku ruqyah kamu, deh, biar nggak suudzon mulu," ujar Albizar menggelengkan kepalanya.

"Hehehe ... maaf, Mas." Safwa menggaruk tengkuknya.

"Aku tutup dulu matanya," seru Albizar mengaitkan kain penutup pada mata Safwa. Kemudian, berjalan menuntun Safwa keluar dari kamar villa.

"Kita naik tangga?" tanya Safwa ketika kakinya merasa menaiki undakan demi undakan.

KALAM RINDU "Untuk Safwa" [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang