20. Lidah Tak Bertulang

2.2K 190 18
                                    

Vote terlebih dahulu 🙏


📚 HAPPY READING 📚

Vote terlebih dahulu 🙏••📚 HAPPY READING 📚••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

•••

"Berpikir dahulu sebelum kamu mengucapkan apa yang ada di pikiran. Kata-kata yang keluar dari mulutmu bisa saja menyakiti orang lain."

🍁

Albizar memijit pelipisnya. Dirinya benar-benar tidak fokus mengajar beberapa hari ini. Semenjak kejadian beberapa waktu lalu, dirinya masih terus berusaha mencari pelaku pengirim kado itu. Ia juga telah meminta bantuan kepada Farhan untuk mencari tahu.

"Zar," panggil Zulfa menyadarkan lamunan lelaki itu.

"Iya?"

"Aku perhatiin beberapa hari ini kamu sering ngelamun. Ada masalah, ya?" tanya Zulfa mengambil duduk di kursi depan Albizar yang terpisah dengan meja.

Saat ini keduanya sedang ada di dalam ruang guru. Hanya ada mereka dan satu orang ustazah duduk di dekat pintu yang ada di dalam ruangan ini, sedangkan sisanya masih mengajar.

Albizar menghela napasnya. Enggan untuk menjawab pertanyaan dari Zulfa.

"Masih soal nyari pelaku pengirim foto itu, ya?"

Albizar melirik sekilas, kemudian mengangguk sebagai jawaban.

"Aku minta maaf sebelumnya, bukan maksud buat ikut campur dalam masalah rumah tangga kamu. Tapi ... kamu mikir nggak, sih, kenapa kamu dikirimin foto kayak gitu?"

Albizar mengerutkan keningnya. Sama sekali tidak paham dengan yang di maksud oleh Zulfa.

"Makanya itu, kan, aku cari pelakunya biar tahu kenapa dia ngirim foto kayak gitu?"

Zulfa menggeleng. "Bukan itu ... maksud aku nggak mungkin, kan, orang itu tiba-tiba punya ide buat kirimin foto editan Safwa yang lagi telanjang. Ya, mungkin aja dulu Safwa itu juga pernah foto git-"

BRAKK.

Zulfa terkejut saat Albizar tiba-tiba menggebrak meja di hadapannya. Albizar menatap tajam Zulfa, tangannya mengepal dengan kuku-kuku jari yang terlihat memutih.

"Apa maksud kamu?" tanyanya dengan nada dingin.

"Nggak-em-ma-maksud aku-"

"JAWAB!" bentak Albizar menciutkan nyali Zulfa.

"Zar," lirih Zulfa menangis.

"Aku nggak suka, ya, Fa, kamu ngomong kayak gitu tentang istriku. Apa hak mu? Dan, tahu apa kamu tentang Safwa, ha?"

KALAM RINDU "Untuk Safwa" [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang