10. Puncak Rembangan

4.1K 321 66
                                    

Vote terlebih dulu 🙏


📚 HAPPY READING 📚


بِسْمِ للّٰهِ لرَّحْمَنِ لرَّحيْمِ

•••

"Pernikahan seperti mosaik yang kita buat dengan pasangan kita, jutaan momen kecil yang menjadi kisah cinta."


🍁

Suara wajan dan spatula yang beradu di dalam penggorengan membuat dapur di pagi ini menjadi riuh. Matahari masih enggan menampakkan diri, tetapi Safwa sudah bergelut di dapur dengan celemek yang melekat pada tubuhnya.

Aroma masakan membuat Albizar seolah terpanggil. Ia berjalan sedikit terseok-seok menuju dapur, menuruni satu persatu undakan tangga dengan memegangi kakinya yang terasa nyeri.

Ini semua terjadi sepulang dari musala tadi malam. Niatnya yang ingin bermesraan dengan Safwa malah berakhir dengan kesialan yang menimpa dirinya. Tulang keringnya ditendang oleh Safwa, dan lebih malangnya lagi Albizar jatuh terpeleset hingga membuat kakinya terkilir.

"Mas, ihh ...," teriak Safwa malam tadi, saat mendengar Albizar menggodanya beberapa kali.

"Kenapa? mau langsung ke kamar?"

DUG.

Tanpa rasa berdosa, Safwa menendang kaki Albizar hingga mengenai tulang keringnya. Albizar meringis, ia benar-benar ingin ikut menendang Safwa saat itu juga. Namun, istrinya itu sangat menggemaskan, hingga tak mungkin ia mampu melukainya.

"Saf,"

"Enggak!" Safwa mendorong Albizar menjauh dari dirinya. Namun, sialnya Albizar malah oleng dan jatuh terpeleset.

"MAS!" tegur Safwa seketika membuyarkan lamunan Albizar.

"Jangan ngelamun, kalau nanti kesambet gimana?"

"Nggak bakalan. Kan, kalau ada kamu hantunya takut," balas Albizar tertawa.

Safwa memelotot. "Kurang ajar, ya, Mas."

"Nggak boleh misuh-misuh sama suami," balas Albizar membuat Safwa memutar bola matanya.

"Mas, Nggak pergi ngajar ke pesantren?"

"Memangnya kamu tega lihat suamimu ini jalan kayak orang pincang gini? Buat naik motor aja susah."

"Masih sakit, ya?" tanya Safwa meringis.

Albizar mengangguk. "Lumayan."

Safwa menatap Albizar dengan perasaan bersalah. "Maaf, ya, Mas. Kemarin aku cuma refleks dan benar-benar nggak sengaja."

Albizar tersenyum ketika melihat wajah istrinya yang lucu. Kelemahan Albizar saat ini adalah tidak bisa marah kepada Safwa. Sepertinya gadis itu memang sudah berhasil membuat Albizar jatuh cinta. Entahlah, karena Albizar juga masih enggan untuk mengatakan kebenarannya.

"Iya, aku tahu, tapi mukanya nggak usah di imut-imutin gitu, dong. Jadi gemes tahu." Albizar mencubit pipi Safwa dengan gemas.

"Mas, nggak marah?"

Albizar menggeleng. "Enggak, tapi-"

"Tapi apa?" Safwa langsung memotong ucapan Albizar yang belum selesai.

KALAM RINDU "Untuk Safwa" [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang