4. Rencana Pernikahan

4.8K 415 53
                                    

Vote terlebih dulu🙏

📚HAPPY READING📚

بِسْمِ للّٰهِ لرَّحْمَنِ لرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


بِسْمِ للّٰهِ لرَّحْمَنِ لرَّحِيْمِ

•••

"Tidak perlu membela diri mati-matian. Jelaskan seadanya dan biarkan waktu yang membuktikan."

🍁

Safwa mengerjapkan matanya, meneliti setiap inci dalam ruangan yang terasa asing baginya. Tunggu, ini bukan kamarnya. Safwa menegakkan tubuhnya dengan mata membola, melihat baju yang ia kenakan belum pernah ia lihat sebelumnya. Baju gamis motif polkadot, dengan warna biru muda ini bukanlah miliknya.

Fikirannya berkelana pada beberapa saat yang lalu. Ketika dirinya dibawa oleh Kinaan ke dalam gudang, saat dirinya berteriak meminta tolong, dan saat ia kehilangan kesadaran. Seingatnya, ada seorang yang masuk ke gudang untuk menolongnya. Namun, dia tidak tahu pasti siapa orang itu.

Dan, apa yang sudah terjadi-, dimana dirinya sekarang-, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyan lain yang memenuhi isi kepala Safwa saat ini.

Matanya menangkap sosok Dinda yang sedang sibuk menelepon di sisi ruangan, dengan posisi membelakangi dirinya. Dinda mungkin tidak menyadari jika Safwa telah bangun.

"Din."

Merasa dipanggil, Dinda akhirnya menoleh. Lantas, gadis itu mematikan sambungan teleponnya dan segera menghampiri Safwa.

"Safwa ... syukurlah, Ya Allah, akhirnya kamu sadar juga," ucap Dinda menghela nafas lega. Setelah sempat khawatir dengan kondisi sahabatnya, Dinda bersyukur karena saat ini Safwa terlihat baik-baik saja.

"Ini dimana?" Safwa memutar matanya, melihat kembali seisi kamar yang saat ini ia tempati.

"Di dhalem, pesantren Al-Buchori," balas Dinda pelan.

"Kok bisa? terus, ini baju siapa?" Safwa menunjuk baju yang ia kenakan.

Dinda menggigit bibirnya, bingung harus menjelaskan bagaimana kepada Safwa. Tentang kejadian beberapa jam yang lalu, dan tentang masalah besar yang telah bersiap menanti Safwa.

"Din, kenapa?" tegur Safwa kepada Dinda yang terlihat sedang gelisah.

"Sopo yang bawa aku kesini? Emang boleh, ya, orang luar kayak aku dibawa ke dhalem?"

Dinda meneguk salivanya, susah payah untuk berusaha mengatakan yang sejujurnya kepada Safwa.

"Nyai Khadijah yang nyuruh kamu dibawa ke sini, dan yang kamu pakai itu bajunya Ning Annisa," ucap Dinda menggigit bibirnya.

KALAM RINDU "Untuk Safwa" [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang