Suara gesekan antara sepatu serta benturan bola basket dengan lapangan basket indoor itu terdengar mendominasi di antara ramainya mahasiswa yang duduk di bangku penonton. Turnamen basket antar fakultas semester ini tak seperti biasanya. Semakin ramai, semakin banyak mahasiswa berwajah asing di mata Luhan. Oh, mungkin banyak mahasiswa baru yang datang. Mungkin untuk melihat-lihat. Luhan bisa melihat sekumpulan mahasiswa yang berjalan masuk ke gedung olahraga ini, melihat-lihat sekitar, mencari bangku tribun yang kosong. Sementara di sisi lain, Luhan menangkap beberapa mahasiswa beralmameter yang bersikap sok akrab. Mungkin mereka sedang tebar pesona.
Pemandangan lama yang terlihat lagi. Basi.
Siang itu, seusai bimbingan dengan dosennya mengenai tugas akhir, Luhan mampir ke gelanggang ini untuk melihat pertandingan basket. Iseng saja, sih. Luhan sedang tak minat untuk langsung pulang ke apartemen dan beristirahat. Dia ingin melihat suasana baru.
Yah... Suasana baru yang diinginkannya justru membuatnya terlempar ke masa lalu yang pahit. Luhan jadi agak menyesal.
Beberapa menit kemudian, pertandingan yang tadinya diistirahatkan, kembali dimulai. Suara peluit menandai hal itu. Luhan memperbaiki posisi duduk, meninggikan lehernya karena tiba-tiba seseorang menghalangi pandangannya. Mengernyit, Luhan bergeser sedikit. Bertepatan dengan itu pula, tim basket dari fakultas lain masuk ke lapangan indoor yang ramai. Sorak sorai makin riuh. Di antaranya, Luhan mendengar orang-orang menyerukan nama yang Luhan kenal.
"Oh Sehun! Oh Sehun!"
Lantas mata Luhan tertuju pada lelaki yang berjalan paling akhir di barisan tim basket tersebut. Luhan mengerjap, tak menyangka Sehun muncul di sana. Di tengah-tengah lapangan, menunggu tim lain masuk.
Dada Luhan bergemuruh. Mendadak, ia merasakan panas menjalar naik dari kaki menuju lehernya. Ya Tuhan, kenapa bisa Sehun ada di sana?
Pandangan mata Luhan tak pernah lepas dari sosok Sehun yang menjadi pusat perhatian. Oh Sehun cukup terkenal. Banyak orang yang mengelukan namanya. Saat lelaki itu berlari menggiring bola, melemparnya masuk ke ring, sorak riuh orang-orang makin tak terkendali. Luhan jadi paham kenapa teman-temannya cukup sering menyebut nama Oh Sehun di antara obrolan mereka. Sehun pantas dijadikan bahan obrolan sebab kharisma Sehun sungguh besar. Sehun pantas dapat spotlight itu.
Lalu entah bagaimana caranya, tiba-tiba pandangan mata mereka bertemu. Sehun dengan keringat bercucuran di wajahnya berikut matanya yang membulat terkejut, membuat Luhan lantas menelan ludah susah payah. Luhan tak tersenyum menyapa, dia terlalu takjub dengan pemandangan di depannya. Justru lelaki itu yang mengulas senyum, menyapa, "Hai," tanpa suara. Lalu jantung Luhan memburu, menggila. Sehun berlari menjauh dan Luhan kesulitan mengais oksigen dengan benar.
Gila. Oh Sehun mempengaruhinya dengan gila. Luhan sawan gara-gara Sehun.
Apalagi setelah itu Sehun jadi sering melihat ke arahnya. Luhan menahan diri untuk tidak melompat dari tribun lalu memaki Oh Sehun saking gemasnya dia.
Luhan gemas dia hanya bisa diam saja. Gemas juga karena Sehun terus melempar seringai kecil kepadanya.
Mungkin, Sehun mencoba untuk berkata, "Oh, kita bertemu lagi," setelah malam itu Luhan tiba-tiba putar haluan—mengabaikan malam panjang mereka.
Yah... Pada akhirnya mereka bertemu lagi, setelah berminggu-minggu lalu Luhan memutuskan untuk menenggelamkan malam itu bersama penyesalannya yang lain.
Bersama banyak hal yang dianggapnya dosa.
***
Turnamen selesai, dan banyak orang meninggalkan tribun. Luhan melihat mereka satu per satu meninggalkan gelanggang, kembali ke aktivitas mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sin
FanfictionHUNHAN GENDERSWITCH FANFICTION! A Sequel of Stranger WARNING! Violence. Harsh Words. Mature content. 18+ "Ada banyak bentuk dosa yang sudah kulakukan selama aku hidup. Namun dosa yang tak pernah kusesali adalah kau." * Cerita ini baru saja dimulai...