17. sorry for putting you on dangerous situation

173 23 11
                                    

"Hanya terbentur sudut meja saat mau berdiri. Tanya saja Jongin."

"Oh." Luhan diam sebentar. "Yang benar hanya terbentur meja?"

"Coba tanya Jongin. Kau bisa percaya padanya."

Luhan diam lagi, berpikir. "Tidak, ah." katanya lalu memeluk Sehun dan menyandarkan kepalanya pada dada Sehun yang bidang. "Nanti Jongin tahu kalau kita pacaran."

Sehun lantas tertawa kecil. Batinnya, dia lega luar biasa. Luhan percaya kebohongannya meski itu membuatnya tak benar-benar lega juga. Sehun merasa bersalah karena tak sepenuhnya jujur pada Luhan.

Bahwasanya luka itu karena hal lain.

Namun sejujurnya, Luhan tak bisa berhenti berpikir. Meski Sehun memberinya jawaban sederhana yang nampak meyakinkan, Luhan tak percaya kalau luka itu karena terbentur meja. Luhan yakin itu luka karena berkelahi. Pun kalaupun itu benar, Luhan seratus persen yakin kalau Sehun mungkin bertemu dengan mantannya secara tak sengaja---atau disengaja, entahlah--- lalu adu tinju untuk menunjukkan siapa yang berhak ada di sisinya.

Sial. Kalimat yang terakhir itu terdengar mengerikan dan menggelikan secara bersamaan. Luhan bukan barang atau apapun itu yang pantas untuk diperebutkan.

Tapi sungguh, Luhan tak ingin Sehun terlibat masalahnya yang belum usai. Luhan berusaha untuk menyelesaikannya secepat mungkin supaya ia bisa melanjutkan hubungannya dengan Sehun. Namun sialnya... yah, begitulah. Luhan tak ingin mengulang-ulang penjelasannya yang melelahkan dan menyedihkan juga.

Dia yang berani kabur dari mantannya. Dia juga yang tak berani menghadapi mantannya yang masih mengejar-ngejarnya macam orang tak waras.

Dunia ini memang penuh dengan orang-orang sinting.

***

Pesta dan keramaian bukanlah dua hal yang selalu ada dalam kehidupan Luhan selama dua puluh tiga tahun terakhir ini, meski kebanyakan dari mereka menganggap Luhan identik dengan kesibukan sosial sebagai pacarnya Ketua Senat---waktu itu. Luhan tak begitu suka dengan keramaian, tak terbiasa lebih tepatnya. Selama ini, Luhan hanya menghabiskan waktunya dengan mantannya. Setelah putus, waktunya habis dengan Oh Sehun, dan... cukup banyak waktu luang untuk dirinya sendiri, atau dihuru-hara oleh Kyungsoo dan Baekhyun. Hidupnya tak seramai yang dipikirkan orang-orang tentangnya selama ini.

Mereka pikir, menjadi pacar dari Ketua Senat yang menjabat dua tahun lalu itu, bisa memiliki banyak kegiatan, bertemu dan jadi kenal banyak orang, atau bahkan punya kesempatan besar untuk melakukan hal-hal penting dalam perpolitikan kampus.

Ha-ha!

Status pacarnya Ketua Senat itu bukan Ibu Negara, tahu!

Orang-orang itu suka sekali berekspektasi lebih pada dirinya yang kesulitan untuk mengingat siapa saja yang ditemuinya selama menjadi pacarnya Ketua Senat. Ada-ada saja!

Tapi jujur, kontras dengan Luhan yang tak terbiasa dengan sesaknya orang-orang dalam satu ruangan, Luhan justru merasa harus pergi ke pesta---atau acara yang tujuannya melupakan penatnya dunia--- kalau dia sedang merasa tak waras. Pesta adalah tempat yang akan dia tuju kalau dia ingin menangis, ingin marah, ingin melakukan apa saja yang dilarang oleh mantannya dulu. Itu membuatnya puas sekali!

Malam prom yang membuatnya bertemu dengan Sehun itu, misal. Luhan capek sekali dengan larangan ini-itu dari mantannya. Ia berakhir nekat untuk memamerkan tubuhnya, menunjukkan keberaniannya, dan menyatakan perang pada mantannya. Luhan benar-benar berontak setelah itu, dan kini berlari dengan Oh Sehun.

Luhan tak menyangka lelaki yang dulu dipikirnya hanya sebagai tempatnya singgah untuk sementara ini justru membuatnya tak rela untuk kabur-kaburan lagi. Sehun membantunya banyak hal, membuatnya kembali percaya dan membangun keberanian lagi, pun selalu ada di sisinya.

SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang