16. Scar

98 26 6
                                    

dor! haha

In case kalian pada lupa alur ceritanya gara-gara saking lamanya belum bisa update (HEHE), bisa baca dulu bab sebelumnya ya!

Enjoy!

.
.
.

"Kau sungguhan tak mau ikut bersamaku untuk melihat keadaan Luhan?"

"No, thanks." Sena tersenyum pada Kyungsoo yang menatapnya, seolah menagih alasan sekaligus memaksanya untuk ikut. "Hari ini aku ingin berkeliling sendiri, meet my bucket lists, and... spend my me-time while i'm here. (memenuhi bucket list-ku, dan... menghabiskan me-time-ku selama aku di sini)."

"Kau yakin?" tanya Kyungsoo memastikan. "Bagaimana kalau kau tersesat?"

Sena sontak tertawa. "Tak akan, Kyungsoo."

"Yang benar?"

"Oh, c'mon, Ms. Do..." Sena menghabiskan tawanya sembari menggiring Kyungsoo menuju pintu. Biar Kyungsoo tak banyak bertanya juga, sih, lebih tepatnya. "Tenang saja... Aku akan baik-baik saja."

Kyungsoo berdecak. "Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku!" katanya dengan tangan kanan menunjuk Sena yang cengengesan, berikut tangan kiri yang sibuk memakaikan flatshoes di kakinya. Setelah itu, Kyungsoo membuka pintu, hendak keluar dari apartemennya, namun balik badan lagi untuk melihat Sena yang segera memasang senyum untuknya. "Kau yakin?" tanyanya sekali lagi.

Sena berdesau kesal. "Ih, sudahlah. Aku tak ingin kau bertanya-tanya lagi untuk memastikan aku mau ikut atau tidak. Aku sungguhan tak ikut." katanya. Ia memelankan suaranya di akhir kalimat.

Kyungsoo akhirnya tak bertanya lagi. Ia menghela napas pelan sebelum berujar, "Baiklah."

"Thanks." balas Sena hampir berbisik. "Titip salam saja untuknya. Semoga lekas baik-baik saja." lanjutnya. Saat Kyungsoo mengangguk mengiyakan, senyumnya berubah menjadi senyum simetris, lalu ia mengantar Kyungsoo sampai ambang pintu, melihat temannya itu pergi menjauh darinya.

Lantas senyum Sena luntur. Menghela napas, ia balik badan untuk masuk kembali ke apartemen Kyungsoo, bersiap untuk pergi. Hari ini, rencananya, Sena ingin menghabiskan waktu sendiri. Jalan-jalan, shopping, makan banyak, semua akan Sena lakukan sampai tubuhnya lelah, sampai ia tak berpikir macam-macam lagi. Sena tak ingin pikirannya hari ini dipenuhi oleh manusia bernama Oh Sehun.

Rencananya, sih, begitu...

Sampai ketika Sena duduk sendirian di kedai es krim, menyendok makanan dingin itu ke dalam mulutnya, sosok dan kenangan soal Sehun muncul begitu saja. Bagai film lama yang sedang laris manis di bioskop, mereka tak henti-hentinya membuat kepala Sena pusing. Sena jadi kesal, dan ia melahap sesendok penuh es krim hingga otaknya membeku dalam beberapa detik. Sensasinya tak enak, tapi Sena lega itu bisa membuat pikirannya berhenti menayangkan sosok Sehun meski cuma sebentar.

Sebab Sena masih berharap pada Sehun sampai sekarang.

Dari awal mereka putus, meskipun waktu itu adalah keputusan mereka berdua, Sena sejujurnya tak sepenuhnya menginginkan hal itu. Sena masih sayang, masih ingin meneruskan hubungan mereka apapun kondisinya. Namun ketika waktu itu Sehun bilang, "Aku merasa kita berdua sama-sama capek dengan hubungan semacam ini, dan kurasa kita bisa istirahat sebentar, kalau kau mau. Setelah semuanya baik-baik saja, kita bisa kembali lagi. Aku bisa kembali denganmu, begitu juga dengan kau." Sena juga merasakan hal yang sama.

Waktu itu melelahkan sekali bagi Sena dan Sena merasa opsi Sehun bisa jadi opsi yang baik untuk mereka. Jadi Sena setuju mereka putus, sekaligus memperbaiki diri menjadi lebih baik biar dia dan Sehun bisa kembali di situasi yang baik pula.

SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang