02. Strikes!

243 34 18
                                    

Luhan tidur tenang sekali. Seperti bayi. Menggemaskan. Sehun harus menahan diri untuk tidak ikut tidur di sebelah Luhan dan memeluknya. Sehun harus tidur di ruangan lain. Ia tak ingin Luhan menjerit histeris di apartemennya karena ulah aneh-anehnya. Terakhir kali ia melihat Luhan, Luhan tak sepenuhnya sadar.

Malam itu, Luhan tak banyak bicara. Saat Sehun bertanya banyak hal tentang kenapa Luhan bisa ada di sana, sendirian, dan terlihat ketakutan, Luhan hanya menjawab, "Aku tersesat, dan aku takut kalau kejadian waktu itu terulang lagi."

Sehun tak tahu kejadian macam apa yang dimaksud Luhan. Sehun sempat menduga-duga kalau Luhan takut pada pacarnya, atau mungkin sekarang bisa disebut sebagai mantan pacarnya, mengingat Sehun pernah melihat ada bekas luka benda tumpul di beberapa bagian tubuh Luhan. Sehun pikir, Luhan takut karena itu. Karena Luhan sendirian, Luhan takut. Jadi dia pergi tanpa arah, dan akhirnya tersesat. Spekulasi Sehun semacam itu, sih... Tak tahu juga yang sebenarnya seperti apa. Luhan belum bercerita soal itu.

Sepertinya Sehun tak akan mengungkit hal-hal semacam itu untuk bahan obrolan mereka besok pagi. Jadi dia memutuskan untuk tak berpikir rumit dan pergi tidur di kamarnya yang ada di lantai dua.

Esoknya, Sehun terbangun karena ia mendengar suara gesekan alat-alat masak di dapur, juga karena aroma makanan yang sepertinya terasa lezat sekali. Saat ia turun dan melihat keadaan, dia melihat Luhan sudah sibuk di dapur. Perempuan itu memunggunginya, jadi tak tahu dengan keberadaannya. Luhan baru mengetahui eksistensinya begitu perempuan itu berbalik dan terkejut ketika menatapnya.

"Oh. Astaga..." Luhan bergumam sambil mengelus-elus dadanya sendiri, menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba jadi tak terkontrol.

Bagaimana tidak? Kini Sehun yang baru saja bangun dari tidur ada di hadapannya. Sehun dengan kaus polos berwarna hitam, celana bahan kelabu sepanjang lutut, dengan rambut berantakan pula... Siapa yang tak kaget disuguhkan pemandangan yang tak manusiawi semacam itu?!

Sementara Luhan berusaha untuk biasa saja, Sehun justru clueless kalau Luhan sedang susah payah karenanya. Lelaki itu hanya diam saja sembari mendudukkan diri di kursi makan. Mungkin Sehun sedang mengumpulkan nyawanya yang masih kemana-mana selepas bangun tidur. Sebab Luhan bisa melihat Sehun masih mengantuk pagi hari itu.

"Ini masih jam 7 dan kau sudah berisik di dapur." ujar Sehun pelan dan serak beberapa saat kemudian. Ia berdeham-deham untuk menetralkan suaranya lalu melanjutkan, "Kau masak apa?"

Luhan yang sudah kembali dengan aktivitasnya, lantas berbalik menatap Sehun. "Aku tak tahu kau suka apa jadi aku hampir menghabiskan stok bahan makananmu di kulkas." jawabnya sambil menunjuk kulkas di sudut ruangan.

Sehun mengangguk-angguk kecil. Ia tak melanjutkan obrolan lagi dan itu membuat Luhan kembali sibuk dengan acara memasaknya.

Untuk beberapa waktu ke depan, mereka dikurung dalam suasana semacam itu. Canggung tapi tak canggung sekali. Hening tapi ya tidak juga. Sebab sebenarnya Sehun suka memperhatikan punggung Luhan.

Itu mengingatkannya akan malam prom berbulan-bulan yang lalu. Malam itu, Luhan memakai dress hitam yang cukup berani untuk ukuran acara prom kampus. Dress-nya tak neko-neko, sebenarnya. Sederhana dalam artian tak ada manik-manik atau apapun itu. Hanya saja, bagian belakang dress itu cukup terbuka. Memperlihatkan punggung Luhan. Memamerkan tulang belikatnya yang indah sekali. Sehun ingat sosok Luhan jadi pusat perhatian di prom waktu itu, dan Sehun juga ingat Luhan sempat diincar oleh teman-temannya namun tak ada yang berani mendekatinya.

 Sehun ingat sosok Luhan jadi pusat perhatian di prom waktu itu, dan Sehun juga ingat Luhan sempat diincar oleh teman-temannya namun tak ada yang berani mendekatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang