Luhan langsung menggiring Kyungsoo masuk ke kamarnya.
Luhan berusaha semaksimal mungkin supaya Kyungsoo tak tahu Sehun ada di apartemennya dan sedang bersembunyi di kamar lantai dua, juga hubungan macam apa yang ia miliki dengan Sehun. Kalau Kyungsoo menangkap basah Sehun ada di apartemennya, Luhan tak bisa membayangkan berapa pertanyaan yang akan Kyungsoo layangkan untuknya.
Tapi sayangnya, Kyungsoo jeli sekali. Luhan dan Sehun hampir ketahuan kalau saja Luhan tak pintar menjawab dan mengalihkan topik pembicaraan.
Saat Kyungsoo masuk tadi, Kyungsoo tiba-tiba bertanya, "Kenapa sepatumu jadi besar sekali, Luhan?" sambil membersit hidungnya yang basah dan meletakkan sepatunya di sebelah sepatu berukuran besar milik Sehun itu.
"Untuk jaga-jaga. Untuk jaga-jaga." jawab Luhan cepat dan mengulang pula. Ia benar-benar tak bisa berpikir dengan jernih dan lantas membawa Kyungsoo masuk ke kamarnya. Begitu saja. Berikut beberapa pertanyaan untuk mengalihkan percakapan seperti,
"Ada apa, Kyungsoo?"
atau,
"Kenapa kau tiba-tiba ingin menginap di sini? Ini sudah malam, tahu."
atau lagi,
"Apa yang sudah terjadi?"
Sayangnya, Kyungsoo sepertinya tak ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan Luhan. Wajahnya yang kusut karena sehabis menangis---itu kentara sekali--- dan tubuhnya yang langsung terbaring lemas di tempat tidur Luhan membuat Luhan lantas berasumsi sendiri. Kyungsoo pasti baru saja bertengkar lagi dengan Jongin.
Entahlah, Luhan sebenarnya tak begitu paham masalah-masalah Kyungsoo dan Jongin. Sebab pasangan itu lebih sering mempermasalahkan hal yang sama. Itu, sih, dari yang diceritakan oleh Kyungsoo dan Jongin. Luhan jadi tempat curhat mereka, soalnya.
"Aku mau tidur," begitu kata Kyungsoo, memblokir banyak sekali pertanyaan yang sudah siap keluar dari bibir Luhan.
Luhan jadi bungkam. Ia memperhatikan Kyungsoo yang lantas menggulung tubuhnya dengan selimut, dan membiarkan Kyungsoo memunggunginya. Memandanginya sejenak, Luhan menghela napas. Ia berkata, "Baiklah. Tidurlah saja. Aku mau keluar sebentar."
"Kemana?" tanya Kyungsoo cepat. Ia menoleh ke belakang, menatap Luhan yang jadi kelabakan karena pertanyaan itu.
Luhan cepat-cepat mencari alasan. "Mau buang sampah di bawah," yah... sampahnya memang belum sempat dia buang. Alasan yang bagus, Luhan.
"Sendiri?"
Luhan mengangguk. "Aku berani, kok, Kyungsoo." katanya kalem. Untuk lebih meyakinkan Kyungsoo, Luhan mengulas senyum. Supaya Kyungsoo tak bertanya-tanya lagi.
Kyungsoo sempat memandanginya untuk sesaat sebelum akhirnya berkata, "Baiklah. Bawalah ponsel supaya kalau ada apa-apa kau bisa menghubungiku." dan kembali memunggungi Luhan.
Luhan lega Kyungsoo tak menginterogasinya lebih lanjut. Tapi kalimat Kyungsoo sedikit menggelitiknya. Kyungsoo masih khawatir padanya karena teror tak bermutunya Si Brengsek. Jujur saja, itu membuat Luhan sadar pula, kalau ia memang harus segera memulihkan diri dari luka-lukanya dan memberanikan diri untuk benar-benar mengakhiri masalah ini. Biar dia bisa hidup tenang. Biar teman-temannya berhenti mengkhawatirkannya pula. Biar... ia juga bisa menjalin hubungan dengan Sehun tanpa takut dengan resiko macam apapun.
Yah... untungnya dia mulai mengambil satu langkah lebih dekat untuk mencapai keinginannya itu.
Luhan lantas berlalu menuju dapur setelah menutup pintu kamar. Ia mengambil dua kantung berisi sampah, lalu membawanya keluar. Sebelum itu, ia naik ke kamar di lantai atas, memeriksa Sehun yang tadi bersembunyi di sana. Lelaki itu sedang duduk di tempat tidur sambil bersandar pada dinding saat Luhan melihatnya. Sehun melamun saat itu. Pasti sedang memanfaatkan waktunya tadi dengan berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sin
FanfictionHUNHAN GENDERSWITCH FANFICTION! A Sequel of Stranger WARNING! Violence. Harsh Words. Mature content. 18+ "Ada banyak bentuk dosa yang sudah kulakukan selama aku hidup. Namun dosa yang tak pernah kusesali adalah kau." * Cerita ini baru saja dimulai...