20. Sorry

43 8 1
                                    

Sepertinya, sudah lebih dari 2 jam Sehun menunggu. Ia bersandar pada mobilnya, bersedekap, mengawasi siapa saja yang keluar dari gedung apartemen yang ada di seberangnya. Luhan memintanya untuk segera pulang dan tak menunggunya. Tapi Sehun tak bisa meninggalkan Luhan begitu saja.

Jadi dia menunggu.

Selama apapun itu, Sehun akan menunggu.

Berharap Luhan keluar. Bonus dengan keadaan baik-baik saja.

Menunggu Luhan dengan gelisah, membuat mulutnya terasa asam dan kering. Ia merogoh sekotak rokok dari kantungnya, mengambil sebatang, lalu membakarnya. Sekejap, ia menyesap dalam-dalam asap dari tembakau yang terbakar. Lalu tiba-tiba merokok membuatnya jadi makin tak sabar—setelah sebelumnya ia sudah tak sabar. Tak berpikir panjang, Sehun meninggalkan mobilnya. Ia berlari menuju gedung itu. Berniat menyusul Luhan.

Namun setelah ia menyeberangi jalan dan hendak memasuki gedung itu, ia justru melihat Kevin yang keluar dari pintu lobi. Sehun berhenti melangkah, agak was-was Kevin menyadarinya. Bisa ricuh sekali kalau Kevin tahu dia ada disini. Beruntungnya, kakak tingkat yang pernah akrab dengannya itu, justru berlari ke arah lain. Ekspresi Kevin tak terbaca. Tapi yang jelas, Sehun menangkap ketidakberesan situasi yang terjadi saat ini. Mau dilihat bagaimanapun, Kevin nampak gelisah.

Entah apa yang terjadi di apartemen Kevin.

Pun itu membuat Sehun makin gelisah. Tak karu-karuan.

Seketika Sehun membuang rokoknya ke sembarang arah. Langkah kakinya kembali tercipta, menuju ke arah lain yang tak diambil Kevin. Jalannya cepat. Matanya jeli mengawasi sekitar. Ia mencari di gedung apartemen—lobi, basement, bahkan rooftop— dan tak menemukan Luhan. Sehun bergegas pergi ke tempat lain, terus mencari, mencari, dan mencari.

Tapi yang dicarinya tak ada.

Tak ada.

Luhan tak ada di manapun itu.

Jantungnya berdebar keras, cepat, dan nyeri. Berlari dan panik secara bersamaan membuatnya sesak napas. Sesekali ia mengecek ponsel yang digenggamnya sedari tadi. Berharap Kyungsoo memberinya kabar soal Luhan. Ia sudah menyempatkan diri untuk menghubungi Kyungsoo dan meminta Kyungsoo untuk tetap berada di apartemen Luhan, berjaga-jaga kalau saja Luhan pulang ke apartemen. Tapi ponselnya tak menerima notifikasi macam apapun dari Kyungsoo.

Setidaknya untuk saat ini.

Lalu sekitar hampir 40 menit setelahnya, Kyungsoo menelpon. Tak butuh waktu sedetik untuk berpikir, Sehun lantas mengangkatnya.

"Luhan sudah pulang?" tanya Sehun cepat, tergesa-gesa, terengah-engah. Matanya tetap menyisir sekitar sementara indera pendengarannya fokus pada suara Kyungsoo di seberang sana.

"Ini sudah malam, Sehun. Kau sudah menemukannya di sekitar apartemen?" tanya Kyungsoo balik. Ia juga sama khawatirnya.

Jawaban Kyungsoo secara tak langsung juga menjawab pertanyaan Sehun. Luhan belum pulang.

"Kalaupun terjadi apa-apa, Luhan tak mungkin jauh dari situ." lanjut Kyungsoo menyimpulkan.

"Aku sudah mencarinya kemana-mana." ujar Sehun. Napasnya masih satu-dua.

Lalu Sehun mendengar samar suara perempuan lain di seberang sana, agak berisik setelahnya, kemudian suara Kyungsoo kembali terdengar. "Kau sudah mengecek kantor polisi?"

"Kantor polisinya jauh dari sini."

"Kalau begitu kesana sajalah. Aku dan Baekhyun akan menyusulmu."

Sehun berjengat kecil. "Baekhyun?" ia menyuarakan pikirannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang