15. Sincere

124 23 21
                                    

kusarankan untuk baca bab sebelumnya deh soalnya udah kutinggal lama HAHA

.
.
.

Mereka sudah sampai di apartemen. Luhan berdiri di sebelah Sehun yang masih mengurai tali sepatu, menunggunya, memperhatikannya. Begitu Sehun selesai, lelaki itu menarik Luhan dengan lembut untuk duduk di sofa. Namun sayangnya, Luhan urung. Ia tetap berdiri di depan Sehun yang sudah duduk di sofa. Lelaki itu menatapnya bingung.

"Kau tak ingin duduk?" tanya Sehun. Luhan menggeleng, dan Sehun menghela napas. Lelaki itu berdiri lagi, membuat mereka saling berhadapan dan saling menatap untuk sesaat.

Sesaat yang cukup lama, sih... Mungkin ada-lah empat puluh detik, atau mungkin lebih, sebelum Luhan memecah keheningan dengan bertanya, "Kau tak ingin segera menjelaskannya padaku? Mau menunggu sampai kapan?"

Sehun menghela napas. "Baik... Oke..." katanya sembari mengangkat kedua tangan sebagai gestur menyerah.

Yah... Dia menyerah untuk berbasa-basi dengan Luhan yang sudah tak sabar lagi.

"Sebenarnya, aku ingin mengabarimu kalau aku menjemput Sena setelah aku bertemu dengannya. Aku tak menyangka kau akan ikut Kyungsoo untuk menjemput Sena, dan... aku tahu itu salah. Maafkan aku soal itu." Sehun mengawali, lalu menjeda. "Sena menelponku kemarin malam, kau tahu soal itu. Dia bilang dia ingin aku menjemputnya, bertemu dengannya, dan membicarakan hal-hal di masa lalu. Aku tak mau melakukan itu karena membicarakan masa lalu tak akan membuatnya berhenti. Tapi kemudian, dia bilang liburannya ini kesempatan terakhirnya pulang ke Korea jadi dia ingin menyelesaikannya denganku. Itu membuatku... bimbang, jujur saja. Kemarin malam aku uring-uringan karena itu."

Sehun menjeda lagi. Ia melirik reaksi Luhan setelah ia mengawali penjelasannya. Perempuan itu bersedekap, masih terus menatapnya jengkel. Refleks Sehun menelan ludah sebelum ia kembali menjelaskan.

"Setelah dia bilang begitu, aku memikirkan ajakannya untuk bertemu. Aku tak mengatakan soal aku yang mau bertemu dengan Sena padamu karena jujur saja, aku masih bimbang. Aku memutuskan untuk mau menjemputnya pun kira-kira lima belas menit sebelum dia sampai di bandara, karena kupikir, aku tak ingin dia terus memikirkan masa lalu, dan aku juga tak ingin kita berdua memikirkan masalah Sena itu. Maka... baiklah, mari selesaikan ini."

Perlahan, Luhan merasa ada beban yang terangkat di dadanya. Penjelasan Sehun terdengar meyakinkan dan cukup membuatnya lega. Bahunya perlahan turun, merileks, dan Sehun menangkap pergerakan itu. Lelaki itu juga merasa lega dan baru sadar kalau dia jadi ikut tegang karena kemarahan Luhan. Sehun lantas melingkarkan lengannya pada bahu Luhan, lalu membawa perempuan itu ke dalam dekapannya. Sama-sama menyamankan diri.

Hening sebentar.

"Sena sempat bilang padaku kalau Kyungsoo juga akan menjemputnya. Kukira, Kyungsoo datang sendirian, tapi ternyata dia mengajakmu. Aku jadi tak tahu harus mengatakan apa padamu. Maaf aku pergi dengan Sena tanpa pamit padamu, tanpa mengabarimu, dan membuatmu kalut. Maaf ya..."

Luhan meresponnya dengan membalas pelukan Sehun. "Setidaknya kau mengirimiku pesan, mengatakan sesuatu supaya aku tak berpikiran macam-macam." gumamnya, mengomel.

"Iya, Sayang... Maaf, ya..."

Luhan berdengung-dengung sebagai tanggapan.

"Lalu kenapa kau bisa ada di sana dengan Kyungsoo?" tanya Sehun kemudian. "Dia mengajakmu untuk menemaninya?"

"Hm," Luhan menjawab dengan anggukan kecil. "Dia bilang dia ingin mengenalkanku pada Sena supaya mereka bisa meminta tolong padaku kalau Sena ingin bertemu denganmu. Tapi sepertinya itu tak akan terjadi karena kalian sudah bertemu."

SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang