Ezkiel sudah pulang dari rumah sakit, dan kini ia sedang berada di kamarnyaㅡ termenung seorang diri sambil memikirkan Sean yang tidak lagi menemuinya.
Ia lantas mencoba menelponnya tapi sayang nomor itu sudah tidak aktif.
"Jangan tinggalin kiel, pa..."
Hingga waktu pun terus berlalu satu bulan penuh lamanya dan keadaan pun masih sama. Jangankan kehadiran, kabar Sean saja Ezkiel tidak tahu.
"MA!"
Jie menoleh ke arah suara itu, "Apa yel?"
Dengan langkah yang dihentak-hentakkan, Ezkiel yang baru saja pulang sekolah itu menghampiri Jie yang sedang santai menonton televisi.
Mata anak itu kelihatannya berkaca-kaca, dan benar sajaㅡEzkiel langsung masuk ke pelukan sang Mama dan terisak pelan.
"Heee, kenapa kamu nangis??"
"Ma, Kiel emang pantes buat ditinggalin ya...?"
Jie jelas saja kaget, lalu ia pun reflek memukul punggung anaknya dan berkata, "Apa sih ngaco banget? Kalau ada masalah tuh cerita, iyel!"
Ezkiel yang memang sedang dalam mood buruk itu tidak menjawab, ia masih menangis dengan rasa sesak yang tidak bisa ia tahan.
"Kenapa sayang? Ada yang jahat sama kamu?" Tanya Jie dengan lembut, hatinya ikut sakit kalau melihat Ezkiel begini.
Bukannya menjawab, anak tunggal Jie itu malah semakin mengeratkan pelukannya.
Jie tidak lagi bertanya, kalau begini yang Ezkiel butuhkan bukanlah pertanyaan tapi hanya ketenangan.
Tentang pertanyaan Ezkiel, Jie sejujurnya memiliki pertanyaan yang sama dengan anak itu. Apakah ia memang pantas ditinggalkan? Sebab semenjak kepergian Sean, semua kekosongan itu kembali.
Jie mungkin bisa saja mencari tahu Sean sedang dimana dan sedang apa dengan mudahnya, tapi dengan pesannya yang tidak terbalas membuatnya sadarㅡkalau Sean tidak ingin lagi diganggu olehnya.
Tidak apa jika begitu. Jie sejak awal sudah menjaga ekspetasinya tetap rendah.
Tapi...
Ezkiel?
Anak itu memiliki banyak harapan pada Sean, dan ditinggalkan tanpa sebab adalah ketakutan terbesarnyaㅡtapi kini Sean malah melakukan hal itu padanya. Meninggalkan tanpa sebab.
"Mama, Kiel tadi main sama Leo ke rumah Paㅡah,Om Sean..."
"Itu gak sopan loh yel, kamu harus ngomong sama orangnya dulu kalau mau bertamu"
"Iya aku juga maunya gitu ma! Tapi gimana caranyaa? Om Sean ganti nomor, dia pergi gitu aja! Ninggalin Kiel! Ninggalin Mama!"
Ezkiel melepaskan pelukannya lalu duduk tegak menghadap Jie dengan mata sembab yang juga memancarkan amarahnya.
"Dan Mama tau kejutan apa yang aku dapet?"
Jie menyenderkan tubuhnya ke belakang dan bersidekap dada, menunggu ucapan Ezkiel selanjutnya.
"Om Sean keluar dari mobilnya sama perempuan. Gila. Keren banget kan kejutannya?" Ezkiel tertawa setelahnya.
"Kalau gitu apa bedanya dia sama Papa, Ma? Sia-sia banget aku naruh harapan ke dia buat bahagiain Mama. Tai lah."
"Kiel!"
Ezkiel membuang muka ke arah kanan dan tangannya mengepal, "Kiel benci ma! Benci banget sama manusia yang datang ke kehidupan kita lalu seenaknya pergi gitu aja!! Kiel benci ngerasa pantes buat ditinggalin."
KAMU SEDANG MEMBACA
serendipity ; pjs ft.kjs
Fanfiction[eleven's : 05] [+osh] Orang-orang selalu berkata bahwa Ezkiel Jinendra adalah anak haram yang tidak diharapkan kehadirannya, padahal bagi Jie Soraya ia adalah hadiah dari Tuhan yang paling mengagumkan. *** 16 Februari 2021 - [] ©Eleventhusiast