24: seperti seharusnya

336 88 17
                                    

Malam itu hujan, dan Ezkiel belum juga kembali. Pencarian yang dilakukan oleh Jie, Sean, dan Jae pun belum berhentiㅡmereka bertiga pergi ke tempat-tempat yang biasa Ezkiel datangi, namun hasilnya nihil.

"Kita cari kemana lagi?" Tanya Sean yang tengah mengemudi, ia menoleh ke arah Jie yang duduk di belakang.

"Kita pulang aja."

"Jie? Kenapa?" Tanya Jae yang duduk di samping kemudi, terheran. Ia bahkan sampai membalikkan badannya ke arah Jie.

"Gapapa, ini udah malem. Istri sama anak kamu pasti khawatir sama kamu Jae. Sean juga. Bukannya kamu besok mau menikah?"

Keduanya terhenyak. Sean lantas menepikan mobilnya dan rasa frustasi pun kembali hinggap padanyaㅡia menghela nafas.

Jae pun sama. Ia memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

Tatapan yang Jie punya kini sangat menyedihkan. Sisi rapuh yang selalu disembunyikannya terlihat.

"Ezkiel bukan tanggung jawab kalian, jadi biar saya yang cari dia. Tapi mau bagaimanapun ... terimakasih banyak sudah mau bantu cari."

Tanpa terduga, Jie keluar dari mobilㅡdengan kondisi di luar hujan deras.

Sean menjadi orang pertama yang menyadarinya, ia pun lantas bergegas keluar dan menarik tangan Jie yang hampir saja tertabrak oleh motor yang melintas.

"JIE! Kamu jangan asal keluar gitu aja, bahaya!" Omel Sean.

"Saya cuma punya Ezkiel, Sean ... saya gabisa hidup kalau gaada dia. Semuanya boleh pergi ninggalin saya, tapi jangan Ezkiel..." Jie berkata dengan suara pelannya, ia menunduk untuk menyembunyikan air mata yang selama ini ia tahan.

Entah keberanian dari mana, Sean maju untuk mendekap wanita itu ke dalam pelukannya. Tidak tahan rasanya melihat Jie semenyedihkan itu. Hatinya ikut sakit.

"Maaf Jie, harusnya saya bisa lebih berani buat jagain kalian dari apapun. Maaf..."

Jie pun sama. Ia tau kalau selama ini perasaannya untuk Sean sudah tumbuh, namun ia mencoba untuk mengikhlaskannya. Tapi, kala ada di pelukan Seanㅡia tidak bisa lagi mengikhlaskannya.

Kenapa?

Kenapa Sean tidak berusaha lebih keras mempertahankan dirinya dan Ezkiel untuk ia jaga?

***

Ezkiel mengantuk. Sekarang sudah jam 2 pagi tapi dirinya masih berada di depan PC warnet setelah bermain game seperti orang gila 5 jam lamanya.

"Mama pasti nyariin.." lirihnya sambil menatap ponselnya yang berada di atas sampah cup ramen. Ia sengaja mematikan benda pipih itu.

Anak itu menghela nafas pelan dan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Matanya memang terpejam, tapi kepalanya berisik sekali memikirkan banyak hal sampai-sampai terasa seperti hampir meledak. Terutama tentang dirinya yang sudah ribuan kali meyakinkan diri bahwa kehadirannya bukanlah sebuah kesialan, tapi kenapa pada akhirnya tetaplah sama dan merujuk ke sebuah jawaban bahwa dirinya adalah kesialan terbesar yang hadir di hidup Jieㅡatau bahkan di kehidupan orang sekitarnya juga?

Sakit dan melelahkan sekali.

Bahkan tanpa sadar air mata Ezkiel pun kini sudah tidak lagi dapat ditahan, ia menangis sampai dirinya tertidur.

...

Lalu saat pagi datang, Ezkiel dibangunkan oleh seseorang yang menepuk pundaknya cukup keras.

serendipity ; pjs ft.kjsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang