Pulang sekolah, Ezkiel pergi ke rumah sang Papa. Dia dijemput oleh supir sebab Jae sedang dalam perjalanan pulang dari luar kota.
Alhasil sesampainya ia di kediaman 'Hadinata', sambutan Azkia lah yang ia dapatkan. Gadis kecil itu nampaknya sangat senang sekali atas kehadirannya.
"Kak iyell i micuuuu!!"
Ezkiel lantas membawa Azkia ke gendongannya dan membawanya masuk ke dalam rumahㅡ menemui Mama tirinya yang sedang santai menonton televisi.
"Eh Kiel udah datangg? Sini-sinii!"
Sambutan yang hangat, bukan?
"Lagi nonton apa tan?" Tanya Ezkiel sembari menghampiri dan duduk di samping Ibu tirinya.
"Berita sore, tante tadi dapet kabar dari temen katanya dia yang jadi reporternya."
"Keren ya temennya.."
"Kakyeel main yyuuu, cia 'nya mubil besaaaal! Dibeliin daddyyy!"
"Ayo kita main~ tan, iyel izin ke kamarnya cia ya?"
Anggukan pun jadi jawabannya.
Sesampainya di kamar Azkia, di tengah-tengah kamar ada mobil mainan berwarna magenta dengan stiker barbie yang tersebar di seluruh badan mobilnya. Gemas sekali.
Lalu Ezkiel pun menemani Azkia bermainㅡ mengikuti adiknya itu yang berkeliling kamar dengan mobil mainannya.
Ezkiel banyak tertawa pula karenanya.
Tapiㅡhal tersebut tidak berlangsung lama. Sebab sisi anak-anak Ezkiel yang memang masih kuat meski sudah berusaha disembunyikan itu kembali muncul setelah mendengar Azkia bercerita dengan bahasa bayinya tentang hal apa saja yang sudah 'Papa-nya' berikan.
Puncaknya adalah disaat ia melihat album foto milik Azkia yang di dalamnya berisi foto-foto sejak anak itu di dalam kandungan hingga sekarang.
Ezkiel iri. Sangat iri. Teramat iri.
Azkia punya apa yang ia inginkan selama ini.
Saat ia ada di dalam kandungan hingga dilahirkan, ia hanya punya Mama yang menyambutnya. Tidak seperti Azkia yang punya Papa-nya dan jugaㅡnenek kakek.
"Ini...nenek dan kakek ya, cia?" Tanya Ezkiel sembari menunjuk foto new born Azkia yang dikelilingi banyak orang dan perhatiannya jatuh pada dua orang yang ada di samping kanan Papa-nya.
"Umm! Glandma, glandpa!!"
..
"Oalahhhh ini toh anaknya si cantik Jie soraya, kenalin dahh ... ane Gerald bapaknya Sean,dan khusus buat anak calon mantu ane sih panggil aja granfhaaa"
"Enggak Kiel, panggil aja dia aki"
"Eiyy, ane masih seger gini masa aki?? Panggil Granfhaa pokoknya ya, inget ... fha nya dilempar"
Ezkiel tiba-tiba saja teringat kepada Lily dan GeraldㅡAyah dan Ibu Sean yang saat pertemuan pertama mereka itu memperlakukannya seperti cucu sendiri.
Ia hampir memilikinya.
Senyumnya terulas tipis, "kamu beruntung banget, ya?" lirihnya sembari mengusap rambut Azkia.
Azkia mendekat pada Ezkiel lalu naik ke atas pangkuannya, lalu mereka melanjutkan melihat foto-foto di album tersebut.
Anak itu berceloteh riang, menjelaskan kejadian-kejadian di setiap fotonya sementara Ezkiel di belakangnya menatap sendu ke arah lembar demi lembar fotonya.
Setelah sampai di lembar terakhir, dapat disimpulkan bahwaㅡAzkia is living in Ezkiel dream.
Cklek
Kedua anak itu mendongak, melihat ke arah pintu yang terbuka.
"GLANMAAAA!!!"
Azkia berlari ke arah wanita tua itu dan memeluk kakinya.
"Ughhh our beloved kiaa, grandma miss u so muchh"
Anak gadis Jae itu terkikik geli disaat pipinya dihujani ciuman oleh sang nenek.
"Glanma, glanmaa! Itu kak iyel!"
Okeㅡalarm di kepala Ezkiel langsung berbunyi. Ia rasa kehadirannya kini tidak lagi disambut baik. Sebab pandangan wanita tua yang Azkia panggil Grandma itu langsung berubah tajam, berbanding terbalik dengan caranya menatap Azkia tadi.
"Kia ke mommy dulu ya? Grandma mau ngobrol sebentar sama anak itu."
"Kak iyeel!" Koreksi Azkia dengan wajah galaknya.
"Ya, iyel."
"Kak Iyel babaaay~"
"Bye cia..."
Ezkiel lantas berdiri dan menatap canggung ke arah 'Nenek-nya' yang kini berjalan menghampirinya.
"Lancang ya kamu."
Mata si Nenek menatap Ezkiel dari atas ke bawah. Beliau jelas sudah tau siapa Ezkielㅡtapi baru kali ini bisa melihatnya secara langsung. Yang mana sialnya, wajah cucu yang tidak ia harapkan tersebut malah 97% menjiplak anaknya, Jae.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya kalau bukan makian dan hinaan? Ya, pengusiran.
Ezkiel tidak bisa berbuat banyak, kehadirannya benar-benar tidak diharapkan. Hingga selama di perjalanan pulang, Ezkiel hanya diam dengan salah satu perkataan nenek tua itu yang menempel di benaknya.
"Kamu itu aib yang hidup, Ezkiel. Sial sekali Jie mempertahankan kamu padahal hidupnya bisa jauh lebih baik tanpa kamu."
Ia tidak ingin memikirkan hal itu, tapi ia jadi tersadar bahwa banyak kemalangan yang Mama-nya hadapi karenanya.
***
Jie baru saja pulang dari acara dinner-nya yang 100% membicarakan pekerjaan dan membawa banyak sekali makanan untuk Ezkiel. Yah, naluri seorang ibu memang begitu kan? Kemanapun ia pergi pasti teringat pada anaknya.
Tapi baru saja ia keluar dari mobil, sudah ada Jae yang berlari ke arahnya bersama denganㅡSean???
Pemandangan yang aneh.
Lagipula ada apa si suami orang dan calon suami orang itu malam-malam ke rumahnya? Dengan ekspresi panik pula?
"Jie, kenapa gak angkat telfon dari saya??" Tanya Sean saat berdiri di hadapan Jie.
Jae langsung menyela, "Ezkiel Jie, dimana Ezkiel? Dia ada hubungin kamu gak?"
Jelas Jie bingung, bukannya Ezkiel tadi ke rumah Jae?
"Loh Ezkiel kan ke rumah kamu?"
"MamaㅡMama datang Jie, dia ketemu Ezkiel..."
Jae meraih tangan Jie dan menggenggamnya, "Ezkiel gaada di rumah, supirnya bilang dia minta diturunin di rumah temennya tapi temennya bilang Ezkiel gaada disanaㅡkamu jangan panik, kita cari bareng ya?"
"Gimana bisa aku gak panik??! Dia anak aku, Jae!"
"Our son..."
"No. My son." Koreksi Jie dengan tegasnya.
s e r e n d i p i t y
[ 26 November 2022 ; 02:38 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
serendipity ; pjs ft.kjs
Fanfic[eleven's : 05] [+osh] Orang-orang selalu berkata bahwa Ezkiel Jinendra adalah anak haram yang tidak diharapkan kehadirannya, padahal bagi Jie Soraya ia adalah hadiah dari Tuhan yang paling mengagumkan. *** 16 Februari 2021 - [] ©Eleventhusiast