Lagu untuk Kadita
Satu malam ditengah musim dingin, sebuah rumah kecil berdiri diantara pepohonan pinus yang tertutup salju. Seorang pria di dekat tungku perapian, duduk diatas sofa hangatnya bersama seorang gadis bersurai coklat di pangkuannya.
Lalu satu sosok gadis lain datang menghampiri keduanya dengan senyum lembut terukir diwajahnya. Membawa selimut tebal lalu memberikannya kepada pria itu.
"Terimakasih, Kadita."
Ya. Dia adalah Kadita.
"Apa Angela belum tidur?" tanya Kadita.
"Aku tak bisa tidur. Diluar begitu dingin hingga hawanya masuk kedalam kamarku," ketus gadis kecil berumur sekitar sepuluh tahun itu, Angela namanya.
Kadita hanya terkekeh. Karena dia soul hujan, dia masih dapat menahan suhu dingin diluar. Namun tidak untuk Master-nya dan juga putrinya.
"Apa tak sebaiknya anda memanggil Roar untuk menghangatkan kalian? Atau setidaknya meredakan badai diluar?"
"Aku tidak ingin merepotkan dia. Dia sudah banyak membantu kita pagi tadi, jadi sebaiknya biarkan saja dia beristirahat," jawab pria itu lembut.
"Tapi ini sangat dingin-- Hachuu!"
Pria itu menghapus ingus Angela.
"Bagaimana jika ayah menyanyikan sebuah lagu tidur untuk kalian?"
"Lagu tidur?" heran Kadita bingung.
"Kadita, duduklah bersama kami."
Mendengar perintah Master-nya, spontan Kadita ikut duduk bersama keluarga itu.
Perlahan ditengah hangatnya tiga sosok yang saling berbagi kehangatan itu sebuah lagu dilantunkan.
Hush now, my darling
Close your eyes and sleep
Waltzing the waves
Diving in the deepStars are shining bright
The wind is on the rise
Whispering words
Of long lost lullabiesOh won't you come with me
Where the moon is made of gold
And in the morning sun
We'll be sailingOh won't you come with me
Where the ocean meets the sky
And as the clouds roll by
We'll sing the song of the sea
(Bagi yang lupa mungkin coba rewatch part sebelumnya)Suara pria itu begitu lembut hingga membuat putrinya perlahan nyaman dengan suasananya, sama halnya dengan Kadita. Tanpa disadari Angela tertidur lelap usai lagu selesai dinyanyikan.
Pria itu kemudian membiarkannya tertidur diatas sofa, lalu berjalan kearah jendela diikuti Kadita. Memandangi badai salju yang turun malam itu.
"Sepertinya besok akan menjadi hari yang melelahkan untuk anda."
"Kau benar, Kadita. Oh ya, apa kau bisa memanggilku dengan sebutan yang sepantasnya namun tak terlalu baku? Rasanya canggung," jelas pria itu sambil terkekeh.
"Apa maksud anda?"
"Ya.. Emang aku duda beranak satu, tapi kau tak perlu memanggilku dengan sebutan seperti anda atau tuan atau apapun itu, aku bukan seorang pejabat. Dan aku juga tidak terlalu tua."
"Lalu bagaimana caraku memanggil anda? Eh, maksudnya tuan. M-maksudku, pak! Eh, bukan!" ucapnya gugup.
"Erk-- kau cukup panggil namaku saja. Orlando gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Kamu Jadi Adik Boboiboy
AcakSetelah pertarungan Boboiboy dan Fang melawan Kapten Kaizo yang ternyata ialah abang Fang, Boboiboy dan kawan-kawan kembali ke bumi. Beberapa hari kemudian, Boboiboy dikagetkan dengan kedatangan dari adiknya yang ternyata akan dipindahkan bersamany...