Mafia vs Psychopath [END]

17. MVP

Oiii
Jangan lupa vote, komen dan follow okey?

Kalau ada typo tandain ya oks

Liora memandangi gedung perusahaan Richard yang menjulang tinggi, tujuannya kesini ingin menyampaikan rencana Ellen dan Jasson.

Setelah pertemuannya kemarin dengan Harry, membuat Liora sedikit percaya pada Harry, ingat hanya sedikit

Liora segera bergegas memasuki perusahaan Richard, banyak yang memandangnya dengan tatapan heran pasalnya Liora sangat jarang ke perusahaan Richard.

Saat sampai didepan pintu berwarna coklat dan diatas pintu itu ada tulisan "CEO Room's", tanpa mengetuk pintu Liora langsung menyelonong masuk, tidak sopan memang tapi ini Liora, Ia tidak peduli tentang itu.

Didalam ruangan Richard, tentu saja ada Richard yang duduk di kursi kebesarannya, jangan lupakan disampingnya ada Ellen.

"Shit" umpat Liora dalam hati.

Liora berjalan mendekati Richard dan Richard langsung menyodorkan sebuah rekaman.

Rekaman itu berisi Liora sedang berbicara pada seseorang untuk berencana membunuh Richard, jelas-jelas itu semua editan.

"Aku tau itu pasti editan" ucap Richard.

"Kau tidak akan melakukan itu, bukan?" tanya Richard.

Liora memejamkan kepalanya, "Sialan" umpatnya lagi dalam hati.

Ia kalah cepat dengan Ellen dan Jasson, seharusnya Ia mengatakan rencana mereka berdua kemarin setelah pulang menemui Harry.

Liora tersenyum paksa dan menatap Richard.

"Ya, mana mungkin aku melakukan itu" ucap Liora sedikit kaku.

"Kau dapat dari mana?" tanya Liora pada Richard namun matanya menatap tajam Ellen.

"Entahlah, tiba-tiba ada kotak didepan pintu ruangan ku" ucap Richard.

"Jangan percaya itu bukan aku" ucap Liora.

"Tentu saja, aku tidak percaya" ujar Richard.

Liora menghela nafas pelan, "Sudahlah aku ingin pulang" ucap Liora, tanpa menunggu Richard membuka suara Liora langsung melegang pergi.

"Kamu tidak pulang?" tanya Richard pada Ellen yang ada disampingnya.

"Aku hari ini tidak pulang" ucap Richard.

"Pulang lah! Aku merindukanmu" ucap Ellen manja.

"Ingat batasan mu Ellen!" peringat Richard.

Membuat Ellen mengepalkan tangannya menahan emosi.