Pertemuan

696 63 2
                                    

Happy Reading ❤

-byuurr
-srakk
-plok, plok, plok

Baekhyun diam tak bergeming. Dia bahkan sudah tidak kaget. Sejujurnya dia melihat ember air yang tergantung di atas pintu itu, juga samar ia melihat bungkusan-bungkusan plastik berisi serbuk putih yang disembunyikan beberapa anak dibelakang tubuhnya. Hanya saja ia tidak siap dengan telur-telur itu. Ini akan sangat merepotkan nanti waktu mencucinya.

Ekspresinya datar. Bahkan ia menerima sambutan kehinaan itu dengan mata terbuka. Atensinya menatap gadis berambut pirang yang duduk diatas meja paling depan dengan senyum mengejek. Siapa lagi biang semua ini jika bukan Park Chae Young atau lebih dikenal dengan Rose.

Baekhyun menghembuskan nafas kasar dan berjalan dengan langkah lebar menembus beberapa anak yang sedang menertawakannya.

"Yak! Micheoso? Berani sekali kau??" Pekik Rose karena tanpa aba-aba Baekhyun langsung memeluknya. Dengan tubuh basah penuh tepung dan telur tentu saja.

Sedangkan Baekhyun hanya tersenyum miring.

"Kau!! Gadis miskin hina! Kau tidak lebih dari seekor lalat busuk dari tempat sampah!!" Rose berdiri dengan telunjuk yang mengarah langsung tepat 5cm di depan hidung Baekhyun.

"Kau tau berapa harga seragamku eoh?? Bahkan jika kau menjual tubuh jalangmu dan meliuk semalaman di bar sebulan penuh itu tak akan cukup untuk menggantinya!!"

Baekhyun masih tak bergeming. Raut wajahnya masih datar. Tapi sorot mata itu masih lurus menatap manik wanita didepannya ini.

"Aku bahkan merasa terhina menghirup udara di ruangan yang sama dengamu!" Rose masih menunjukkan urat-urat lehernya, pertanda emosinya sudah meledak. Sedangkan beberapa kacungnya masih sibuk membersihkan seragam Rose dari noda.

Baekhyun hanya diam. Memperhatikan dengan mata kelamnya.

"Kau harusnya pergi jalang! Orang miskin sepertimu tidak pantas berada disini!"

Para siswa yang lain tak akan berani melerai. Bahkan ketua kelas mereka Kim Junmyeon. Dia lebih suka menghabiskan lembar-demi lembar buku yang dia baca. Begitupun beberapa siswa yang lain. Seolah hal itu adalah pemandangan biasa.

Baekhyun berbalik dan pergi dari kelas. Merasa sudah muak dengan apa yang diucapkan mantan sahabatnya itu.

"Yak!!! Mau kemana kau?!! Aku belum selesai!! Aaarrgghhh... dasar Jalang licik, hina, menjijikaannn!" Rose berteriak kencang. Merasa pengabaian Baekhyun sangat merendahkan dirinya.

~○○○~

Sebenarnya hal ini sangat biasa menurut Baekhyun. Dia sudah menerimanya bahkan saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah ini. Dan ini sudah menginjak tahun keduanya. Bahkan ia tak memiliki 1 orangpun teman disana. Lagi pula seorang Baekhyun tak akan membutuhkan teman. Seseorang yang dengan sangat mudahnya meninggalkannya disaat kata percaya sering kali diucapkan. Lagipula dia tak akan menyalahkan siapapun untuk itu. Dia hanya anak pembawa sial. Semua hal yang berhubungan dengannya akan pergi meninggalkannya. Seolah menghindarinya.

"Hembusan nafasmu saja bisa membuat seseorang mati. Kau tak tau kau yang membunuh kakakku eoh?!"
"Kau seharusnya tak pernah lahir. Kau membawa petaka untuk keluarga kami!"
"Kau hanya pembawa sial!"
"Kau pembunuh!"
"Dasar anak sial!"
"Kurasa ibumu pasti menyesal melahirkanmu!"
"Seharusnya kau yang mati!"
"Jika kau yang tertidur disini, kuharap kau tak akan pernah bangun lagi!"

Baekhyun meremat roknya kuat. Terngiang-ngiang selalu kata-kata dari orang-orang sekelilingnya. Bibi, kakek, nenek, bahkan tetangga. Semua orang menyalahkannya. Hati dan jiwa gadis itu sudah layu. Menjadi sebuah tanaman tak terawat yang terbengkalai. Kata-kata negatif yang kian terdengar seperti sugesti, membuat Baekhyun sedikit demi sedikit mulai meyakini jika dialah pembunuh ayahnya, dialah yang menghancurkan keluarganya. Dan sebutan anak pembawa sial yang tidak berguna seolah diamini oleh nya. Bahkan ia mulai memikirkan untuk apa ia dilahirkan jika hanya menjadi seorang pendosa.

Dia hanya punya satu tujuan yang membuatnya masih bernafas hingga sekarang. Ibunya. Baekhyun ingin melihat ibunya bangun dan tersenyum padanya. Jika bahkan setelah itu ia harus mati ia bersedia. Lagipula tak ada yang menginginkannya. Tak satupun menganggapnya manusia selain sampah. Tak satupun yang mau mengulurkan tangannya.

Baekhyun sungguh lelah. Sangat lelah. Dia serapuh daun kering. Dia selemah bayi. Sungguh gadis itu ingin sekali menangis, ia butuh tempat bersandar. Mengeluh dan merengek tentang kekejaman semesta dan ketidak adilan dunia. Jiwa kerdil di sudut hati nya menjerit. Meminta tolong pada siapapun diluar sana.

Tubuhnya ambruk dengan bertumpu pada lututnya. Tangannya memegang dadanya yang berasa ngilu setengah mati. Kepalanya tertunduk dalam hampir menyentuh lantai. Memperlihatkan begitu menyedihkannya kondisi gadis itu sekarang. Batinnya merintih..

'Ku mohon.. siapapun tolong aku. Siapapun tolong bebaskan aku.'

Satu titik air matanya lolos saat merasa ada sebuah tangan besar yang memegang bahunya. Dan suara berat yang mengalihkan atensinya.

"Kau baik-baik saja? Siapa yang melakukan ini semua kepadamu?"

Seolah angin kehidupan bertiup kearahnya. Seorang pria sedang berjongkok menyamakan tinggi dengannya. Wajahnya tegas dan dingin. Matanya tajam melihat kearahnya namun ada sedikit raut kawatir disana. Sekilas Baekhyun melihat bayangan ayahnya berada di depannya.

Sebuah perasaan putus asa yang tak bisa diungkapkan. Baekhyun tau dia sangat tidak pantas untuk bersandar, mengeluh ataupun merengek. Gadis sial sepertinya hanya hidup untuk menebus kesalahan. Ia baik-baik saja sendirian. Dia selalu teguh akan itu. Tak akan pernah menangis untuk hal apapun. Baekhyun merasa dia tak pantas bahkan hanya untuk bersedih dan marah. Dosa yang dia lakukan sudah sangat besar. Semua orang menderita karenanya.

Meski begitu, hanya sebentar. Cukup sekejap saja ia ingin meletakkan semua pesakitan itu. Memberikan waktu untuknya menangis, mengeluh dan merengek. Bersandar pada sebuah dada bidang dan meluapkan segala emosi yang selama ini terpendam. Ia sangat tak berdaya sekarang. Tangan kecilnya semakin erat melingkar di pinggang kokoh itu. Menumpahkan segala bentuk rasa sedih dan sakit yang menumpuk. Suara isak tangis pilu menggema hingga ke langit. Gadis itu merintih dan meraung, seolah mengadu pada ibunya ketika seorang anak nakal menjahilinya. Ya, hanya sebentar saja. Gadis rapuh itu butuh tempat bersandar. Berada di sebuah dekapan hangat pada seorang pria yang bahkan tak ia tau siapa.

-tbc

PROMISE. (CHANBAEK GS) 'END'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang