Takdir

564 66 2
                                    

Happy Reading ❤

~●●●~


Sebuah rasa nyaman kembali Baekhyun rasakan setelah sekian lama. Tidur di pelukan ibunya memang favoritnya sejak dulu. Belaian hangat pada rambutnya dan tepukan lembut di bahunya, mengantarkannya pada tidur ternyenyak sepanjang masa. Baekhyun sungguh enggan terbangun sekarang. Ia semakin merapatkan pelukannya, menyamankan posisinya. Gadis itu selalu suka dengan aroma alami sang ibu yang begitu khas. Dia menghirup dalam-dalam aroma yang dia sukai itu. Aroma maskulin yang menenangkan. Tunggu, sepertinya ada yang salah....

Mata sipit itu terbuka sempurna ketika mengetahui ada jakun tegas di depan matanya. Kakinya tertutupi sebuah jas, tangannya melingkar di perut berotot dan kepalanya berada di sebuah dada bidang. Dada pria.

Baekhyun mendorong pria itu sekuat yang dia bisa dan berdiri untuk memastikan situasi. Dia melihat sekeliling. Langit sudah berubah menjadi jingga. Dia masih berada di atap sekolah. Lebih tepatnya di sudut bersandar pada tembok pembatas. Ia melihat pria yang didorongnya mulai bangkit berdiri. Ia ingat sekarang. Dia kesini karena kejengahan yang melanda hatinya. Rasa sesak yang teramat sangat, rasa putus asa yang menggelora dijiwa. Dan pria itu datang. Baekhyun merutuki dirinya sendiri. Ia yang memeluk pria itu sambil menangis histeris.

"Sepertinya begini caramu berterima kasih nona." Chanyeol berdiri sambil membersihkan seragamnya. Kemeja putih itu sedikit ada nota kuning dari telur.

"Ap-apa yang sudah kau lakukan padaku?!"

"Hey! Seharusnya aku yang bertanya padamu nona. Apa yang sudah kau lakukan padaku?" Chanyeol mengambil jas sekolahnya yang tergeletak dilantai dan berjalan perlahan mendekati Baekhyun.

"Memangnya apa yang sudah kulakukan padamu? Kau mengambil keuntungan dari seorang gadis yang tertidur?! Kau terlihat cukup berkelas untuk melakukan hal rendah!" Baekhyun masih tegap berdiri. Tak bergeming meskipun pria yang jauh lebih tinggi darinya itu berjalan semakin dekat padanya.

"Kuakui kesalahanku yang memelukmu tiba-tiba. Tapi kau bahkan bisa menghindar atau menolaknya. Tapi kau malah seperti menikmatinya? Hah! Memalukan."

Chanyeol masih berjalan perlahan dengan sorot yang menatap lurus ke manik didepannya.

"Lalu, kau memelukku saat aku tertidur. Mengapa kau tidak meninggalkanku? Tentu saja kau tidak akan menyianyiakan kesempatan bukan? Aku bukan gadis lemah rendahan asal kau tau! Jika kau sudah melakukan sesuatu padaku, aku tidak akan mengampunimu!"

Chanyeol berhenti tepat dengan jarak dua langkah di depan Baekhyun. Wajah tampan titisan dewa Eros itu tersenyum tipis. Sangat tipis. Menganggap betapa menggemaskannya celotehan gadis didepannya.

Perlu pria itu garis bawahi jika wanita di depannya ini sedang menatapnya dengan kilatan emosi terpancar. Giginya menggertak, tangan yang terkepal dan dahi yang berkerut menandakan jika lawan bicaranya sedang marah. Namun ntah mengapa menjadi menggemaskan dimatanya.

"Kau! Kau yang lebih dulu memelukku. Kau bahkan memelukku dengan sangat erat sampai rasanya tulang rusukku akan patah. Kau tertidur di dadaku dengan air mata dan ingus yang membuat seragamku basah. Ah, dan jangan lupa bau amis ini. Kau mencengkram kemejaku sangat erat saat aku akan meninggalkanmu. Berterima kasihlah karena aku masih memiliki sopan santun menutupi kakimu saat angin berulang kali menyingkap rokmu itu."

Chanyeol maju selangkah lagi dan itu sukses membuat Baekhyun mundur selangkah juga. Ntah mengapa ada sedikir rasa was-was saat pria itu mendekatinya.

Chanyeol tersenyum tipis, kemudian memakaikan jasnya ke bahu Baekhyun.

"Kau bahkan masih menangis saat tertidur. Tanganmu bahkan melingkar di perutku dan mencari posisi nyamanmu sendiri. Kau membuatku tak bisa berpaling selain melihat wajah tidur menangismu itu. Selama tiga setengah jam aku hanya memandangimu. Sekarang kau yang harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan padaku!"

"Ak-aku hanya me-memelukmu.. aku minta maaf untuk itu. Aku tak harus bertanggung jawab atas apapun. Mungkin memelukmu selama itu adalah sebuah kesalahan mengingat kita tidak saling mengenal. Tapi aku tak melakukan kesalahan yang lain."

"Kau melakukan kesalahan lain."

"Ap-apa itu?"

"Kau membuatku jatuh cinta".

Angin berhembus menerpa rambut panjang Baekhyun. Jas dibahunya kembali jatuh. Mata dengan kilat amarah itu perlahan melemah. Bibirnya sedikit terbuka sejenak, kemudian menutup lagi. Sejenak ia merasa seolah melayang terbang hingga ke atas awan. Namun saat mengingat siapa dirinya, si gadis sial pembawa bencana, ia mematahkan sayapnya sendiri dan terjun hingga ke dasar jurang.

Baekhyun tersenyum miring. Miris sekali dengan apa yang barusan dia dengar bisa sedikit menggoyahkannya. Pria ini, si pria kaya ini tak akan jauh berbeda dengan yang lain. Dengan semua orang yang mengoloknya, menghinanya dan menggunjingnya.

"Kau tidak harus mengatakannya jika kau merasa jijik. Mungkin sangat menyenangkan bagimu mengganggu seseorang yang lebih lemah. Namun ku tekankan sekali lagi, aku bukanlah gadis lemah murahan seperti yang kau bayangkan. Aku akan melepaskanmu karena aku juga sudah memelukmu dengan sembarangan tadi."

Baekhyun berbalik dan melihat jas yang tergeletak di lantai. Dia sedikit memainkan dengan ujung sepatunya.

"Ah, dan ini.. kurasa kau hanya perlu membuangnya dan membeli lagi bukan? Cih, dasar orang kaya!" Baekhyun hanya melirik dari ekor matanya bagaimana ekspresi si pria.

Biasanya orang lain akan menatapnya marah atau ekspresi jengkel yang kentara. Namun tidak bagi Chanyeol. Pria itu menatap lurus tepat ke inti manik Baekhyun. Wajah datarnya kembali memancar aura dingin.

Perlahan Chanyeol kembali melangkah mendekat membuat Baekhyun harus melangkah mundur. Gadis itu merasakan aura dominan yang begitu kuat. Sebuah aura penguasa dimana setiap kata yang terucap adalah mutlak.

Kaki kecil itu berhanti melangkah saat punggungnya menyentuk permukaan tembok yang dingin. Dia terpojok sekarang. Sebuah tangan besar nan kekar mengunci dari sisi kanan. Sisi kirinya terbuka lebar, tapi ntah mengapa kaki Baekhyun seperti terpaku setalah menatap manik besar kelam dari jarak sedekat itu.

Tak sedikitpun Chanyeol mengubah ekspresi dingin dari wajah tampannya, ataupun mengurangi aura penguasannya. Bukankah setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah mutlak? Dia diberi tahu hal itu sejak kecil. Namun gadis ini, dengan berani mengabaikan kata-katanya dengan memberi sedikit kata penghinaan didalamnya. Atau bisa dibilang sebuah penolakan.

Tak sekalipun dalam hidup seorang Park ada kata penolakan. Dan hal itu juga berlaku bagi Chanyeol.

"Ku kira hanya penampilanmu yang menyedihkan, tapi ternyata hatimu jauh lebih parah. Apa kau pikir yang kuucapkan adalah sebuah lelucon?" Dengan smirk dan suara dalam dia mengintimidasi Baekhyun. Penolakan memang bukan untuk klan Park. Tidak untuknya!

Baekhyun hanya diam terpaku sambil susah payah menelan ludahnya sendiri. Aura pria didepannya ini memang bukan main-main.

"Ada seseorang yang mengungkapkan cintanya padamu dan begitu tanggapanmu?! Ada begitu banyak kata sopan untuk menolak. Atau kau mau aku ajari sopan santun? Apa selain miskin dan menyedihkan kau juga tidak memiliki akhlak? Minimal sebuah simpati?!"

"Tak peduli betapa menyedihkannya hidupmu kau tidak berhak membuat orang lain ikut merasakannya." Chanyeol melepas kungkungannya dan melangkah mundur.

"Dengarkan aku! Aku menyukaimu dan aku jatuh cinta padamu! Sampai kau belajar cara menghargai perasaan orang lain kau tidak akan aku lepaskan! Ingat, mulai sekarang kau kekasihku Baekhyun-ssi!" Chanyeol melangkah keluar dan menutup pintu rooftop dengan sedikit bantingan.

Kaki Baekhyun serasa jeli sekarang. Ia merosot kelantai sambil memegangi dadanya yang berpacu dengan nafasnya. Tangannya gemetar mengambil jas si pria yang tergeletak di lantai.

Langit jingga sudah berubah gelap. Meskipun tak ada cahaya bintang namun ada yang bersinar di hati Baekhyun. Ia peluk erat jas yang sedikit tercium aroma maskulin pria tadi. Senyum tipis tersungging.

"Apa aku sekarang punya kekasih? Aku bahkan tak tau namanya!" Monolognya pada langit.










~TBC

PROMISE. (CHANBAEK GS) 'END'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang