Part_4

118 105 87
                                    

Aku masih terus memikirkan perkataan Ririna padaku tadi pagi, Pikiran ku sedikit kacau dibuat perkataan nya.

"Bella, kamu bisa jelasin apa yang dimaksud dengan makhluk sosial?!"sahutnya sembari sedikit mengeraskan suaranya.

Aku kaget dan menggigit bawah bibirku sembari melihat kearah Ririna dan Vanya. Aku mencoba agar mereka memberitahu ku, namun tetap saja kursi ku dan Ririna, Vanya cukup jauh. Aku menatap kearah Izumi dan Izumi menaikkan punggung nya lalu ia menggeleng kan kepalanya.

"Sini kamu! Berdiri di depan,"sahut guru itu.

Saat aku berjalan melewati Ririna, ia mencubit pelan kakiku dengan muka sedikit gemas. Aku melihatnya dan tersenyum seperti tidak berdosa.

"Kamu mau saya pindahkan ke kursi depan Bel?"tanya guru itu.

"Engga Bu, saya udah nyaman di belakang,"jawabku sembari menunduk kepalaku.

"Ririna dan Vanya itu teman kamu kan?"

"Iya Bu, kami satu sekolah saat SMP,"

"Kenapa kamu gabisa pinter seperti mereka,"

Aku melihat wajah guru itu cukup lama dan berkata "Maaf Bu, tapi kami cuma berteman,"sedikit protes.

"Justru karena itu, seharusnya kamu belajar dari mereka,"

"Iya Bu, maaf,"ucapku pelan.

"Yaudah sana kembali duduk, les saya juga udah habis,"

Kulihat dari belakang saat guru itu meninggal kelas, aku menggenggam tanganku seakan ingin menonjok guru itu.

"Aaaaa, capek,"sahutku sembari kembali duduk.

"Bel, bel. Bisa-bisa nya lu udah bikin guru marah padahal kita baru aja baru SMA hahaha,"sahut Ririna tertawa dan melihat ku ke belakang.

"Makanya, kalau guru ngajar itu di perhatiin bukan malah ngehalu gajelas,"sambung Vanya mendorong pelan kepalaku.

"Aaa, apasih. Gw ga dengar,"jawabku kesal.

Ririna dan Vanya tertawa melihat ku seperti di dzolimi. Wajah mereka sedikit menge-ekspresikan wajah kasihan yang bertujuan untuk meledekku.

"Ohshit, udah lah jangan samain gw sama kalian. Padahal udah jelas banget kalau gw itu ga sepintar kalian,"jawabku mengeluh.

"Tapi lu masih bisa belajar kok,"tiba-tiba saja Izumi menyambung pembicaraan kami.

"Nah, denger tu apa yang Izumi bilang,"sahut Vanya sembari menunjuk wajahku.

"Iya-iya,"jawabku.

Ririna dan Vanya kembali duduk di kursi mereka masing-masing setelah mendzolimi ku. Seisi kelas tampaknya sedang senang sebab guru selanjutnya sedang ada tugas jadi tidak dapat mengajar. Semuanya sibuk hingga hampir tak ada lagi murid yang duduk di kursi mereka sendiri.

"Bel, lu masih sedih?"tanya Izumi.

"A-aanu ga kok,"jawabku gugup.

"Lu lagi mikirin sesuatu?"

"Engga juga,"

Izumi mengangguk kan kepalanya dan berkata "Ooo, semangat lagi ya belajarnya," ucapnya sembari mengelus kepalaku dan berlalu pergi meninggalkan kelas.

Dari sudut kelas kulihat Ririna sedang melihat aku dan Izumi sedari tadi dengan wajah kesal seakan memberitahu ku agar menjauh dari Izumi. Aku mencoba mengalihkan pandangku dari Ririna dan sok sibuk membaca buku.

***

"E-eee awas,"sahut seseorang yang ingin terjatuh di depanku.

Bruk.., aku yang mencoba menghindari nya namun sama sekali tak berguna, aku tetap saja terkena getahnya. Bajuku terkena kuah makanan dan juga air mineral nya pecah membuat bajuku semakin basah. Aku terjatuh di pangkuan seorang pria yang sedang makan bersama dengan temannya, dan itu membuat sangat malu. Seisi Kanti melihat kami dan ada beberapa dari mereka yang tertawa. Vanya dan Ririna juga tak lupa untuk tertawa dari pada harus menolongku. Aku melihat kearah kedua sahabat ku dengan wajah kesal.

About Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang