Part_6

93 90 80
                                    

Arkan menepuk-nepuk kepalaku tanpa henti dengan pelan selagi kami menuju ke kursi. Aku mencoba mengelakkan kepalaku dari tangan nya tapi Arkan selalu saja bisa memukul kepalaku.

"Arkan!!"bentakku menatap tajam Arkan.

"Iya, sayang kenapa?"jawabnya bercanda.

"Ga lucu Kan, gw gasuka di pukul."ucapku menepis tanganya dari kepalaku.

"Maaf, Bella."jawabnya sembari mengelus rambutku dari belakang.

Aku tak memperdulikan Arkan dan berjalan kembali ke kursi ku. Aku merasa kesal karena saat presentasi tadi malah Izumi yang memberikan pertanyaan bukan nya orang lain, aku yakin sekali Izumi mencoba mengetes kemampuan otakku.
Dengan kesal aku menggaruk-garuk rambutku dan membuat sendikit keributan.

"Bel, lu kenapa?"tanya Ririna berbisik dari kursinya.

"Ha,"jawabku menaikkan kepalaku.

"Lu kenapa?"

"Gapapa,"

   Ririna menggeleng kan kepalanya mendengar jawaban dariku. Mungkin saja Ririna sudah memprediksi bahwa aku akan menjawab "gapapa".
    Aku melihat kesisi kiri dan kananku yang di tempati oleh Arkan dan Izumi. Aku merasakan aura yang mencekam seakan mereka ingin saling menerkam satu sama lain.

"Kalian kenapa?"tanyaku keheranan.

"Dia yang anak baru itu?"tanya Arkan sembari menunjuk Izumi.

"Iyah,"jawabku mengangguk.

Arkan beranjak dari kursinya dan mendekat kearahku, Arkan mendekat wajahnya dengan wajahku dan berkata "Bella punya gw jangan macem-macem lu,"tegas Arkan.

"Arkan ngapain kamu dekat-dekat sama Bella?"sahut guru itu membuat Arkan kaget.

"Saya ngambil catatan pak,"

Izumi tertawa kecil melihat Arkan diomeli oleh guru dan kembali duduk seperti semula.

***

"Bel, nanti pulang bareng gw yuk,"sahut Arkan.

"Engga mau,"

    Arkan mencoba menyamai langkah nya dengan langkahku mencoba membujukku untuk pulang dengan nya.

"Ayolah Bel,"

"Gamau," jawabku lalu mempercepat langkahku dan meninggalkan Arkan,Vanya,dan Ririna dibelakang.

"Kenapa lu nolak sih Bel?"sahut Ririna sesampainya di kantin.

"Males, ga mood,"jawabku.

"Pulang bareng Izumi aja Bel,"sambung Vanya cuek.

   Mataku refleks melihat kearah Ririna saat Vanya menyebutkan nama Izumi. Mataku dan mata Ririna sempat saling bertemu beberapa detik namun Ririna mengalihkan pandangannya dariku.

"Kenapa Rin? Lu suka sama Izumi?"sambung Vanya memainkan ponselnya.

"Apasih Van,"

"Kalau lu suka bilang aja, gausah disembuyiin,"

"Engga,"

"Terus kenapa tadi pagi pegangan tangan?"

"T-tadi gasengaja,"jawab Ririna gugup.

"Buset ditikung sahabat sendiri."sambung jura dengan sekelompok anggota gaguna nya.

"Nyambung aja lu,"jawab Ririna sinis.

"Yaelah Rin, sosoan ga ngaku,"balasnya lalu pergi.

"Ikut gw pulang bareng yu,"tiba-tiba Arkan sudah berada di depanku.

About Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang