Part_11

57 35 72
                                    

Hai guys!
Happy reading ya❤️

Aku membaringkan tubuhku di kasur yang empuk dikamar Kak Fino. Sudah sangat jarang aku ke kamar Kak Fino sejak kepergian kak Fino dari rumah. Rumah kini terasa sangat hambar, tak ada Kak Fino dan juga Papa.

Aku terkadang memikirkan alasan mengapa Papa selalu marah pada Mama. Aku mencoba mengingat-ingat saat kecil tapi aku tak bisa mengingatnya. Bayangan kecilku seperti tak tergapai, tak ada yang bisa ku ingat selain kamar rumah sakit.

Huft..,

"Papa kenapa ya?" Aku bertanya pada diriku sendiri. Aku menatap tajam-tajam mataku dari cermin melihat diriku yang cukup kuat melewati semua ini.

Drett..,Drett..,

"Gw ada didepan rumah lu, gw tunggu 5 menit"

Aku mengerutkan keningku saat membaca pesan tanpa nama itu. Aku teringat akan seseorang yang mengirimi ku pesan saat istirahat disekolah, ku scrool pesan itu keatas dan ternyata orang yang mengirimi ku pesan adalah orang yang sama. Aku bergegas keluar dan melihat bahu seseorang yang sedang membelakangi ku.

Orang itu membalik kan tubuh nya dan menyapa ku."Konnichiwa"
(Selamat sore/Halo)

"Hei," jawabku.

"Mana Hoodie gw,"ucap Izumi tanpa basa-basi.

"Baru nyampe udah main minta aja,"

"Ada yang mau gw ambil,"

"Masuk dulu,"

Aku mempersilahkan Izumi menunggu diruang tamu. Aku menerka-nerka apa yang ingin Izumi ambil dari Hoodie, dan aku teringat tentang surat yang kutemukan di Hoodie miliknya.

"Nih."aku menyodorkan Hoodie Izumi sembari duduk.

"Ini udah dicuci?"

"Sudah lh, sudah dari waktu itu,"ucapku santai.

"Duhh."Izumi menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Kenapa?"

"Ada dapat surat ga?"

Aku membulatkan bibirku, "Ada tuh."

"Mana suratnya?"

"Masih di kantung, lihat aja,"

Izumi merogoh kantung Hoodienya dengan sedikit tak santai.

"Emang penting banget ya?" Aku bertanya saat Izumi sudah memegang surat itu.

"Ya penting lah, ini tuh peninggalan terakhir sahabat gw."

"Sudah mati dong tu orang?"

"Asal ngomong aja."Izumi mengelus rambutku dengan kasar hingga merusak rambut yang sudah ku tata rapi.

"Mau ikut gw?"sambungnya.

"Ke mana?"

"Ikut aja, ga bakal gw culik,"

Aku beranjak dari duduk ku dan mengikuti Izumi dari belakang. Aku tak melihat adanya sepeda milik Izumi terpakir di depan rumah ku, yang kulihat hanya motor berwarna hitam pekat.

"Naik apa?"tanyaku penasaran.

"Itu."Izumi menunjuk motor hitam.

"Punya lu?"

"Bukan."Izumi menggelengkan kepala nya. Aku plengak-plogok mencari-cari sepeda Izumi.

"Kalau bukan punya gw punya siapa lagi Bellaaa,"sambung nya dengan senyum paksa.

About Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang