Part 10

47 37 48
                                    

Hai!
Aku kembali lagi:)
Happy reading ya!

Aku serta Vanya dan Ririna pergi menuju kantin untuk mengisi perut kami yang kosong. Aku sedikit heran dengan Vanya, padahal matanya selalu fokus pada ponsel tapi entah mengapa Vanya tak pernah menabrak sesuatu yang ada di dekatnya. Entang mengapa kami bisa bersahabat cukup lama padahal karakter kami bertiga sangat berbeda. Vanya yang memiliki kepribadian yang cenderung dingin berbeda dengan Ririna yang selalu ceria serta aku  yang menye-menye.

Langkah kami terhenti ditengah-tengah perjalanan saat melihat 4 pasang kaki yang sedang menghadang jalan.

"Eh, gadis sok kecantikan."ujar Jura menghalangi kami.

"Kenapa lu?"balas Vanya songong.

"Lu tadi dihukum bareng Arkan kan?"

"Yang dihukum siapa? Yang sibuk siapa?"

"Lu diem deh Van, gw ngomong ke Bella bukan elu!"

"Lh, lawak bat hidup lu. Lu itu bukan cuma ngomong ke Bella aja, karena disini ada gw dan Rina. Kalau lu mau bicara berdua yaudah 4 mata. Biar gw tau lu lagi ngomong sama siapa."jawab ketus Vanya lalu beranjak diikuti Rina dan Aku.

Bruk..,

"Bel,"ujar panik Rina.

"Yah, gitu aja jatuh."ucap Jura dengan nada sombong.

"Le-mah."sambung Lara lalu pergi.

"Bel, kalau lu itu di bully lawan!.jangan diam aja napa!"ujar kesal Vanya.

"Iya-iya santai,"

"Heyy, Nisa."sapa Arkan.

"Males bat liat lu,"gumam Vanya meninggalkan kami.

"Van, Vanya. Ga jadi ke kantin?" Jerit Rina.

"Gausah udah keburu kenyang,"

"Nih."ucap Arkan memberikan buku pada Rina.

"Buku apa?"

"Rin, lu bagiiin ke semua murid kelas kita oghey."ucap Arkan membentuk huruf O tangannya.

"Bel ke kantin bareng gw yok." Arkan menarik tanganku sembari berlari kecil.

"Bel, Bella."ujar Izumi yang melihatku bersama Arkan.

Mataku reflek melihat sumber suara itu, seperti aku sudah mengetahui bahwa itu adalah suara Izumi. Aku melihat Ririna yang berusaha menghalangi Izumi dan malah menarik tangan Izumi menuju ke tempat lain.

***

"Lu harus tanggung jawab,"ujar Arkan yang ternyata membawa ku kebelakang sekolah.

"Ha? tanggung jawab apa?"

Arkan mendekat wajahnya serta melihat fokus mataku. Tak ada celah untuk menghindari tatapan itu, serta wajah Arkan yang hanya berjarak beberapa cm dari wajahku membuat ku hanya terpatung.

Aku menutup mataku tak tahan melihat mata Arkan dari dekat. Keadaan yang sepi membuat jantung ku tak terkontrol. Mungkin saja Arkan busa mendengar suara detakan jantungku meski samar-samar.

"Lu mikir gw bakal cium lu."Arkan mentoyor kepalaku pelan.

Kulihat mulut Arkan yang sedang menertawai ku membuat ku sangat kesal.

"Lucu ya Kan? Seenaknya lu perlakuin gw gini?"

"Lu cantik kalau nutup mata gitu,"

"Ga lucu Kan!"bentak ku menahan air mata.

"Bel, Bel. Gw bercanda Bel."

Aku menghempaskan tangan Arkan yang menarik jemariku. "Lu pikir perasaan gw sebercanda itu?"

"Bel, maksud lu apa?"

Aku kaget mendengar jawaban dari Arkan, Arkan menjawab seolah Ia tak tahu bahwa selama ini aku menyukainya. Apakah Arkan belum menyadari nya?

Aku meninggalkan Arkan yang masih berdiri pada posisinya tanpa bergerak. Aku berjalan sembari menutup wajahku dengan rambut dan berusaha mengusap air mataku.

***

Aku melihat papan bertuliskan UKS dengan segera kumasuki ruangan itu.

"Bel, lu kenapa?" Izumi memelukku saat melihat ku.

Untuk kedua kalinya Izumi selalu ada saat aku menangis. Entah ini kebetulan atau tidak tapi aku merasa Izumi selalu ada di dekatku.

Izumi membiarkan ku menangis di pelukannya tanpa bertanya apapun. Sosoknya seperti kekasih saja tapi aku sama sekali tak memiliki ikatan dengannya.

"Nih,"Izumi memberikan segelas air putih saat tangisanku sudah mulai reda.

"Lu kenapa Bel?" tanya Izumi sembari duduk di sebelahku.

"Gapapa, cuma sedih aja ingat Mama,"

Izumi mengangguk dan mengelus rambutku lalu pergi dari UKS. "Jangan lupa Hoodie gw,"ujarnya.

Hukk..,

Hukk..,

"Eh, lu gapapa? Izumi kembali menghampiri ku dan mengusap dadaku.

"Aku melihat wajah panik milik Izumi. "Kok lu yang panik haha,"ujarku tertawa kecil.

"Bikin panik aja."Izumi menyentil jidatku dan pergi.

Aku senang atas perlakuan Izumi padaku, tapi aku ingin Arkan yang memperlakukan ku seperti itu.

"Ternyata benar kata Ririna kalau gw cuma terobsesi aja sama Izumi, tapi kenapa Izumi yang kek suka ke gw?"aku bertanya pada diriku sendiri.

***

Aku harap kalian suka:)
Part ini segini aja ya, maaf kalau kependekan ceritanya soalnya lagi ga mood.

Kalau suka vomet ya jangan lupa folow juga😉

About Us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang