..
"Haechan-ah, sampai kapan kau mau seperti ini?" Lirih pemuda tampan bersurai hitam.Pemuda berwajah manis yang dia panggil Haechan tadi hanya diam tanpa mau menjawab pertanyaannya. Membuat dia tersenyum sendu lalu beranjak pergi meninggalkan si manis.
"Hiks..' isakan pertama lolos dari bibir mungil Haechan setelah kepergian pemuda tampan tadi.
"Hiks.. wae? kenapa harus Mark Hyung yang pergi"
"K–kenapa hiks.."
Isaknya semakin tersedu-sedu sembari memukuli kepalanya dengan tangannya sendiri.
Tanpa dia sadari, pemuda tampan tadi masih berada di dekatnya. Ya, Jaemin pemuda tampan bersurai hitam itu berdiri tak jauh dari tempat Haechan berada. Mengamati bagaimana hancurnya si manis.
"Mianhae Haechan-ah mianhae" gumam Jaemin masih menatap Haechan dengan tatapan sendu.
........
Pagi datang, sinar mentari bahkan sudah mulai masuk melalui celah-celah korden kamar milik pemuda manis bernama Haechan.
Sinarnya yang menyilaukan membuat sepasang mata yang tadinya masih terpejam mulai terbuka. Wajahnya menyiratkan bahwa dirinya sangat lelah.
Cicitan burung yang bernyanyi riang di pohon samping rumah Haechan bahkan tidak membuat keadaan Haechan menjadi lebih baik.
Pemuda manis dengan surai madu itu lebih memilih menggerakkan tubuhnya sebentar dan kembali tidur di ranjang hangatnya.
Bahkan dalam waktu lima menit, Haechan sudah tertidur nyenyak. Seperti tidak punya masalah hidup saja.
Sampai sebuah ketukan ditorehkan seseorang dibalik pintu kamarnya yang sedikit terbuka, Haechan tidak bergeming. Memilih untuk lebih terhanyut dalam mimpi indahnya.
"Haechan-ah?" Panggil orang itu sampai 4 kali. Tetapi Haechan masih tidak bergeming.
Lalu dengan lancangnya, orang itu masuk ke dalam sarang Haechan dengan mengendap-endap. Berusaha agar tidak menimbulkan sedikitpun bunyi.
Orang itu, Jaemin. Tersenyum hangat menatap tubuh Haechan yang terbalut selimut tebal.
Sampai..
"Eunghh mark Hyung?" Lenguh Haechan sembari mengucek dua obsidian kembarnya.
Dan saat membuka matanya, dengan jelas dia melihat yang ada didepannya bukan orang yang dia panggil namanya tadi. Melainkan orang lain.
"A-ah Jaemin?" Gugupnya menyadari bahwa dirinya sedikit keterlaluan.
Jaemin hanya tersenyum. Senyum miris lebih tepatnya. Tapi hanya sekejap, karena dia langsung duduk di pinggiran ranjang milik Haechan.
"Kau ingin jalan-jalan denganku?"
"Eum kemana?"
"Hanya sekitaran sini. Mau?"
Mengangguk pelan, Haechan bangkit dari ranjangnya berniat untuk mandi. Jaemin yang paham segera keluar dari kamar Haechan dan menunggunya di ruang tamu.