..
"Chan!" Yang dipanggil sontak menoleh dengan senyum manis andalannya.
"Ada apa kak?" Tanyanya pada laki-laki tampan yang sedang berjalan mendekatinya.
Laki-laki tampan itu ikut tersenyum sambil mengusak lembut surai si manis. "Hati-hati" ingatnya kemudian mencium sekilas bibir plum Haechan.
Haechan merona tipis di tempatnya. Dengan malu-malu dia kembali tersenyum dan mulai beranjak menjauh dari si tampan.
"Ikuti! Aku tidak ingin mengambil resiko jika 'dia' menyakiti kesayanganku"
dua orang berbadan tegap langsung berjalan memasuki mobil sedan yang terparkir di pinggir jalan dan segera pergi.
"Sicheng, aku punya firasat buruk" ujar seseorang yang baru saja datang dari arah timur mendekati laki-laki tampan yang tadi sempat bercengkrama dengan Haechan.
"Aku pun" gumam Sicheng lirih.
Disisi lain, seorang laki-laki tampan tengah tertawa nyaring di dalam mobilnya.
"Sudah?"
"..." ujar seseorang diseberang telepon.
Si tampan terkekeh pelan sebelum mematikan sambungan teleponnya dan segera melajukan mobilnya menuju kesebuah tempat di pinggiran kota.
"Aku sangat merindukanmu, baby bear" gumamnya sembari menyeringai tipis.
Hingga beberapa menit kemudian mobilnya berhenti tepat di depan gudang kumuh yang memiliki gerbang tinggi.
"Dimana?" Tanyanya pada seorang laki-laki yang sedang berjalan menuju dirinya.
"Di dalam, ruangan pertama." Laki-laki tampan itu terkekeh sinis sambil berjalan masuk ke dalam gudang itu.
"Adikku tersayang, merindukanku?" Ledeknya pada sosok manis yang sedang duduk di ranjang dengan rantai yang mengikat kedua tangan beserta kakinya.
Itu Haechan, dan yang ada di depannya adalah.. Donghyuck. Saudara kembarnya.
"Hyuck, tolong hentikan ini" ujar Haechan yang sudah mulai terisak kala tangan nakal Donghyuck menyapa permukaan kulit pipi Haechan yang lembut.
Rahang Donghyuck mengeras seketika.
Plak
Satu tamparan dia loloskan pada pipi tembam Haechan. Membuat jejak merah disana.
"Dengarkan aku, sampai kapanpun hanya aku yang boleh menyentuhmu. Bukan laki-laki sialan itu" geram Donghyuck.
Haechan terisak pelan, ditatapnya Donghyuck dengan tatapan penuh luka dan kecewa.
"Jangan menatapku seperti itu, sangat menyedihkan" hati Haechan mencelos, dia menunduk untuk menghindari tatapan Donghyuck yang menurutnya sangat mengintimidasi.
"Kau gila!" Bentak Haechan berusaha memberontak saat bibir Donghyuck menyapa cuping kirinya.
Donghyuck menyunggingkan senyum miringnya. "Baby bear, aku belum mulai tapi kau sudah berteriak?" Kekehnya yang membuat Haechan muak.
"Psikopat gila! Setelah membunuh Daddy dan Mae apa sekarang kau akan membunuhku?!" Teriak Haechan tepat di depan wajah Donghyuck.
"Mungkin, tapi bukankah lebih baik kita masuk ke dalam kuburan bersama. Baby bear?"
"Aku tidak mau! Kau gila, aku ini adikmu."
"Aku sangat membencimu!" lanjut Haechan yang sontak membuat emosi Donghyuck meledak.