..Bagi semua orang, kehilangan orang yang paling disay– beberapa kata dihapus demi kepentingan bersama.
...
Haechan menangis meraung-raung sendirian di dalam sebuah kamar mewah berdesain modern. Tidak perlu bertanya, sudah pasti pemilik kamar itu adalah orang kaya.
Pertanyaannya, siapa orang itu? Bagaimana bisa Haechan berada disana sembari menangis?
"Hiks Chenle"
Si manis masih setia menangis di sofa kamar itu sambil memeluk sebuah album foto. Sebenarnya siapa yang dia tangisi? Dan siapa Chenle?
Flashback
Haechan dan Chenle adalah sepasang kekasih yang akan menikah dua bulan lagi. Hari ini mereka memutuskan untuk berlibur ke pantai sebelum sibuk mempersiapkan pernikahan.
"le, cepetin dong nyetirnya" dengus Haechan.
Sungguh dia sudah sangat kesal, Chenle sedari tadi menyetir mobil dengan cukup lambat. Jika seperti ini kapan mereka sampai di pantai?
"Diem Hyung"
Haechan kembali mendengus, dia mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil untuk melihat pemandangan indah di jalan.
"Eh?" Haechan kaget, lantas menoleh pada tangannya yang sudah digenggam mesra kekasihnya.
"Maaf, aku cuma lagi berusaha jagain Hyung. Aku gak mau Hyung sampe kenapa-kenapa"
Hati Haechan menghangat setelah ucapan Chenle barusan. Dia tersenyum manis dan membalas genggaman Chenle pada tangannya.
Hangat, Haechan sangat suka.
"le, aku gak sabar nunggu hari pernikahan kita" jujur Haechan yang dibalas kekehan oleh Chenle.
"Aku juga Hyung. Aku gak sabar pengen milikin Hyung seutuhnya"
Si manis kembali tersenyum, kini keduanya saling tersenyum. Namun Chenle masih fokus pada jalanan di depannya. Membuat dia hanya menjawab seadanya.
Beberapa saat kemudian, Chenle merasa ada yang aneh dengan mobil yang dia tumpangi. Beberapa kali dia mencoba menginjak rem, namun tidak berfungsi.
Dia panik, tapi sebisa mungkin menunjukkan wajah tenangnya. Dia tidak ingin kekasihnya ikut panik karena dirinya.
Perlahan dia mencoba menyeimbangkan arah mobilnya. Namun beberapa detik kemudian, jalan menurun dan berbelok menunggu dirinya di depan sana.
Dia semakin panik. Chenle semakin mengeratkan genggaman tangan Haechan. Haechan tidak boleh kenapa-kenapa. Haechan nya harus selamat.
Walaupun jika ada yang terluka. Itu harus dia. Haechan nya tidak boleh terluka sama sekali.
"Hyung bisa janji buat bahagia terus kan?" Haechan tertegun. Tapi kemudian mengangguk dengan semangat.
Entah kenapa dia merasa ada yang aneh dengan Chenle. Namun Haechan berusaha abai.
"Bisa, kalo sama kamu Hyung bakal bahagia terus" Chenle menggeleng, di depannya hampir mendekati jalanan menurun yang berbelok.
Dengan berusaha tenang Chenle menekan kunci pintu mobilnya. Setelah dirasa kunci pintu samping Haechan terbuka. Dia menatap Haechan dengan gelisah.
"Hyung percaya sama aku kan?" Haechan mengeryit, sebenarnya Chenle kenapa?
"Lele, kamu kenapa?"