.....
"Tama"
"Hm?"
"lebih baik kita akhiri aja hubungan ini."
Tama mematung tak percaya dengan ucapan kekasihnya itu. Kenapa?
"Jangan bercanda Gurun!"
Gurun tersenyum sendu, menatap Tama sebentar sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Ayo akhiri hubungan ini"
"Kenapa?"
"Aku–"
"GURUN!! Ayo kita pergi" teriak seorang laki-laki tinggi berkulit putih di jarak yang lumayan dekat dengan keduanya.
"Bian?" Bingung Gurun menatap laki-laki yang memanggilnya barusan.
Dia Abian Prawira, laki-laki yang mempunyai mata bulan sabit ketika tersenyum.
Menyadari raut kebingungan Gurun, Abian memberi kode dengan sebuah lirikan mata. Gurun paham, saat ini Abian sedang membantunya.
"Tama, lebih baik kita akhiri aja hubungan ini. A–aku udah punya Bian. Maaf" ujar Gurun tanpa menatap wajah Tama sebelum menarik Abian pergi bersamanya.
Tama terdiam mematung, dia tidak tahu harus berbuat apa. Tolong katakan pada Tama, jika ini semua hanyalah mimpi.
"ARGHHH!" teriak Tama kemudian.
....
"Saya suka kamu" ujar Mahes setelah hening beberapa saat.
"Hah?" Tama melongo mendengar pengakuan kakak dari mantan kekasihnya itu.
"Saya suka kamu!" Ujar Mahes lagi, kali ini disertai penekanan disetiap katanya.
"Ta–tapi kak"
"Saya menyukai kamu saat pertama kali kamu masuk ke UI. Saya tahu kamu straight dan adek saya juga menyukai kamu. Jadi–"
"Jadi saya lebih memilih menyimpan perasaan ini" imbuh Mahes semakin membuat Tama kaget.
....
"Tama?"
"Hiks.. k-kak Mahes?" Lirih Tama mendongakkan kepalanya disaat mendengar seseorang memanggilnya.
Mahes tertegun, Tama menangis?
"Kenapa menangis hm?"
Tama dengan cepat menghapus sisa-sisa air matanya mendengar pertanyaan Mahes.
"Aku tidak–"
Hup.
Mahes memeluk tubuh Tama dengan erat sebelum laki-laki berkulit tan itu berhasil menyelesaikan ucapannya.
Tama kaget, dirinya berusaha menormalkan detak jantungnya yang menggila. "K-kak?"
Mahes diam, dirinya semakin mengeratkan pelukannya membuat Tama diam-diam tersenyum hangat dan membalas pelukan Mahes dengan tak kalah eratnya.