Sebastian berdiri dengan emosi ketika melihat orang tua angkat Kaito datang tanpa Kaito sangka.
Kaito kembali menunduk dan tidak bisa menahan tangisnya. Dia tidak tau ingin berkata apa dan berbuat apa. Sejak ayahnya menamparnya waktu itu, Kaito selalu menghindari orang tuanya dan berusaha untuk tidak bertemu dengan mereka. Bila mereka ada di rumah, Kaito akan menginap di rumah Naoki. Sekarang baru mereka bertemu lagi dan Kaito benar-benar tidak siap.
Tomo dan Riina, orang tua angkat Kaito itu duduk di sebelah kanan Morii. Tomo menatap Kaito dingin dan mulai berbicara.
"Hebat sekali kamu mengirim surat seperti itu pada kami? Apa kamu bisa membayar semua yang sudah kami keluarkan untuk hidupmu selama ini?" Tanya Tomo tanpa rasa kasihan.
Kaito menutup matanya. Tangannya masih gemetaran. Namun di sudut matanya dia melihat Sebastian yang berdiri menatapnya. Kaito merasa lebih kuat dan mengangkat kepalanya menatap Tomo.
"Aku tidak meminta kalian untuk mengadopsiku. Kenapa kalian mengadopsiku dan setelah itu menganggapku seakan aku tidak ada?" Tanya Kaito menantang mata Tomo.
"Rumah sakit itu tidak akan diberikan kepada kami kalau kami tidak punya pewaris. Jadi terpaksa kami mengadopsimu. Sekarang kamu mau pergi pun kami tidak akan rugi karena rumah sakit itu sudah menjadi milik kami," jawab Riina dengan ketus.
"Huh, memangnya kalian abadi. Kalian pasti nanti juga akan mati. Lalu siapa yang akan meneruskannya?" Tanya Kaito dengan datar.
"Brengsek! Beraninya kamu bicara begitu padaku!" Teriak Tomo berdiri ingin menampar Kaito lagi namun terhenti ketika ada yang menahan tangannya.
Tomo melihat kepada orang yang memegang tangannya dan bergidik. Lelaki yang berkulit pucat dan tampan namun entah kenapa tatapannya sangat menyeramkan.
"Sedikit saja, jarimu menyentuhnya, kalian akan kubunuh tanpa ada yang menyadarinya," kata Sebastian dingin membuat mereka bertiga gemetaran.
Kaito berdiri dan mengambil semua dokumen yang diletakkan di atas meja. "Semuanya sudah ada di sini kan? Nah, dengarkan aku baik-baik. Nanti aku akan kembali untuk membeli rumah sakit kebanggaan kalian itu. Lebih dari cukup untuk membayar semua yang sudah kalian habiskan untukku kan? Semoga kalian menyesal telah menyia-nyiakanku."
Kaito meraih lengan Sebastian dan keduanya berbalik pergi dari sana. Tomo dan Riina tak bisa menjawab apa-apa. Dalam hati mereka takut kalau apa yang dikatakan Kaito menjadi kenyataan. Kaito akan membeli rumah sakit itu.
###
Kaito duduk di dekat jendela kamar sambil menatap keluar. Masih sedikit terguncang dengan kejadian tadi sehingga hanya terdiam duduk di sana. Kaito bahkan meminum wine yang biasa diteguk Sebastian kemarin ini.
Sebastian yang duduk di depannya hanya memandangi Kaito. Tidak ingin mengusik Kaito dulu sampai dia tenang.
Namun Sebastian sadar karena Kaito sudah menghabiskan setengah botol wine itu yang pertamanya masih penuh.
"Apa yang terjadi kalau manusia meminum wine sebanyak itu?" Tanya Sebastian dalam hati dan mengingat-ingat Kaito tidak pernah meminum alkohol dalam jumlah banyak saat bersamanya.
Kaito masih termenung dan kembali menuang wine yang entah keberapa gelas dan meneguknya sampai habis. Kaito menoleh pada Sebastian dan menghela nafas.
"Sebastian... kenapa tidak ada yang menginginkanku? Aku tidak punya orang tua dan diadopsi hanya untuk mendapatkan sesuatu. Kenapa aku harus mengalami hal seperti ini? Apa kesalahan yang sudah aku lakukan? Apa... aku pantas mendapatkan hal seperti ini?" Tanya Kaito dengan mata berkaca-kaca. Pipinya merona. Sebastian yakin Kaito sudah mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted Things (Yaoi) [Completed]
RomanceKaito diangkat menjadi asisten dosen yang baru mengajar di jurusannya. Kaito diam-diam terpukau dengan ketampanan dosen itu namun dia yang yakin dirinya straight dan mempunyai pacar, mencoba mengalihkan perhatiannya. Namun semua menjadi di luar kend...