Chapter 6

1.9K 198 2
                                    

Kaito memasuki kamar penginapan yang mereka sewa tidak jauh dari hutan tadi. Kamar yang tidak terlalu besar namun terlihat hangat dengan desainnya yang mengutamakan kayu oak.

Hiro pergi ke kamar mandi dan kembali dengan handuk dan membalut tubuh Kaito dengan handuk itu. "Ayo mandi air hangat, aku akan menghidupkan penghangat ruangan ini."

Kaito menatap Hiro lembut dan berjalan ke kamar mandi. Kaito melihat dirinya di cermin. Mengusap bibirnya yang terasa sangat lembut dan hangat.

"Kenapa? Padahal aku baru mengenalnya... tapi jantungku tidak bisa berhenti berdetak kencang..." ucap Kaito pelan dan membuka bajunya yang basah. Kaito menghidupkan shower dan menutup matanya merasakan air hangat menyiram seluruh tubuhnya. Rasa dingin tadi menghilang dan membuatnya merasa nyaman.

Kaito membuka matanya saat mengingat bagaimana Hiro menciumnya tadi. Kaito mengusap lehernya dengan lembut. "Sudah berapa kali kami berciuman? Dan kenapa aku sangat menyukainya? Bagaimana sensei menciumku membuatku merasa sangat disayang dan dibutuhkan..." pikir Kaito dalam hati.

Kaito menarik nafas menenangkan jantungnya. Darahnya masih sesekali berdesir. Kaito mengambil jubah mandi berwarna putih dan memasangnya kemudian keluar dari kamar mandi.

"Sensei, bagaimana dengan pakaian kita? Basah semua," kata Kaito sambil menutup pintu kamar mandi dan berbalik. Dan termenung dengan pemandangan di depannya.

Hiro yang juga memakai jubah mandi duduk di sofa di dekat jendela sambil memandanginya. Bagian dada jubah itu terbuka memperlihatkan kembali dada bidang Hiro yang tegap itu. Rambut Hiro turun semuanya ke dahi membuat Hiro terlihat lebih muda.

"Aku sudah meminta pelayan penginapan ini menjemput baju dan mencuci juga mengeringkannya. Mungkin besok sudah selesai," jawab Hiro sambil berdiri dan melirik jendela yang basah karena hujan.

"Lalu kita akan memakai jubah mandi ini sampai besok?" Tanya Kaito sambil berjalan ke ranjang dan duduk di sana.

"Aku akan bertanya apa ada baju baru yang bisa kita pakai di sini," kata Hiro tanpa melirik Kaito dan berjalan ke pintu kamar.

"Sensei, serius keluar seperti itu. Kalau pelayannya perempuan, dia pasti bisa pingsan," kata Kaito menahan tawa.

"Tenang saja," jawab Hiro dan menutup pintu.

Kaito tersenyum dan berjalan ke jendela. Walau hujan sangat lebat, Kaito bisa tetap menikmati indahnya bukit yang menjulang di depannya. Kaito ingin sekali mendaki bukit itu kalau saja tidak hujan.

Kaito menguap dan keheranan karena akhir-akhir ini mudah mengantuk. Apalagi dengan suasana kamar yang hangat dan sangat nyaman ditambah suara hujan yang berjatuhan di atap. Kaito berjalan ke ranjang dan masuk ke selimut. Rasanya sangat nyaman sehingga Kaito langsung tertidur.

Hiro memasuki kamar sambil membawa dua pasang baju baru yang ternyata disediakan empunya penginapan. Dan terdiam memandangi Kaito yang tertidur.

"Lebih baik dia tidur karena tadi sudah kedinginan seperti itu," kata Hiro pelan dan meletakkan baju itu di lemari.

Hiro kembali duduk di sofa dan terus memperhatikan Kaito yang tertidur. Hanya dia yang tau bagaimana dia mencoba menahan diri untuk tidak menyentuh Kaito lebih jauh. Dan betapa menggodanya aroma darah Kaito saat Hiro menciumnya.

"Sekali saja, sekali saja kamu mengatakan kalau kamu mencintaiku... aku akan menjadikanmu milikku seutuhnya. Aku ingin lebih banyak menyentuhmu. Merasakanmu. Meluapkan semua perasaan ini padamu..." ucap Hiro dalam hati dan mengigit bibirnya.

"Aku lupa membawa wine. Aku harus mencari alkohol," kata Hiro kembali keluar kamar. Dia akan susah mengendalikan rasa hausnya akan darah Kaito bila tidak meminum  alkohol.

Enchanted Things (Yaoi)  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang