UKS terlihat senggang siang ini, hanya terdapat 1 bilik yang dihuni 3 orang sekaligus didalamnya, satu terduduk lesu dan dua yang lain menatap penuh sesal dengan keadaan sipemuda itu. Mokta memantapkan langkahnya menuju bilik yang paling terlihat mencolok, ketika dia dapati Moksa yang tengah meringis kala kapas yang dibubuhi obat merah menyapa ujung bibir rahang tegasnya.
"Gimana bisa sampe bonyok gini sih dek?".
Moksa yang kaget dengan kedatangan Moktapun meringis kala lebam dipipinya tidak sengaja tersenggol. Bukankah Abangnya masih tertidur ketika dia berangkat tadi pagi, bahkan surat izinnya pun masih menunjukan sakit sampai hari ini, lalu kenapa bisa sosok didepannya itu bisa berdiri dengan seragam lengkap disini.
" Ck malah bengong", sambar Mokta yang menunggu respon Moksa kembali dari kekagetannya.
Tau tau saja satu cowok yang memakaii jaket baseball kebesaran bangkit dan memberikan Mokta ruang, kakak Moksa pikirnya.
"Maaf kak tadi Moksa bantuin saya pas diganggu kakak kelas, terus mereka kepancing dan malah mukul Moksa. Sekali lagi saya minta maaf kak". Tutur salah satu pemuda yang diketahui bernama Banyu Sagara dari nametag di baju seragamnya.
Mokta mengangguk maklum, bukan masalah jika memang Moksa membela yang lemah, persis seperti yang sering Ayahnya katakan.
"Gak bonyok bonyok amat sih, terus gimana tadi? Masuk BK nggak? Baru masuk belum ada seminggu loh! " Kata Mokta.
Dengan sedikit meringis Moksa melempar kasa yang sudah berlumur obat merah sekenanya menuju tong sampah. "Tadi temen abang yang bantuin, terus ke BK cuma jadi saksi kan gak sampe mukul udah dipisah duluan. Lagian mereka yang bikin masalah kok". Paparnya.
"Temen abang siapa dah?", tanya Mokta.
"Bang Danial sama kak Sandra kalo nggak salah, kak Sandra yang lapor guru BK sama ikutan jadi saksi terus bang Danial yang bantu misahin", jelas Moksa.
Mokta mengangguk seadanya, beruntung tidak terjadi hal serius pada Adiknya terlebih setelah mendengar bahwa Dika menjadi dalang kerusuhan insiden kali ini.
" Yaudah kalian hati hati apalagi sama komoplotannya Dika, sebisa mungkin jangan bikin masalah sama mereka. For your information aja, mereka emang trouble maker banget, kalau saja orang tua mereka gak punya power disini mungkin dari dulu udah di DO, jadi kalian hati hati aja sama mereka"
Ketiga pemuda yang lebih muda mengangguk paham, mengingat bagaimana guru BK yang terlihat sedikit berbeda memperlakukan mereka.
"Oh iya kamu..?" Tanya Mokta yang sedikit kesusahan mengingat salah satu teman Adiknya yang sedikit familiar diingatannya.
"Bisma bang, temen SD Moksa. Yang dulu sering maen futsal belakang bangunan bekas Pabrik". Potongnya terlebih dahulu.
" Ahh iya inget inget. Udah lama gak ketemu, manglingi dah".
Bisma hanya tersenyum maklum, dia sudah tidak berhubungan lagi dengan Moksa setelah pindah rumah semenjak kelas 4 SD.
" Kalau yang inii?".
" Saya Banyu kak, sekelas juga sama Moksa dan Bisma", paparnya.
Mokta kembali tersenyum dan mengangguk. "Gue Mokta abangnya Moksa, XII Ips 2 kalau ada apa apa kesana aja" Timpalnya dan diangguki dua pemuda yang lebih muda darinya.
Moksa yang tengah berkaca pada ponselnya perdecak kecil, "Biru nih pasti, mampus aja kena amuk Ayah".
"Gaklah, asal kau gak salah mah santai. Kaku amat kek baru nakal sehari aja".
KAMU SEDANG MEMBACA
oktrouble
Teen FictionDear Mokta Ratusan kilo meter jauh dari pusaran tempatmu menyatu dengan keabadian. Lapor komandan, saya sudah berhasil menemukan titik kordinat tempat seharusnya saya pulang. Saya sudah berhasil sembuh dari trauma yang berjudul kehilangan. Tapi k...