"Beneran nggak mau dianter sampe rumah nih, gua kosong loh hari ini"
Mokta mengangguk mantap, tangannya sibuk merapikan barang bawaan yang harus dia bawa pulang.
"Iya, Moksa udah jalan jemput. Ini mau nata barang dulu di sekre bentaran" Tolaknya halus.
Dimas mengangguk maklum, menghela nafas sebentar melihat aktifitas Mokta yang masih terlihat lemas.
"Pulang kalau bisa langsung chek up ta, takut tekanan darahmu turun atau gimana. Lemes gitu masihan"
Mokta menghentikan kegiatannya sejenak, mengangguk sembali tersenyum simpul kepada kakak tingkatnya itu.
"Jangan ngangguk terus, ini juga bukannya istirahat malah mau nata barang di sekre. Besok aja napa sih, biar anak anak yang lain"
"Kasian yang lain pasti capek bang, mumpung pulang cepet ini sekalian nunggu Moksa daripada nganggur"
"Nganggur nganggur palamu, lu pulang bukan karna bolos yah". Tegasnya
Mokta memamerkan deretan giginya, sebenarnya dia merasa bersalah karna kecrobohnynya tidak bisa menjaga diri, sampai lepas tanggung jawab sebagai ketua panitia yang tidak mengikuti acara sampai akhir, tapi ya mau bagaimana lagi.
"Yaudah bang, gua masuk dulu yak. Terimakasih dan sampai jumpa", pamit Mokta.
" Ship, baek baek jaga badan! " Pesannya sebelum kembali melajukan mobilnya membelah jalanan kota yang padat disiang hari ini.
Mokta menghela nafas setelah mobil audi Dimas hilang dipertigaan jalan, dengan sedikit enggan dia membawa langkahnya menuju ruang sekre yang sebentar lagi akan sangat dia rindukan.
Banyak barang yang harus dia tata, dua kardus berukuran sedang berisi alat alat praktik kepramukaan satu persatu dia tata ketempat semula.
Rasa lemas masih menjadi momok utama baginya, setelah semua barang kembali ketempat semula dia lalu merebahkan badannya pada dua kursi yang disatukan untuk beristirahat.
Suasana sekolah sedikit senggang, hanya tersisa beberapa kelas yang mengikuti tambahan pelajaran dan melakukan ekstrakulikuler.
Drttt drttt drtt
"Iya dalem, Assalamu'alaikum" Jawabnya
"Waalaikumusalam. Abang dimana? Udah digerbang nih"
Mokta menegakan badan.
"Iya bentar abang jalan kedepan" Jawab Mokta seadanya.
Setelah mematikan panggilam suaranya, Mokta kembali memastikan barang barang sudah sesuai dengan semestinya sebelum meninggalkan ruang sekre untuk menemui Moksa.
🐣🐣🐣🐣
Suasana mobil sedikit sepi, hanya terdengar suara musik dari radio mobil yang sengaja Mokta putar sebelum terjun kelama bawah sadar.
Moksa sebagai yang muda mengalah saja, membiarkan Mokta melakukan hal yang dia mau. Hal yang pertama Moksa tau setelah pagi pagi mendapat telepon dari Mokta adalah bahwa Abangnya kembali jatuh sakit, tidak heran sebenarnya dengan pola hidup Mokta yang semrawut ditambah kegiatan taruna 17 tahun itu yang sangat padat akhir akhir ini.
Setelah memarkirkan mobilnya dengan selamat digarasi, Moksa menengok kearah belakang tempat Abangnya tertidur dengan pulas. Dengan hati hati Moksa mencoba membangunkan Mokta dengan lembut.
"Bangun dulu bang, pindah kekamar", ucap Moksa pelan.
Mokta berusaha meraup kembali kesadarannya yang sempat hilang, dia lalu berusaha bangun dengan gerakan yang sedikit enggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
oktrouble
Teen FictionDear Mokta Ratusan kilo meter jauh dari pusaran tempatmu menyatu dengan keabadian. Lapor komandan, saya sudah berhasil menemukan titik kordinat tempat seharusnya saya pulang. Saya sudah berhasil sembuh dari trauma yang berjudul kehilangan. Tapi k...