"bagi nama nama yang sudah mendapatkan undangan seleksi lanjutan, untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin guna mengikuti tes pengetahuan seputar Guna Dharma dan wawasan kebangsaan yang akan diadakan akhir pekan ini".
"Dengan ini saya juga mengucapkan selamat dan terimakasih kepada calon queen and king 2023 yang sudah berpartisipasi dengan diselenggarakannya acara ini, semoga dengan acara ini Guna Dharma akan menciptakan generasi muda yang cerdas, tanggap dan berdikari untuk membangun negeri....."
Mokta sudah tidak memperdulikan apapun, telinganya sudah berdenging, pandangannya sudah berubah resolusi menjadi 144, sekedar menelan air liur saja rasanya sudah menjadi duri. Hawa panas berhembus mengikuti alur gas Co2 yang dia keluarkan. Lututnya serasa goyah, ditiup angin sedikit saja rasanya sudah melayang. Beruntung mokta berdiri paling ujung belakang, tepat dibawah bohon ringin yang santer dikabarkan berpenghuni sosok kuntilanak kepala botak.
Mokta membuat kepala tangan kuat, mau pingsan tapi malu. Ditolehnya Arsen yang adem ayem sembari bersandar pada plang gol bekas anak anak futsal main pagi tadi. Kalau saja tenaganya masih tersisa, hal pertama yang akan Mokta lakukan adalah menempeleng manusia tidak berbudi pekerti luhur seperti Arsen itu.
"Sen kayaknya gue mau pingsan deh" ucap Mokta lirih.
Arsen mengkerut, memandang sebentar Mokta tanpa minat mengindahkan gumaman Mokta yang dia fikir hanya bercandaan. Danial yang berada didepan Mokta berbalik, melirik sebentar sikarib sebelum melebarkan matanya.
Mokta hampir saja nyungsruk kalau saja Danial tidak siap menangkap, Arsen yang semula bodo amatpun ikut terkejut hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring saat dia menggeser plang gol yang terbuat dari besi itu.
"Mok, woe bangun!" Danial mencoba membangun kesadaran Mokta yang timbul tenggelam. Hawa panas lalu menjalar kala tangannya sigap menopang Mokta yang sudah setengah tengkurap itu.
Mokta masih sadar walau pandangnnya serasa kehilangan kendali, buram kehitaman juga dengungan nyaring memenuhi indra pendengarannya. Dirasakan setiap sendi yang semula lemas kini malah kencang, seakan menarik otot ototnya secara bersamaan.
Arggghhhh
Anggota PMR datang tergopoh gopoh, membawa tandu untuk menggotong Mokta yang hanya bisa mengerjap resah merasakan sakit bersamaan disetiap inci bagian tubuhnya.
Belum menyentuh pintu UKS, Mokta kembali mengerang sebelum akhirnya semua orang sibuk dan khawatir melihat kondisi pemuda tersebut.
Guru Jaga dan beberapa anggota PMR tak kalah cemas, beberapa siswa juga yang tak sengaja melihat justru ikut bergidik ngeri sekaligus penasaran.
Mokta kejang.
Seperti roh yang ditarik dari atas, hingga hanya menyisakan bagian putih pada matanya yang terbuka kuat. Nafasnya tercekat, refleks menggigit bibir dalamnya hingga menimbulkan robekan yang mengeluarkan darah segar dicelah celah gigi putihnya. Dari kaki sampai kepalanya kaku bergerak tak tentu, semua orang sibuk dengan perasaan masing masing. Panggilan kepada ambulance dilakukan secepat mungkin, memanggil tenaga medis yang memumpuni untuk membawa pemuda 17 tahun itu segera mendapat pertolongan.Menit menit paling krusial, Mokta ingin merintih ketika pandangannya semakin gelap, suara yang dapat dia tangkap semakin menjauh dan lirih.
"Kalau dunia sudah tamat, lalu Tuhan akan menciptakan semesta lain. Entah itu berbentuk seperti apa, tapi yang jelas semoga Tuhan berbaik hati mempertemukan kita kembali"
"Tapi jika yang tamat adalah duniaku sendiri, maka akan kupastikan tidak akan sedikitpun penyesalan mengenalmu sejauh ini"
"Menjadi tiada bukan hal yang sulit untuk mereka yang hidup dalam ketidak pastian, tapi jika tiada adalah hal yang harus ditangisi maka lakukan sepuas yang kau bisa selagi ragaku masih nampak untuk kau sapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
oktrouble
Teen FictionDear Mokta Ratusan kilo meter jauh dari pusaran tempatmu menyatu dengan keabadian. Lapor komandan, saya sudah berhasil menemukan titik kordinat tempat seharusnya saya pulang. Saya sudah berhasil sembuh dari trauma yang berjudul kehilangan. Tapi k...