Mampus mampus mampus
Mokta telat. Semalam begadang keasyikan baca materi yang bisa dihitung pakai jari saking langkanya Mokta punya moto sebagai pelajar yang benar. Bodohnya lagi matanya yang manja setelah hanya diberi jeda istirahat 3 jam itu memaksa merem setelah melaksanakan sholat subuh.
"Abang berangkat Nda, udah telat banget" ucapnya heboh sembari menuruni anakan tangga dengan tergesa.
"Sarapan dulu, dikit aja!" Bujuk Marisa.
"Udah telat, ntar aja makan dikantin. Abang berangkat dulu, Assalamualaikum!"
Marisa berkacak pinggang, melepas anak sulungnya yang melesat ditelan pintu utama. Memnag hari sudah siang, Moksa dan Galihpun sudah meninggalkan rumah sejak 20 menit yang lalu. Mokta, tentu saja Marisa sudah jengah meneriaki anak pertamanya itu untuk segera bangun, namun tetap saja hanya lenguhan panjang ditutup dengan dengusan kembali terpejam.
Hampir saja Mokta menabrak pembatas jalan jika saja dia tidak gesit memutar kemudinya. Spedo meter menunjukan jarum yang mengarah keangka 90 km/jam tentu saja dengan jalanan yang ramai. Mokta sudah heboh sendiri, jarak temouh masih sekitar 22 km lagi dan jam pada pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul 06.53 menit.
Shit mampus Mokta belum menyelesaikan tugas Ekonominya.
Pasrah saja Mok.
Sesampainya diplataran sekolah benar saja gerbang sudah ditutup rapat.
Mokta sudah panik sendiri.
Diliriknya melalui spion yang mengarah kearah warung kopi pinggir jalan. Mokta memutar kemudinya, mendengus licik ketika tak mendapati satpam yang biasa jaga didepan gerbang.
Setelah memarkirkan mobilnya disamping warung langganan dia (read : tempat parkir vip ketika telat), dengan sigap dia mengendap kearah samping gedung sekolah yang dipisahkan dengan gerbang tinggi menjulang.
Mokta mengerutkan dahinya, mendapati gadis memakai seragam yang sama celingak celinguk didepan gerbang.
"Sussstttt pffft woe"
Si gadis menoleh, tak kalah terkejut mendapati Mokta dengan cengiran khasnya.
"Telat juga," bisik Mokta.
Linka si gadis mengangguk resah, takut takut kedapatan oleh guru BK yang terkenal tanduknya seantero GunDhar.
"Lewat belakang yok, gue ada tembusan. Tapi mesti ati ati sih kalau ketauan ya wasalam juga" ajak Mokta.
Linka menimang nimang, ragu sebenarnya tapi mau gimana lagi. Maju kena mundur langsung instan.
"Gue takut sih, tapi yaudah ngikut aja." Pustus Linka.
Mokta memgangguk semangat, dengan mengendap diikuti Linka dua sejoli itu menyusup melalui celah sekolah dan rumah warga yang menyisakan jalan sempit.
"Bentar tungguin sini, gue liatin dulu entar kalau aman lo baru masuk." Pesan Mokta.
Pemuda itu menghimpitkan badannya menyusup dicelah pagar yang sedikit renggang dan cukup untuk dilewati seoang manusia itu.
Linka dengan was was meliarkan pandangannya, tempatnya memang tersembunyi namun bangunan yang bersebelahan dengan jalan pintas ini adalah sebuah laboratorium biologi yang tengah digunakan salah satu kelas untuk kegiatan belajar mengajar.
"Susssttt aman, nunduk jangan sampai keliatan" bisik Mokta.
Dengan ragu Linka mengikuti arahan Mokta, menunduk berharap guru yang tengah mengajar diruang lab tidak menengok kearah luar. Mokta mundur, melindungi Linka dari pandangan yang bisa saja menangkap dua penyusup itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
oktrouble
Teen FictionDear Mokta Ratusan kilo meter jauh dari pusaran tempatmu menyatu dengan keabadian. Lapor komandan, saya sudah berhasil menemukan titik kordinat tempat seharusnya saya pulang. Saya sudah berhasil sembuh dari trauma yang berjudul kehilangan. Tapi k...