part 15

407 67 4
                                    

  Seperti biasanya, Mokta pulih dengan cepat. Lihat saja Manusia  penyuka pisang aroma itu, dengan gaya tengilnya melakukan selebrasi setelah sukses mencetak gol pada gawang lawan. Padahal,  terhitung baru kemarin dia resmi keluar dari rumah sakit, dan sekarang dia bahkan sudah memakai seragam putih abu abunya sembari menggojek bola pada lapangan outdoor Guna Dharma.

  Moksa sang adik yang melihat kakaknya itu dari lantai atas tidak habis fikir dengan tingkah sulung keluarga Praseja itu.

  "Wes lah, capek aku"

Mokta menghempaskan tubuhnya pada ubin lapangan yang nampak usang, peluhnya sedikit membasahi kerah sragam yang dia kenakan. 

  "Anak tapir, baru keluar kemarin malah pecicilan gak tau diri"

  Mokta tersenyum pongah menampipkan jajaran gigi putihnya, sembari menenggak air mineral yang sempat dilempar Arsen.

  "Suek lama banget gak futsalan, udah engap aja astaga"

  Ojie memutar bola matanya jengah, mendecih kala mendengar deru nafas Mokta yang terengah emgah.

  "Pinter banget, tau pelajaran pertama Bu Sari bisa bisanya malah kelapangan dulu buat kringet, bau goblok", timpal Danial yang tau tau sudah melempar Mokta dengan gumplan kertas yang Danial dapatkan dari basil merobek mading yang sudah lama tidak diganti.

  "Gue wangi yah, keringet gue bau Victoria secret"

  "Halahh taik"

Mokta masih mengibasi lehernya dengan buku tulis yang dia ambil asal dari dalam tasnya, bel berbunyi sebentar lagi jadi dia harus cepat cepat kembali kekelas sebelum guru perawakan bongsor yang menjadi momok siswa Guna Dharma itu menempati singgah sanahnya.

  "Beli es teh dulu gue kekantin, duluan aja kalean wahai rakyat jelata", usir Mokta.

  " Telat dijam pelajaran nyonya ratu siap siap saja kembung kitab kuning 2 jam"

  Mokta hanya mengacungkan jempol sembari berjalan santai kearah kantin, dia bahkan tidak memperdulikan kedua temannya yang berdecak heran.

  Kantin terlihat sepi dijam yang bisa dibilang hampir memasuki bel masuk. Setelah menandaskan es teh manis dan membayarnya, bukannya kembali ke kelas Mokta justru memutar arah melewati ruang kelas XII ipa 3, mengintip sejenak gadis berkucir kuda yang mengganggu fikirannya 2 hari belakangan ini.

Mokta mendecih, menangkap presepsi Katrina yang tengah berbincang dengan Sahara dan sialnya lagi ada Dika diantar keduanya.

  Mokta berlalu, sedikit berlari  menuju kelasnya yang bersebrangan dengan koridor kelas 12 Ipa itu, dia  semakin mempercepat langkah kakinya kala objek pintu ruang kelas terlihat sudah tertutup rapat.

  Setelah menghela nafas lega, mendapati ruang kelas yang tertutup itu masih terdengar riuh penghuni yang menandakan belum terdapat kehadiran orang dewas yang harus dihormati.

Rungan yang semulai ramai tiba tiba senyap ketika Mokta membuka tanpa mengetuk terlebih dahulu, apalagi tatapan puluhan pasang mata yang langsung tertuju padanya.

  "Dancuk Mokta, kira Bu Sari" Ucap Ojie ngegas.

  "Biasa aja dong gak usah ngegas", timpalnya sembari berjalan cuek menuju bangku favoritnya

Mokta baru saja membingakai pantatnya pada kursi tempat biasa dia  duduki, ketika gadis keturunan Chinese mengulurkan tangan kehadapannya.

  " Apalagi? "

  "Minta uang, lu kemarin gak berangkat sial banget gue sekelompok sama elu. Tugas bikin makalah, gue share digroup tapi kayaknya lu gak tau fungsi handphone buat apa", ujar cyntia, satu satunya siswa yang selalu lulus KKM dalam mapel bahasa Mandarin.

oktroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang