"bunda gak suka ya Mokta Ganesha, pulang pulang ngeluh sakit disuruh istirahat gak mau, diajak chek up sebentar gak mau. Udah kelas 12 bukannya belajar yang bener malah main terus"
Pecah juga suara wanita itu, mendapati si sulung lengkap dengan kemeja flanel yang dibungkus jaket dan menggendong gitar acoustik yang selalu menemaninya itu.
Mokta maju mundur, menimang nimang. Jujur, kalau Bundanya mememanggil dengan nama lengkap maka bisa diartikan kalau dia benar benar murka.
"Bunda gak minta Abang buat gimana gimana, tapi mbok ya tolong kalau udah ngerasa gak enak tuh dibuat istirahat bukan malah nglayap malam malam gak pakek aturan kaya gini," sambungnya.
"Bentaran Bunda, ini juga masih sore. Janji gak nyampe jam 10 Abang udah pulang. Ayolah Bunda, beneran ini udah ditungguin,"
"Terserah, mau pulang pagi juga terserah. Bunda capek ngomongin Abang gak pernah didengerin"
Mokta menunduk, memainkan kunci mobil yang dia pegang. Kemarin, Mokta pulang dengan kondisi lemas bukan main. Diajak perikasa tidak mau, disuruh makan susah, bawaannya cuma minum terus hingga berkali kali kekamar mandi sampai lemas sendiri.
Marissa dan Galih yang berencana pulang jumat sore mendapati laporan dari anak bungsu langsung mengambil penerbangan di kamis pagi. Dan mengoceh singkat kala Mendapati kamar sisulung yang sudah kosong ditinggal sang empu menjalankan kewajibannua sebagai pelajar
Sudah bisa dipastikan sepulang Mokta dari sekolah langsung menemui ocehan dari wanita yang melahirkannya itu.
"Bunda marah marah terus, Abang loh izin cuma sebentar. Gak nyampe malem malem juga," ucap Mokta memelas.
Moksa yang tengah asik menyantao kripik singkong sembari menonton televisipun terkekeh geli melihat wajah melas kakaknya.
"Terserah Abang."
Mokta menghela nafas, melirik jam dipergelangan tangannya yang sudah menunjukan 18.30 dia janji akan menjemout Katrina setelah maghrib namun sampai sekarang dia bahkan masih tertahan dirumahnya.
"Bunda ikhlas gak sih ngizinin Abang,
Bentarrr ajaa Bun, suer deh"Marisa meninggalakan pantry dengan acuh, tak melirik putrranya yang masih mengemis izin kepadanya.
"Gak usah ketawa ya cepu, elu emang bener bener gak ada faedah faedahnya jadi adek" sembur Mojta sembari melirik sini Moksa yang masih asik cekikikan melihatnya itu.
"Bentar, Abang tunggu ke garasi dulu. Jangan jalan dulu tapi," ujar Moksa sebelum berlari melewati anakan tangga menuju kamarnya yang berada dilantai dua.
Mokta mengernyit, tapi tetap mematuhi adiknya. Menungu apa yang akan dilakukan Moksa sembari berjongkok disamping garasi yang memperlihatkan mobil dan 3 sepeda motor yang terparkir di garasi luasnya itu.
Galih si kepala keluarga setelah mendarat di Jakarta langsung menemui beberapa rekannya untuk membahas beberap proyek yang dia tinggalkan beberapa hari ini.
15 menit kemudia Moksa sudah rapi didepannya, lengkap dengan jaket dan tatanan rambut rapi serta wewangian mewah yang dia semprotkan sebelumnya.
"Yok berangkat, Adek udah dizinin bunda," ucapnya riang.
"Hah!" Cengoh Mokta.
"Ayok berangkat, jemput kak kat dulu kan. Masalah Bunda udah dapet izin, tapi gak boleh sampe malem malem"
Sisulung masih belum bisa mencerna, bukannya masuk kemobil mengikuti adiknya dia malah mengerutkan dahinya semakin dalam.
"Ayok bang, udah ditungguin yang lain. Linka chat katanya udah lumayan rame, jadi ngisi gak sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
oktrouble
Teen FictionDear Mokta Ratusan kilo meter jauh dari pusaran tempatmu menyatu dengan keabadian. Lapor komandan, saya sudah berhasil menemukan titik kordinat tempat seharusnya saya pulang. Saya sudah berhasil sembuh dari trauma yang berjudul kehilangan. Tapi k...