21

37 2 2
                                    

Setelah proses penyelamatan berhasil, aku langsung dibawa ke dalam mobil ambulan, petugas medis dengan sigap langsung memberikan pertolongan pertama, disaat petugas medis memegang lenganku untuk memeriksa tekanan darah, alangka terkejutnya dia mendapati suhu tubuhku yang tinggi dan saat di cek suhuku 39 C. melihat bajuku yang berlumuran darah, petuga medis langsung merobek bajuku dan memperlihatkan luka tusukan yang cukup besar diperutku, dan luka itu terus mengeluarkan darah, segera petugas medis mencoba untuk menghentikan pendarahan dengan menutupnya menggunakan perban, darah yang terus keluar dan rasa nyeri yang tak kunjung reda membuatku mulai kesulitan bernapas, pandangan ku mulai mengabur dan suara mulai tidak lagi dapat kudengar, seketika semuannya menjadi gelap tanda aku telah hilang kesadaran. Petugas medis yang lainnya langsung mengambil tindakan dengan memasangkan alat bantu pernapasan dan memberiku infus.

Semakin buruknya kondisiku petugas medis langsung memberi intruksi untuk segera pergi menuju rumah sakit. Diikuti oleh 2 mobil polisi didepan dan belakang. Namun ternyata perjalanan tidak semudah itu, di sekitar tempat kejadian ternyata masyarakat telah memenuhi jalan, mereka penasaran dan ingin melihat peristiwa apa yang sedang terjadi. Sangkin padatnya jalan membuat polisi terpaksa turun tangan membuka jalan agar kami bisa lewat.

RUMAH SAKIT

"Yah ada kabar?." Tanya Puja

"belum bun, kamu yang sabar ya." Ujar Herman.

"Assalamualikum." Salam seseorang yang baru datang.

Kedatangannya membuat semua orang terkejut.
Mereka adalah ayah dan ibu dari Herman Prabu Gustomo dan mertua dari puja Wahalingsih, Nyonya Handini Gusto dan Noren Prabu Gustomo

"Waalaikum salam, ibuk bapak." Puja dan Herman pun menghampiri dua sosok itu dan mencium tangan keduannya, diikuti Arenda dan Geren.

"Kemari Jagoan, peluk nenek." Arenda dan Geren dengan senang hati memeluk kakek neneknya bergantian.

Melihat satu cucunya yang sedang terduduk di kasur dengan senyuman diwajahnya, Handini menghampirinya.

"Jagoan sayang." Handini memeluknya sayang dengan air mata menggenang dipelupuk matanya.
Namun betapa terkejunya disaat dia merasakan suhu tubuh cucunya yang panas "Vidan kamu demam?" paniknya.

Vidan hanya diam karena dia sendiri baru tau kalau suhu tubuhnya tidak normal. Tidak lama dari itu hidungnya mengeluarkan darah merah yang begitu kental, kepalanya sakit seperti diikat tali dengan kencang, dan berahir kehilangan kesadaran. Semua orang menjadi panik dan cemas.
Sangkin panik dan cemasnya Herman tak henti menekan tombol darurat sampai dokter datang. Tidak menunggu lama Dokter dan perawat datang dan langsung memeriksa kondisi Vidan. Dokter itu mengecek tekanan darah, detak jantung, pernapasan, suhu tubuh dan mata. menyaksikan dokter yang bertindak tanpa sepatah katapun, membuat semua orang semakin cemas. Dengan sigap dokter memasangkan alat bantu pernapasan dan menyuntikan cairan ke infus.

"Kapan dia demam?" tanya dokter itu.

"baru jam ini dok, karena beberapa jam yang lalu Vidan baik-baik saja Dok." Jawab Puja.

Dokter itu tampak berpikir keras.
"Kalau ada apa-apa segera hubungi saya ya buk."

"iya dok."

"kami permisi dulu."
Melihat istrinya berwajah sendu Herman menghampirinya dan memeluk tubuh rapuh istrinya, memberikan pundaknya untuk istrinya bersandar.

"Drrrt.....Drrrrt"

"Hallo"

"......"

"baik pak, kami segera menuju kesana."
Sambungan Telpon berahir.

"Bun, polisi lagi di perjalanan ke rumah sakit xxx sama Violen."

"kalo gitu, ayo yah kita kesana, aku mau ketemu Vio."
Yang langsung di setujui oleh Herman

"Yah aku juga ikut." Ujar Arendra

"Aku ikut juga." Geren pun tidak mau tinggal.

Tampak raut berfikir terukir di wajah Puja, memahami apa yang ada dibenak anak, menantu dan cucu-cucunya, Noren menawarkan dirinya dan istrinya saja yang menjaga Vidan saat ini.

"Kalian pergilah, disini biar kami yang jaga."Ujarnya.

Herman dan Puja pun lega ada orangtuanya yang menjaga Vidan, Merekapun pamit dan dengan sedikit berlari menuju parkiran. Sesampainya di parkiran, berhubung saat ini sudah malam dan kemungkinan jalanan macet, berhubung Arendra dan Geren tadi membawa motor, agar lebih cepat menuju rumah sakitxxx mereka memutuskan naik motor.
Benar saja apa yang diprediksi, saat ini jalanan kota jakarta macet, namun itu bukan menjadi penghalang, dengan gesitnya mereka menyelip di antara mobil-mobil dan pemotor lainnya. Tak butuh waktu lama hanya butuh waktu 50 menit mereka tiba dirumah sakitxxx. Dan langsung menuju UGD mereka bertanya pada petugas namun rupanya Violen belum tiba. Kegelisahan semakin menjadi, Herman langsung menghubungi kembali polisi yang tadi memberinya kabar, dan ternyata saat ini mereka sedang terjebak macet.

Si JelekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang