25

9 1 0
                                    


“LAGI….. Satu….Dua… NGUNG….DEG….Belum”.

Para dokter melakukan usaha untuk yang terahir bersamaan.

“SEKALI LAGI….. Satu….Dua… NGUNG….DEG….Belum”.

‘TIIIIIIT…TIT…TIT….TIT’
‘TIIIIIIT…TIT…TIT….TIT’

Suara itu saling berbunyi bersautan.
Kedua dokter dan kedua perawat itu bernafas lega dan saling berpelukan, kedua dokter dan perawat itu di banjiri keringat, suster memberikan tisu kepada dokter untuk mengelap keringat yang ada di wajahnya, kemudian dengan cekatan kembali memeriksa keadaan kedua anak yang tertidur belum sadarkan diri itu.

Semua orang yang ada di ruangan itu bernafas lega dan sesuatu yang membuat dada mereka sesak dari tadi hilang sirna terangkat. Begitu juga mereka yang di luar ruangan yang sejak tadi ikut menyaksikan  semua kejadian di ruangan itu.

Vidan adalah yang pertama membuka matanya, dan tak lama kemudian Violen juga membuka matanya.

“Aku yang menang”. Ujar Violen lemah dengan senyuman bangga di wajahnya.

“Jelas lah, Lo curang”. Balas Violen protes tak terima namun dengan senyum terbingkai di wajahnya.

“terima aja kalo kalah, napa hahaha, Btw pucet banget lo kayak mayat”. Ujar Vidan mengejek

“gak nyadar lo juga pucet kayak mayat”. Balas Violen.

“MULUT, NIH DUA BERANDA DIJAGA”. Teriak Geren marah mengagetkan semua orang di ruangan itu dan juga di luar ruangan.

Vidan dan Violen kaget karena teriakan itu, mereka terdiam tak bisa membalas perkatan kakaknya.

Puja langsung menghambur sambil menangis memeluk dan mencium wajah dan tangan Vidan dan Violen bergantian, diikuti yang lainnya.

Herman Prabu Gustomo mendekati dokter dan bertanya lebih lanjut keadaan kedua anaknya. Syukurlah keadaan kedua anaknya kini sudah membaik namun harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut selama satu minggu untuk benar-benar memastikan kesehatan kedua anaknya.

Kedua dokter dan perawatpun  keluar ruangan dan menghimbau agar parau tamu yang mengunjungi tidak membuat keributan agar vidan dan violen bisa istirahat.

Violen dan Vidan mendengar keributan di luar dan melihat ternyata teman-teman mereka berada di luar, mereka berdua menyaksikan bagaimana teman-teman mereka menjerit tertahan dan melompat kegirangan. Mereka pun akhirnya kontak mata, namun mereka memutuskan untuk tidak masuk agar Vidan dan Violen dapat istirahat dengan tenang. Violen dan Vidan melihat teman-teman mereka melambaikan tangan dari balik kaca pintu ruangan.

Tbc

Si JelekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang