5

1.6K 79 0
                                    

1 minggu kemudian

Saat ini aku bersama ke 3 temanku pergi menuju gedung basket. Awalnya aku males, namun aku ikut karna mereka memaksaku untuk nonton pertandingan tersebut.

Sesampainya disana kami melihat sekeliling ruanga yang ternyata udah rame.

Banyak murid-murid dari sekolah lain ikut datang menonton pertandingan. Kebanyakan dari mereka adalah siswi cewek, namun ada juga siswa cowok, bahkan kepala sekolah dan guru-guru ikut nonton.

“Kita mau duduk dimana , udah penuh nih?”Galda bertanya

“Gak tauk nih gal…. semuanya penuh.” kataku kecewa.

“vio”

tiba-tiba ada yang memanggil ku, ku cari siapa orang yang memanggilku, dan ternyata Vidan lah yang memanggilku.

Dia melambaikan tangan keudara, mengisyaratkan kami untuk menghampirinya. Aku pun berjalan mendekat diikuti ke3 temanku.

“Duduk deket kami aja, udah aku sediain tempat untuk kalian.”
samar-samar aku mendengar ke3 temanku pada bisik-bisik gak jelas.

‘Vidan lo ganteng banget sih, [Galda]

‘kyaaa dia ngajak kita duduk deket dia’ [Cici]

‘kyyaaa kita beruntung banget nih duduk deket cogan’ [Melda]

“Hai, temen-temen Violenya.” Vidan menyapa ke3 temen-temenku dan mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

“Galda.”

“Cici”

“Melda”

“Vidan.”

Mereka saling berjabat tangan.

“kyyya senyum lo manis banget, pantes lo dibilang King Smile.” Melda berbisik

Galda dan Cici mengangguk setuju.

Aku memutar bola mataku jengah, ngeliat tingkah mereka yang pada klepek-klepek kayak ikan kekurangan air, dan tingkah Vidan yang ngumbar-ngumbar pesonanya gak tau sadar atau enggak.

‘Priiiit’

suara pluit dibunyikan untuk memulai permainan.
Sontak semua penonton bersorak menyemangati masing-masing kubu yang mereka dukung.

‘Ckit….ckit…ckit’

suara sepatu yang berbunyi akibat bergesekan dengan lantai terdengar di seluruh penjuru ruangan.

“Geren.” Kak Rendra memberi kode.

kak Rendra mengoper bola , dan ditangkap oleh kak Geren dengan sempurna. Tanpa membuang waktu dia langsung berlari sambil mendribel bola, lalu mengopernya lagi Ke kak Rendra.

Langsung saja kak rendra menangkap bola dan memasukannya ke Ring.

“kyyyaaa dia keren banget.”

“Rendra l love you”

“Geren l love you.”

Sorak-sorak para murid cewek histeris kayak orang gila.

Aku hanya duduk bersedekap dada menghiraukan teriakan para cewek-cewek. Aku memilih untuk fokus melihat pertandingan berlangsung.

Merasa tidak asing dengan seseorang yang kulihat, aku memfokuskan mata kepada seseorang yang berada dilapangan itu.

“Vid itu Raka kan.” Tanya ku pada Vidan memastikan kalau aku tidak salah lihat

“Iya itu Raka.” jawabnya singkat
Raka Herdanta, dia adalah anak dari salah satu relasi bisnis ayah sekaligus orang paling menyebalkan dalam hidupku.

Si JelekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang