28

12 1 0
                                    


Sudah hampir tiba ahir dari progran pertukaran pelajar disekolah yang menjadi tempatnya menimba ilmu sebagai siswa pertukaran.
Tinggal menghitung hari sampai dia dihadapkan dengan ujian sekolah dan menyelesaikan tuganya.  Raka berjalan seorang diri ingin menuju  perpus untuk mencari buku sekaligus istirahat disana. Sedangkan rekannya yang lain memilih pergi kekantin, awalnya dia diajak,  namun Raka memilih untuk tidak ikut.

Dan disinilah dia duduk dibangku sambil membalik lembar demi lembar buku yang ada ditangannya. Didepannya ada 4 siswi yang sedang asik berbincang begitu atusias dan itu sedikit mengganggu konsentrasi membacanya.

Awalnya Raka mengabaikan ke4 siswi itu,  namun tentu saja tidak dapat mencegah telingannya mendengar.

Perhatiannya tertarik pada percakapan ke4 siswi itu. Ditutupnya buku yang tadi dia baca dan menghampiri mereka.

"Ehem,  permisi. " sapa Raka ramah dengan senyum menawan di wajahnya,  yang membuat ke 4 siswi itu mendongak melihat siapa yang menyapa.

Ke 4 siswi itu hanya melihat Raka tanpa memberi tanggapan balik,  membuat Raka kikuk dibuatnya.

"Ehem, boleh aku gabung itu, aku juga mau beli?"

******

Raka berlalu melewati orang-orang yang berpaspasan dengannya dengan senyumnya yang merekah menawan diwajahnya. Wajar jika seluruh siswa-siswi disekolah tertarik padanya untuk sekedar ingin berteman dan menyukainya.

Saat dia melewati taman, netranya menangkap sosok yang dikenalnya sedang duduk dikursi roda asik membaca buku ditangannya.

Violen dengan raut mukanya yang serius membaca setiap tulisan yang ada dibuku yang dibacanya. Membuatnya terfokus pada buku ditangannya hingga orang yang berada didepannya mengalihkan fokusnya.  Violen mendongak melihat siapa orang yang berdiri didepannya. Senyumannya berkembang saat netra mereka saling bertemu.

"lo gak gabung sama yang lain?"

"gak, mereka kekantin tadi ?"

"sendiri keluar kelas ?"

"gak lah,  tadi mereka yang bantu kesini. "

"oh."

"Emmmm, kebetulan lo di sini,  bisa jelasin gak rumus ini ? Pusing gak paham ni heheheh "

Raka dengan senag hati duduk di bangku taman dan menarik kursi roda Violen mendekat.  Diambilnya buku ditangan Violen lalu mulai menjelaskan rumus matematika yang sedang dipermasalahkan oleh gadis disampingnya.

Violen memperhatikan setiap perkataan laki-laki dihadapnnya dengan baik tanpa bersuara.  Setiap penjelasan dari Raka dapat dipahami Violen,  dia memanggut-manggut kepalanya tanda mengerti.

Selesai menjelaskan Rumus, Raka asik menulis sebuah angka-angka dikertas kosong yang dibawanya Raka membuat satu contoh soal yang serupa untuk dicoba Violen menyelesaikannya.

Diserahkannya pensil dan kertas yang tadi dia tulis kepada Violen,  sembari Violen berusaha menyelesaikan soal, Raka mengamati raut muka Violen yang tengah mengerutkan alisnya sambil fokus mencoret-coret kertas.

Sangat lucu dimata Raka,  matanya bergerak menelusuri wajah wanita dihadapannya dari kening, alis,  bulu mata,  mata,  hidung, pipi,  dan terahir bibir. Bibir itu pucat dan sedikit mengering namun lucu bergerak menyebutkan angka-angka yang ditulisnya.

"Ok selesai." Violen menoleh kesamping dan mendapati Raka disebelahnya sedang asik memperhatikannya,  netra mereka bertemu, Violen merasakan desiran didadanya mendapati netra hitam itu bersingungan dengan netranya.

Keduanya terdiam saling menatap.  Mata Violen bergerak gusar salah tingkah saat mata Raka tidak juga teralihkan.

Raka awalnya kaget saat Violen mendapatinya sedang asik mengamatinya. Namun Raka dapat mengontrol ekspresinya,  desiran muncul didadanya saat Violen juga menatapnya,  5 detik tatapan mereka saling terkunci hingga Violen lebih dulu mengalihkan tatapnnya, matanya bergerak gusar terlihat lucu dimata Raka.

Violen merasa lega saat pada ahirnya Raka mengalihkan perhatiannya ke kertas yang diambil Raka dari tangannya. Dengan teliti Raka mengoreksi soal yang diselesaikan Violen.

"Ada yang salah ya?" Tanya Violen khawatir jawaban soal yang dikerjakannya salah. Karena Raka cukup lama mengamati kertas ditangannya.

Raka menoleh, dan melihat tatapan menggemaskan seperti kucing, ada binar disana namun terlihat memelas. Diulurkan tangannya mengusap surai hitam legam yang rapi itu,  diacaknya gemes hingga rambut yang tadinya rapi berantakan karena ulahnya.

"apaan sih,  ih berantakan kan, jadi bener apa salah? " tannya nya sambil merapikan rambutnya yang berantakan.

Senyum Raka merekah lalu diulurkan tangannya kembali mencubit pipi gadis dihadapnnya gemes.  "Bener. "

"AAAA sakit". Violen mengaduh kesakitan sambil memukul tangan Raka agar lepas dari pipinya.

Raka melepas cubitannya,  dan benar saja ada kemerahan dipipi putih itu akibat cubitannya,  tatapan Raka teralih melihat bibir si gadis yang mengerucut lucu. Raka jadi ingat akan sesuatu yang tadi di bawannya.

Diapun mencari benda itu di kantung celananya.  Raka mengeluarkan benda itu dari saku celananya lalu membuka tutupnya, sedikit susah karena tangan yang satunya masih digips, diendusnya benda itu,

senyumnya merekah saat didapatinya aroma manis pada lipblam yang dipegangnya. Dengan hati-hati Raka mengoleskanya pada bibir Violen.

Violen mematung ditempatnya,  debaran didadanya meningkat seperti meloncat keluar dari tempatnya akibat perlakuan Raka.  Tatapan lembut Raka dan sentuhan lembut jemari Raka dibibirnya membuat jantungnya bekerja tidak normal, dan semburat merah dikedua pipinya muncul tanpa disadarinya. 

"selesai." senyuman Raka mengembang melihat hasil pekerjaannya,  bibir itu kini menjadi lebih merah dan lembap lebih baik dari pada tadi.  Ditatapnya wajah Violen yang kini sudah merona, dan Raka menyadari itu.

Tetapan mereka kembali bertemu, dan otomatis Violen menunduk supaya debaran didadannya mereda, gawat jika debaran itu terdengar Raka karena sangkin kerasnya dirasakan Violen.

Beruntung ketiga teman Violen datang,  Violen merasa terselamatkan. Karena berdua saja dengan Raka saat ini tidak baik bagi jantungnya.
Dan tidak lama setelahnya bel masuk kembali berbunyi.

Tbc

Si JelekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang