8

1.4K 65 0
                                    

'Klik'

Suara pintu dikunci membuatku lantas memgalihkan perhatianku yang awalnya terfokus pada cermin dan melihat ke arah pintu

Ya saat ini aku berada di wc perempuan bersama dengan 3 orang yang kini berjalan mendekati aku.

Kalau kalian bertanya mengapa aku sendiri tidak bersama temanku, itu karna aku mengatakan pada mereka aku akan menyusul kekelas setelah aku selesai ke wc.

Dan alasan kenapa tidak ada lagi seorangpun di wc saat ini kecuali aku, itu karena semua siswa sudah masuk kekelas masing2 melanjutkan pelajaran.

'Brrrrak'

Orang itu mendorongku sehingga aku membentur dinding di belakangku.

Tak lain dan tak salah orang yang mendorongku ternyata  Riana Burana yang waktu itu pernah melabrak aku dkk.

"Guys." ujarnya sambil menggerakan matanya memberi kode.

Ke 2 orang yang ada di sampingnya pun langsung berdiri di kanan kiriku dan memegang kedua lenganku.

"Apa - apaan ini." ujarku marah dengan tindakan mereka pada ku.

"Hei... Lo itu sok nggak peka apa apa." ujarnya sambil melangkah mendekat dan menyisihkan satu langkah tepat didepanku.

Namun aku hanya diam saja malas merespon perkataannya.

"Lo itu gak tau diri banget ya, lo anak pembantu disini, gak usah cari muka deh lo sama keluarga Gustomo, mentang anak pembantu mereka jijik gue." ujarnya mengejek lengkap dengan mimik merendahkan.

Whattt ooow hello situ siapa, seenak jidat ngomong, pengen banget dah gua tabok tu mulut pakek lumpur.😕 ujarku dalam hati.

But, dia tau tentang keluarga Gustomo wahhh gawat nih, tau dari mana dia keluarga Gustomo.

"Ehemm btw yang lo maksud keluarga Gustomo itu siapa."

Dia melotot😶 "Heh lo jangan caper sama Rendra, Geren, Vidan mereka Keluarga Gustomo heh lo pembamtunya gak tau beloon banget."

"Oh"😮

'Fiuhh' untung dia gak tau sama aku, aman🙇😂.

"Lah urusannya ama lo apa." ujarku.

"Awww." aku meringis kesakitan karena dia menendang kaki tepat di tulang keringku.

Tak berhenti hanya di situ dia juga menjambak rambutku. Lagi2 aku aku meringis menahan sakit akinat jambakan itu.

Sebenarnya kenapa tidak bagi ku untuk melawannya, aku sangat mampu jika mau berkelahi detik itu juga, tapi aku membiarkanya saja.

Dia lalu sedikit mendorong bahuku dengan satu jari telunjuknya "lo jangan pernah berani dekatin mereka."

"Lo siapa." ujarku bertannya.

"Asal lo tau gue adalah calon pacar salah satu dari mereka nanti." ujarnya percaya diri.

"Bangun woi mimpi muluk, belum ngopi" balasku.

'Plakkkk'

Satu tamparan mendarat di pipiku. Wuhhh sangat kuat sampai - sampai menimbulkan warna merah di pipiku plus panas dan perih.

Mereka semua tertawa puas melihat ku, namun mereka langsung terdiam.

Aku yang merasakan ada sesuatu yang mengalir keluar dari hidungku pun heran dan aku sentuh apa itu.

Aku terkejut merekapun sama, darah segar begitu banyak keluar dari hidungku sampai menetes ke lantai, dan tiba - tiba aku merasa pusing dan pandanganku menjadi buram.

'Bruukk'

Mereka menjadi syok akan aku yang terkapar dilantai tak sadarkan diri dan mengeluarkan darah dari hidung.

"Riana gimana nihhh dia pingsan." ujar temannya.

"Duh gimana nihh. ya udah kita tinggalin aja pura-pura gak tau." Riana begitu panik dan tak bisa berpikir jernih.

"Ya udah yuk cepetan kekelas." ujar salah satu temannya yang tak kalah panik.

"Tapi, masak kita tinggalin gitu aja" ujar salah satu dari merek.

"Lo sih"

Mereka pun mondar mandir tak jelas sambil saling menyalahkan.

Tbc

Si JelekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang