XVIII

610 101 10
                                    

"Semalem aku ke kost kamu, tapi kamu nggak ada. Kamu kemana?" Jeno bertanya kepada Ten tanpa memandang kekasihnya tersebut. Kedua matanya memandang arah depan, menikmati semilir angin dari rooftop.

"A-aku.." Ten menggaruk tengkuknya, bingung hendak menjawab apa.

"Kenapa? Kamu nggak bisa jawab pertanyaan aku?" Jeno menoleh ke arah Ten sembari menampilkan senyum miris.

Ten menelan ludahnya kasar, mengedarkan matanya ke sembarang arah mencoba mencari alasan yang tepat supaya Jeno percaya padanya.

"Udah lah Ten," Jeno memasukkan tangannya ke saku celana dan kembali memandang ke depan.
"Kamu akhir-akhir ini aneh, aku nggak kenal kamu."

"Aneh gimana? Aku masih sama kok, aku Ten pacar kamu by.." Ten menggelayut manja pada lengan kekar Jeno, akan tetapi kekasihnya itu justru melepas tangannya pelan.

"Aku pengen break." Seketika Ten membelalakkan matanya tak percaya.

"Kenapa by? Kenapa harus break?"

Jeno mengalihkan matanya menjadi menatap Ten.
"Kamu bukan seperti Ten yang aku kenal. Kamu belakangan ini aneh banget Ten, aku nggak tau kamu lagi nyembunyiin apa dari aku."

Helaan napas Jeno terdengar di pendengaran Ten, dan Ten tahu betul jika Jeno kecewa padanya.

"Kamu sering minta pulang duluan kalau lagi jalan sama aku, ponsel kamu juga jarang aktif. Bahkan kamu bohongin aku, aku nggak ngerti kenapa sikap kamu berubah seperti ini. Atau mungkin kamu lagi deket sama seseorang?" Jeno menatap Ten dalam.

"Enggak by, aku sayang banget sama kamu." Ten meraih tangan Jeno, menggenggamnya erat.
"Maafin aku kalau kamu merasa sikap aku berubah. Aku cuma lagi pusing mikirin tugas, itu aja."

Mendengar ucapan Ten, Jeno tertawa kecil namun terlihat luka di matanya.
"Aku udah kenal kamu setahun, Ten. Aku tahu betul kamu seperti apa, dan aku juga tahu kalau kamu lagi sembunyiin sesuatu dari aku."

Ten bergeleng cepat lalu tangannya terulur mengusap pipi Jeno lembut.
"Enggak by, aku nggak sembunyiin apapun dari kamu. Kamu percaya ya sama aku?" Ten tersenyum tipis, akan tetapi Jeno membuang muka.

"Aku rasa kita memang harus break dulu, sampai kamu sadar dengan perubahan sikap kamu." Jeno menyingkirkan pelan tangan Ten dari pipinya.

"Enggak, aku nggak mau by!!" Ten menggoyangkan tangan Jeno, menatapnya memohon.
"Gimana kalau perasaan kita berubah? Gimana kalau kamu nemuin sosok lain? Aku nggak mau itu terjadi by, aku nggak mau kehilangan kamu." Ten menekuk bibirnya ke bawah.

Jeno menghela napas pelan, kemudian mengusak rambut Ten.
"Kalau Tuhan menakdirkan kita bersama, mau bagaimanapun kita pasti bersatu, Ten. Aku sayang sama kamu, banget. Tapi sepertinya kita berdua memang butuh waktu sendiri untuk saling intropeksi."

"Tapi by---" Jeno bergeleng.
"Jaga diri kamu baik-baik ya Ten, selama nggak ada aku kamu harus sehat, jangan telat makan."

Cup

Jeno mencium pipi Ten sekilas.
"Aku ke kelas duluan ya, love you."

Setelah mengucapkan kalimat perpisahan, Jeno melangkahkan kakinya pergi. Meninggalkan Ten sendirian di rooftop sembari memandangi kepergiannya dengan tatapan sedih.









🌿🌿🌿

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Seluruh siswa siswi berlalu lalang keluar dari kelas masing-masing.

"Kak Ten!!!"

Ten yang sedang berjalan sendirian menyusuri koridor sekolah, spontan menoleh ke belakang dan mendapati Haechan berlari menghampirinya.

Sugar Baby-JaetenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang