XXIX

678 93 13
                                    

"Apa yang terjadi?"

"Dad?"

Jeno memeluk Jaehyun-sang ayah, menumpahkan kesedihannya yang sejak tadi ia tanggung sendiri.

"Ten kenapa, Jen? Dia baik-baik aja kan? Apa kata dokter?"

Jeno melepaskan tubuhnya dari dekapan Jaehyun sembari bergeleng pelan, mengusap air mata yang sejak tadi mengalir di wajahnya.

"Dokter belum selesai periksa Ten, dad."

Jaehyun mengusap wajahnya kasar, mengerang frustasi, bulir cairan bening mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Kenapa semua ini bisa terjadi? Arrrhhhh..." Jaehyun meninju dinding, meluapkan emosi bercampur rasa bersalah karena tidak bisa menjaga orang yang ia cintai.

"Permisi? Bisa bicara dengan keluarga saudara Ten?"

Jaehyun, Jeno, Jungwoo dan juga Doyoung mengalihkan atensi mereka ke arah Dokter yang baru saja keluar dari ruangan dan bergegas menghampirinya.

"Saya kekasihnya--"

"Saya suaminya, dok."

Jeno menatap Jaehyun, memilih bungkam tak melanjutkan ucapannya.

"Bagaimana keadaan Ten, dok?" tanya Jaehyun khawatir, Jeno dkk turut menatap sang dokter tak kalah khawatirnya.

"Dia kehabisan banyak darah, dan maaf untuk janin yang ia kandung, kami tak bisa menyelamatkannya."

Jaehyun hampir saja terperosot andai saja Jeno tak menahan tubuhnya.
Perasaannya kacau, hatinya hancur, mendengar buah cintanya bersama Ten tidak bisa diselamatkan.

"Lalu bagaimana keadaan Ten sekarang, dok?" tanya Jungwoo mencoba tenang, meskipun tak bisa lagi membendung air matanya yang memaksa jatuh di pipinya.

"Kondisinya sangat kritis, karena perutnya mengeluarkan banyak darah."

Jaehyun menegakkan tubuh, menarik napas dalam kemudian menghembuskannya pelan.

"Dok, saya mohon selamatkan Ten bagaimana pun caranya. Saya sudah kehilangan bayi saya, jadi saya nggak mau kehilangan dia juga." Ujar Jaehyun mencengkram kerah kemeja sang dokter.

"Kami hanya perantara, semua kehendak Tuhan. Untuk saat ini kita hanya bisa berdoa dan menunggu keajaiban Tuhan."

"Ahhhh shittt!!"

Jaehyun mengerang frustasi, melonggarkan dasinya. Dadanya begitu sesak, tubuhnya begitu panas.

"Dad, tenang.." Jeno merangkul Jaehyun, menenangkan sang ayah.

"Saya permisi dulu," Pamit dokter kemudian berlalu meninggalkan empat orang yang sedih dengan keadaan Ten.

"Tennnn jangan tinggalin aku.."
Jaehyun memperosotkan tubuhnya, terduduk di lantai.
Memeluk kedua lututnya dan menelungkupkan wajahnya disana.

"Dad, you love him?"

Jaehyun mendongak, menatap Jeno-sang anak.

"Yah, i love him so much."

Jaehyun berdecak pelan, memandang kosong arah depan, memutar kembali memori kebersamaannya dengan Ten.

"Me too.."

Jeno ikut duduk di lantai, samping Jaehyun.

"Maafin daddy karena mencintai pacar kamu," Jaehyun tersenyum tipis seraya mengusap sayang kepala Jeno.

"No, dad, jatuh cinta bukan suatu kesalahan. Hanya saja, kita mencintai orang yang sama. Ck, dunia selucu ini ya?" Jeno tertawa kecil, bulir air matanya kembali menetes.

Jaehyun tertunduk, sama halnya dengan Jeno, air matanya semakin deras menetes.

"Maafin daddy, seandainya daddy nggak main api sama Ten pasti saat ini Ten baik-baik aja."

"Jangan nyalahin diri sendiri terus, dad. Semuanya udah terjadi, sekarang tugas kita cukup mendoakan Ten supaya dia baik-baik aja."

Mendengar ucapan Jeno, Jaehyun mengusak rambut anaknya.
Entahlah, rasa bersalah begitu menyeruak di hatinya.
Karena bagaimana pun, dia adalah ayah yang buruk, ayah yang telah menyakiti anaknya.

"Permisi om, Jeno?"

Baik Jaehyun dan Jeno mendongak, menatap Doyoung dan juga Jungwoo.

"Doyoung, Jungwoo, kenapa semua ini bisa terjadi?" tanya Jaehyun menatap kedua orang di hadapannya dengan kilat mata kesedihan.

"Om, Jeno, mungkin bagi kalian Ten adalah orang jahat karena udah mempermainkan kalian yang notabennya ayah dan anak. Tapi yang perlu kalian tahu, Ten sayang sama kalian berdua." Ucap Jungwoo, Jaehyun dan Jeno menatapnya sembari mengerutkan dahi bingung.

"Maksud kamu?"





FLASHBACK ON

"Jadi lo sebenernya sayang sama siapa, Ten? Om Jaehyun atau Jeno?" tanya Doyoung mengusap pucuk kepala Ten sayang.

Ten tersenyum tipis, diusapnya air mata yang membasahi pipinya.

"Kalian tahu sebetapa sayangnya gue sama Jeno, tapi gue juga nggak bisa bohongin hati gue kalo gue juga sayang sama daddy Jaehyun."

"Itu namanya maruk bego!" Doyoung menoyor kepala Ten membuat sang empu terkekeh.

"I know, but itu kenyataannya."

"Terus kalo lo disuruh milih, lo milih Jeno atau om Jaehyun?"

Ten berdalih menatap Jungwoo, mendecih dan menggeleng pelan.

"Gue nggak bisa milih, Woo. Gue sayang dua-duanya, sama rata. Hati gue terbagi menjadi dua bagian, yang setengah untuk Jeno dan setengahnya lagi untuk daddy Jaehyun."

"Egois namanya kalo lo milih keduanya,"

"Gue tahu, makanya gue udah ambil keputusan untuk pergi dari kehidupan mereka."

"Maksud lo?" Jungwoo mengernyit, tak mengerti dengan ucapan Ten.

Lagi-lagi Ten menyunggingkan senyum, dan Jungwoo tahu betul itu senyum kesakitan.

"Gue bakalan tinggalin kota ini, tinggalin kenangan gue sama Jeno dan daddy Jaehyun. Gue yakin suatu saat nanti mereka juga bakalan lupain gue. Gue cuma sosok yang singgah sementara di kehidupan mereka berdua, yang sialnya malah merusak hubungan mereka sebagai ayah dan anak."

"Maksudnya lo mau pergi ninggalin kita?" Doyoung tanpa sadar meneteskan air matanya, membuat Ten mengusap pipinya lembut.

"Kita masih bisa chattingan, vidcall."

"Lo nggak perlu sampai segininya, Ten."

Ten beralih menatap Jungwoo, matanya berkaca-kaca sembari bergeleng samar.

"Gue harus ngelakuin ini, Woo. Gue nggak mau jadi alasan dari retaknya hubungan Jeno sama ayahnya."

"Tapi lo mau pergi kemana?"

Ten kembali tersenyum tipis.

"Sejauh mungkin."

FLASHBACK OFF


"Sampai pada akhirnya tante Tzuyu menerobos ke kamar Ten, memaki Ten dan menusuk perutnya sampai Ten tak sadarkan diri." Cerita Jungwoo panjang lebar.

"Jadi Tzuyu yang ngelakuin ini semua?" Jaehyun mengepalkan tangannya menahan emosi.

"Dad, maafin Jeno karena nggak bisa nahan mamah." Ujar Jeno penuh penyesalan.

Jaehyun nampak murka, lelaki itu bangkit lalu berkata.

"Jen, daddy titip Ten sebentar. Daddy mau nemuin mamah, dia harus dapat hukuman yang setimpal."

Sugar Baby-JaetenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang