*Happy Reading*
“Aika, Kamu yakin mau masuk kantor aja? Gak mau istirahat dulu? Kamu baru keluar dari rumah sakit loh, hari ini?”
Alvaro refleks mengulum senyumnya, saat kembali bisa melihat sosok lain dari diri bos dinginnya selama ini. Ternyata Kairo bisa seperhatian dan sebawel itu ya kalau sama orang yang dia sayangi.
Ya! Saat ini, Alvaro memang sengaja menjemput bosnya, dari rumah sakit. Setelah mendapat kabar, kalau Sang Bos belum pulang sejak kemarin. Menemani istrinya yang migrain dadakan.
Kok beritanya gak keren ya?
“Jangan lebai deh, Pak. ‘Kan Bapak sendiri yang bilang. Saya tuh cuma migrain. Jadi, gak usah dibesar-besarkan,” balas Aika malas.
Satu lagi yang membuat Alvaro takbisa menahan senyumnya. Ternyata istri bosnya ini sangat langka dan unik. Orangnya ceplas-ceplos dan suka sekali membantah Si Bos yang notabene-nya, tidak suka dibantah selama ini.
Tak ayal, melihat kedua orang di belakangnya ini, membuat Alvaro percaya. Kalau Tuhan memang tak selalu memberikan apa yang kita inginkan? Tapi akan selalu memberikan apa yang kita butuhkan.
Dibandingkan dengan tunangan Si Bos yang dulu. Sepertinya Si Bos lebih membutuhkan Nyonya Bos yang seperti ini agar hidup Si Bos lebih berwarna.
Dan ya! Itu yang Alvaro lihat selama dua hari ini, setelah mengawal mereka.
“Tapi Kamu baru keluar dari rumah sakit, Aika. Kamu masih butuh istirahat banyak.” Kairo kembali membujuk Aika.
“Saya udah sehat, Bapak. Buktinya, tadi aja sarapan nambah. Iya ‘kan?” terang Aika. Kairo akhirnya hanya bisa menghela napas saja. Bukan karena lelah mendengar alasan konyol Aika tersebut. Tapi lebih ke... lelah berdebat dengan Aika dalam mode batu seperti ini.
Kirain, dia hanya bisa gesrek dan bocor aja. Ternyata, dia punya gelar lain yang harus Kairo waspadai. Yaitu Si Batu. Harus siap-siap makin makan hati dong, kalau kayak gini?
“Ya udah, terserah Kamu saja, pokoknya awas, ya kalau ngadu migrain kumat lagi.” Kairo akhirnya mencoba mengalah. Tak ingin berdebat terus dengan Aika.
Ingat! Mood pada pagi hari itu, bisa mempengaruhi suasana hati sepanjang hari. Karena itulah, sebisa mungkin Kairo tidak mau sampai mood-nya jelek sepagian ini.
“Iya Pak Suami tercinta.” Aika mencubit gemas pipi Kairo. Yang tentu saja langsung ditepis Kairo.
Sudah cukup ya, pamornya turun di depan Aika hari ini, karena ibunya sendiri. Jangan sampai pamornya juga harus ikutan turun di depan Alvaro juga. Karena itulah, sesaat setelah Aika menjawil pipinya, Kairo refleks melihat sepion dalam mobil untuk melirik Alvaro di kursi kemudi depan. Yang sudah mengulum senyum sejak tadi.
Sialan! Hancur sudah image serem yang Kairo bangun selama ini.
“Ya udah, Aika turun di stasiun depan aja, seperti biasa, Pak,” ucap Aika kemudian.
“Uhm ... “ gumam Kairo malas, “Hentikan mobilnya di depan, Al.” Kairo memberikan perintahnya pada Alvaro.
“Loh, Ibu gak sekalian turun di loby kantor aja?” Alvaro bingung mencoba bertanya pada Si Bos, lewat kode matanya.
“Enggak ah, Mas Al. Saya turun di depan aja, udah,” balas Aika sopan. Kairo langsung mendengus kesal.
Giliran sama Alvaro, sopan banget. Giliran sama suami, durhakanya minta ampun.
Dasar istri aneh. Dan apa katanya tadi? Mas Al?
Ck, bisa banget Si Aika nih cari mukanya. Padahal sama Kairo selama ini manggilnya Bapak, Bapak aja. Gak mau manggil abang, apalagi mas.
Padahal, Kairo lebih ganteng dari Si Al, kenapa Aika gak mau manggil Kairo semanis itu. Huh, jadi curiga Kairo. Jangan-jangan, Si Aika sebenarnya suka lagi sama Si Al, makanya sikapnya manis banget dari tadi. Duh, musti waspada dah ini mah.
“Tapi ... “
“Udah, Al.” Kairo tiba-tiba memotong. “Turutin aja,” lanjut Kairo singkat, padat dan jelas. Alvaro mau tak mau menepikan mobilnya, walapun masih setengah bingung.
“Ya udah, Aika pamit ya, Pak, Mas Al. Asalamualaikum.” Aika mencium punggung tangan Kairo. Dan berpamitan sekilas dengan Alvaro.
Lalu setelahnya, Aika pun turun di halte, yang biasa dia diturunkan. Lalu kemudian melenggang dengan riang seperti biasa. Namun, tidak untuk Alvaro yang malah makin bingung melihat semua itu.
“Pak?”
“Dia emang biasa begitu. Udah abaikan saja,” jawab Kairo. Seperti tau apa yang ingin ditanyakan Alvaro.
“Tapi pak, kenapa Ibu gak mau bareng kita. ‘Kan kita ... “
“Karena dia belum siap Viral, katanya.”
Hah?
“Maksudnya?” Alvaro makin kebingungan.
“Ya gitu. Pokoknya, tolong jangan banyak bicara soal Aika pada siapapun dulu ya, Al. Saya gak mau membuatnya terbebani dengan hubungan kami saat ini.” Keterangan yang Kairo kairo berkan sukses membuat Alvaro terdiam. Lalu mengangguk paham, setelah bisa mencerna semuanya.
Tanpa banyak tanya lagi, Alvaro kembali menjalankan mobilnya untuk segera menuju kantor yang sebenarnya satu arah dengan Aika.
Terserah aja deh. Namanya juga penganten dadakan. Wajar, sih, kalau masih malu-malu ungkapin hubungannya.
***
“Pak?” Panggil Alvaro, setelah melihat tamu bosnya meninggalkan ruangan Sang Bos Besar.
“Ya,” jawab Kairo singkat. Tidak melirik Alvaro sama sekali.
Bukannya langsung menjawab, Alvaro malah terlihat kebingungan di tempat.
“Ada apa?” Kairo bertanya lagi, saat Alvaro tak kunjung menjawab.
“Itu, Pak, anu Pak ....” Alvaro masih bingung mengungkapkan maksudnya
“Anu, apa?”
“Anunya Bapak, eh ... “ jawab Alvaro ambigu.
“Hah? Maksud Kamu?” Kairo setengah terkejut mendengar jawaban Alvaro
Kok anunya sampai dibawa-bawa segala. Emang ada masalah apa sama anunya?
“Eh--maksud saya, anu ... itu ...”
Anu lagi?
“Anu apa?” Kairo mulai sabaran.
“Itu, anunya Bapak, eh-- maksudnya, tunangan Bapak,--eh salah, maksud saya mantan tunangan Bapak, ingin bertemu.” Alvaro akhirnya bisa mengungkapkan maksudnya.
Tak ayal, mendengar pernyataan Alvaro tadi, kening Kairo pun makin bertaut bingung.
“Maksud Kamu, Novia?” Kairo mencoba menegaskan praduganya. Alvaro langsung menganggguk begitu saja.
“Iya, Pak. Bu Novia sekarang ada di luar. Katanya, ingin bertemu dengan Bapak sebentar saja, dan....”
“Usir aja,” Kairo memotong ucapan Alvaro dengan tegas tanpa mau menunggu Alvaro menuntaskan kalimatnya. Alvaro terdiam beberapa detik.
“Usir, Pak?” Alvaro mencoba bertanya sekali lagi demi membenarkan pendengarannya.
“Hm ... “ Kairo pun hanya menjawabnya dengan gumaman malas. Alvaro menggaruk rambutnya dengan bingung.
“Tapi, Pak. Saya harus bilang apa sama Bu Novia? Soalnya beliau sudah menunggu Bapak cukup lama di luar.” Alvaro menjelaskan situasi yang ada pada bosnya.
“Terserah Kamu mau bilang apa. Yang jelas, kalau dia datang lagi ke sini. Langsung usir saja dia. Saya sudah tak punya urusan apapun sama dia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Gesrek (Judul Sebelumnya 'Siap, Mas Bos!' (Season 1)
HumorSudah tersedia dalam bentuk cetak dan Ebook. link ada di Bio. jangan lupa Sub, Vote, dan share .... *** Siap, Mas Bos! Ini adalah jawaban yang harus diucapkannya bila mendapat titah dengan Si Bos otoriter. Termasuk saat diperintahkan untuk menjad...