Mas Bos 29

187 26 3
                                    

*Happy Reading*

Tadi pagi Bianca bilang, cara cepat merayu pria itu ya, dengan cipok-cipokan atau langsung aja perang di atas ranjang. Stres yang dirasakan kepala pria berpengaruh dengan tegangnya kepala bagian lainnya, yang ada di pangkal kaki bagian atas. Maka dari itu, memuaskan si kepala kecil bagian itu, sangat berpengaruh pada semuanya.

Jika si kepala kecil itu selalu bisa muntah dan tidur manja setelahnya, maka otak pria pun tak akan stres dan bisa diajak kompromi dalam segala hal. Termasuk memberikan kata maaf, yang kadang terhalang ego seorang pria. Kalaupun nggak mau sampai kebablasan. ‘Kan masih bisa dengan cara lain menyenangkan si botak kecil itu.  Misal, dengan permainan tangan atau mulut. Yang penting si botak bisa muntah aja dulu, biar kepala atas nggak stres lagi.

Sebenarnya, tak ada yang salah, sih, dengan saran yang Bianca sebutkan tadi. Dalam ilmu kedokteran pun ada. Masalahnya, Aika nggak mungkin senekad itu ‘kan? Melakukan touch-touch manja pada Kairo agar Kairo bisa mengerang keenakan, demi sebuah maaf.

Oke, Aika akui, ia memang kadang frontal membicarakan hal itu. Namun, percayalah, sebenarnya Aika ini, hanya berani di mulut saja. Jika dia ditantang buat praktik langsung. Nyalinya pasti akan menciut.

Seperti saat ini, ketika Kairo ingin menaikan level permainan bibirnya lebih intens lagi, dan menjelajahi bagian lain tubuh atas Aika. Ia pun sontak menegang, dan mendorong tubuh Kairo menjauh begitu saja. Kairo langsung merasa kehilangan.

“Maaf, ... tapi ... jangan di sini ya, Pak?” pinta Aika. Napasnya masih tersengal-sengal akibat pemainan bibir dan tangan yang Kairo ciptakan.

Kairo menatapnya dengan tidak terima dan kesal, karena sudah kepalang ‘pengen’. Katakan Kairo gila. Tapi, entah mengapa setelah membuat Aika luluh dengan permainan bibirnya. Kairo sendiri juga ikut takluk pada rasa manis dari bibir Aika yang membuatnya mabuk kepayang. Karena itulah, sekalipun ini masih di kantor, bahkan masih dalam jam operasional. Kebutuhan lainnya hadir begitu saja dan minta segera dipuaskan. Kairo langsung membopong Aika ke dalam kamar pribadinya di ruangan itu, yang biasa Kairo gunakan untuk istirahat sejenak, di kala stres menghampirinya. Atau dia gunakan untuk bermalam, setelah lembur hingga malas pulang. 

Kairo pikir, wajar ‘kan, kalau dia meminta haknya sekarang. Karena Aika ‘kan, istrinya. Aika sudah halal untuknya. Berhubungan badan dengan istrinya sendiri, justru akan menghasilkan pahala untuk mereka berdua. 

Walaupun memang moment minta hak ini, terlalu terburu dan lupa tempat. Sebagus apapun ruangan istirahat Kairo. Mungkin dia lupa, kalau seorang wanita itu butuh hal romantis untuk bisa lebih menikmati moment pelaksanaan kewajiban itu.

Apalagi, ini pelaksanaan yang pertama. Yang sudah pasti akan dia kenang seumur hidup. Segesrek apapun Aika. Dia pasti ingin dispesialkannya. Mendengar permintaan Aika, Kairo awalnya ingin marah, dan kalau bisa memaksa Aika untuk melayaninya. Namun, melihat binar mata Aika yang tidak biasanya, bahkan terkesan ketakutan. Kairo sadar, kalau dia terlalu terburu-buru, dan lupa, kalau Aika punya pengalaman pedih akan hal itu.

Kairo pun langsung menyugar rambutnya dengan kasar, berusaha meredam gejolak rasa yang masih menuntut saja untuk dipuaskan di bawah sana. Setelah semuanya tak lagi mendesak. Kairo menghampiri Aika perlahan berniat menenangkannya. Bagaimana pun, Aika adalah istrinya. Kairo sudah berikrar menerima Aika apa adanya. Termasuk kekurangannya yang satu ini.

“Aika?” Kairo memanggil tanpa berani menyentuh Aika. Apalagi memaksa memeluknya untuk sekedar menenangkan Aika. Kairo takut Aika kaget, dan malah ngamuk akibat ingat kejadian dulu.

Alih-alih langsung menyentuh Aika. Kairo lebih memilih bersimpuh di pinggiran tempat tidur, tepat di mana Aika langsung bisa menatapnya.

“Maaf, ya. Saya terlalu menuntut Kamu.” ucap Kairo Lagi. Ditatapnya Aika, demi mencoba membaca apa yang sedang dipikirkan Aika.

Syukurlah. Mata itu tidak tampak kosong, seperti tempo hari setelah melihat lukisan balerina. Bahkan, sepertinya Aika bisa menyimak dengan baik suara Kairo.

“Aika?” panggil Kairo lagi. Masih dalam posisi berlutut di samping Aika.“Kamu mau, Kan? Memaafkan saya?” ucap Kairo. Dia menyodorkan tangan ke hadapan Aika. Berusaha meyakinkan, kalau Aika hanya sedikit shock saja, tidak benar-benar terbawa ingatan masa lalu.

Aika menatap lekat tangan Kairo. Tanpa ada pergerakan lebih untuk sekedar menerima. Atau pun menyambutnya. Bahkan alih-alih menyambut tangan itu. Aika malah mengalihkan fokus pada Kairo, dan lalu bertanya.

“Bapak kok nggak maksa saya kayak yang lain?”

DEG!

Jantung Kairo nyaris copot mendengar hal itu. Apa mungkin Aika sudah ingat kejadian itu?

“Maksud Kamu apa, Aika?” tanya Kairo ingin memastikan sesuatu.

Aika tidak memberikan jawaban. Malah terus menatap Kairo dengan lekat. Kairo bingung harus bersikap atau bicara apa lagi.

“Aika?” Karena tak segera mendapat jawaban dari Aika. Kairo pun memanggilnya lagi. Aika mengerjap dua kali. Sebelum akhirnya tersenyum dan berkata.

“Bapak jangan lesu gini, dong.” Katanya, malah membelai rahang Kairo. “Saya, ‘kan, bukan bilang nggak mau, Pak. Tapi, jangan di sini. Karena ini masih di kantor,” tambahnya lagi. Alis Kairo menukik tajam.

Kok, ngomongnya nggak sinkron dengan ucapannya di awal. Dia beneran shock, atau cuma ngerjain Kairo aja sih?

“Jadi, sabar dikit ya, Pak. Nanti saya kasih servis memusakan deh. Tapi, di rumah aja ya, jangan di sini, bye... bye ....” Aika berucap sambil mengerling nakal, sebelum turun dan menempelkan bibirnya pada pipi Kairo yang mulus dari bulu jambang.

Setelah itu, Aika berlalu dengan cepat, meninggalkan Kairo yang masih melongo bingung.

Jadi, Aika beneran belum ingat, ‘kan? Sama masa lalunya?

Sementara itu, sesampainya di luar ruangan Kairo. Alih-alih langsung turun ke ruangannya, Aika malah turun langsung ke lantai lobi. Langsung menuju Toilet wanita.

Bukan untuk menuntaskan hajat atau apa, tapi lebih ke ... sedang ingin menuntaskan rasa sesak di hatinya. Dia mulai teringat kejadian nahas itu.

Walapun memang belum semuanya, tapi apa yang Aika ingat saat ini. Cukup membuatnya jijik pada dirinya sendiri.

Dia kotor!

Lepasin! gue mohon ....”

Shut sayang, kami cuma mau ngasih Kamu enak doang, kok. Jadi nurut ya?”

Aika pun berkali-kali menggelengkan kepala, bahkan sampai memukul-mukulnya dengan keras, demi bisa menghilangkan ingat masa lalu brengsek itu. Sambil memangis tertahan di bilik pojok toilet lantai itu.

Aika, diem! Orang mau dikasih enak malah nggak mau, bego banget lo! Buruan buka mulut lo!”

Nggak mau! Lepasin! Abang! Tolong, Aika! Mereka mau jahatin, Aika!”

Sekali lagi, Aika menjambak rambutnya keras, agar kilasan masa lalu itu segera pergi. Kemudian hilang seperti yang sudah-sudah setelah dia bangun dari mimpinya.

Ya! Ini pasti hanya mimpi, ‘kan? Iya, ‘kan? Tolong, katakan kalau ini cuma mimpi. Aika mohon!

Istriku Gesrek (Judul Sebelumnya 'Siap, Mas Bos!' (Season 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang