enam

15 5 5
                                    

Kata orang, marah itu tandanya sayang.
_______

"Kalau abang belum jemput itu ya tunggu!". Kesalnya, dengan kedua tangan yang bersedekap di depan dada.

Ingin sekali aku menjawab, 'aku udah nunggu tapi Abang lamaaa'. Tapi, aku belum berani. Hanya bisa menunduk diam, sambil memperhatikan ekspresi wajah nya lewat kaca spion. Sepertinya bang Ali sangat marah.

"Kenapa gak jalan kaki aja sekalian?!".

"Kan jauh".

Aku menjawabnya dengan polos dan tersenyum. Suka sekali bang Ali marah padaku, tandanya dia sayang kan? .

"Kalo tadi bener di anter sampe rumah ya syukur, kalo gak? Bisa ancur!".

Tuh kan, bang Ali peduli. Aku hanya mengangguk pelan dan memasang wajah menunduk takut, sepertinya bang Ali melirik ku lewat kaca spion nya. Sama seperti aku melihatnya tadi.

"Gak bisa jawab?!".

Di dalam hati ku bersorak bahagia melihat bang Ali marah seperti ini.Tapi di wajah aku pura-pura merasa bersalah.
"Dia itu anak baik-baik bang", lirihku.

"Halah, semua yang baik juga bisa berubah jadi gak baik!". Tegas nya, kemudian kembali melaju dengan kecepatan sedang.

Abang juga tadi bilang, kalau dia ketiduran sampai telat untuk menjemput ku. Orang rumah juga tidak ada yang membangun kan nya. Mungkin, pada sibuk dengan segala urusannya.

----

Sesampainya di rumah, keadaannya masih sepi dan sunyi. Ayah, Bunda, juga kak Ifah tidak ada. Hm, kemana mereka?. Entahlah, nanti juga pada pulang.  Mungkin ada urusan. Aku segera membersihkan badan, kemudian kembali mengurung diri di kamar.

Baru beberapa menit, suara salam terdengar. Aku keluar untuk menemui mereka. "Darimana Bun?", tanyaku.

"Itu, tadi jenguk tetangga baru pulang dari rumah sakit", jelas bunda.

Aku mengangguk mengerti, kemudian pamit masuk ke dalam kamar kembali. Baru selangkah, bunda bertanya, "tadi abang jemput nya telat gak?".

Aku meringis pelan, berpapasan dengan Abang yang keluar dari kamarnya. "Telat Bun, tadi ketiduran". Jawabnya.

"Abang iniii", gemas bunda sembari menjewer kuping bang ali, membuat empu nya meringis pelan minta di lepaskan.

Aku yang melihatnya tertawa pelan, tapi bang Ali menatapku dengan tatapan yang tajam.

'Hei, aku salah ya?', batinku bertanya.


he is my brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang