enambelas

5 2 0
                                    


Kalau bisa ya yang Istiqomah, tapi namanya iman,  juga pasti naik turun, kan?

____

Yah, ini memang kesalahan ku. Aku masih suka tersandung ke masalalu.
Mulai mengendur semangat shalat ku.
Mengaji yang mulai aku jalani pun, sudah terkontaminasi oleh rasa malas yang dari diri sendiri.

Mulai juga hubungan ku pada Tuhan renggang. Itu yang aku rasakan. Bang Ali seperti mulai dingin kembali. Aku masih tidak mengerti, kok bisa ya seperti ini. Kenapa berpengaruh sekali?

Ahhh sepertinya aku harus segera mengembalikan ketaatan ku, sebelum jauh ke futuran ku. Aku akan mulai memperbaikinya, sesegera mungkin.

Hari ini, ada upacara memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Aku mendapat giliran sore hari, sedang kak iffah mendapat giliran di pagi hari.

Paginya, kak iffah diantar oleh bang Ali. Ayah sedang keluar kota, Bunda ada urusan yang mendesak. Jadilah aku juga minta diantar oleh bang Ali. Tapi, jawaban nya membuatku tidak sanggup menahan air mata.

"Pakai sepeda aja sana!"

Masalah nya tempat upacara kali ini bukan di sekolah bang. Ini tu tempat nya lumayan jauh, dan bisa dibilang jauh dari rumah. Apalagi sore hari ini masih sangat panas. Apa Setega itu sama aku? Kepanasan, sendirian.

Tidak bisa membalas jawaban nya, hanya diam, sembari membatin seperti itu. Dan, air mata yang tidak tertahan.

Dan sakit yang lebih terasa, kenapa kak iffah diantar sedang aku tidak? Apa bedanya? Tempatnya sama, statusnya saudara kandungnya juga sama. Terus apa yang jadi masalah nya?

Aku mengunci diri di dalam kamar. Menangis sesenggukan merasakan sakit yang pernah hilang. Dan kini, kembali lagi dan rasanya lebih sakit.
Aku tidak tahu, kenapa bisa se sesak dan se sakit ini. Perih sekali, di pilih kasih i.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

he is my brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang