tigabelas

3 4 3
                                    

Semakin yakin kita kepada Tuhan, maka semakin pula keajaiban yang akan kita dapatkan.
____________

Bang Ali ternyata sudah menunggu di depan pintu gerbang masuk sekolah. Dan wahh rambutnya sudah rapi, dan bertambah tampan pasti.

Aku tersenyum menghampirinya, "Udah lama bang?"tanyaku. Dan hanya sebuah gelengan kepala yang kudapat.

"Cepet naik!"

Aku pun mengangguk dan segera naik ke jok motor dibelakang.

"Cari makan mau nggak?", bang Ali bertanya ketika motor belum berjalan.

"Mau!", jawabku dengan cepat dan semangat. Bang Ali terkekeh pelan melihatnya.

__

Sesampainya di warung bakso, bang Ali berhenti, aku pun turun dari motor. Setelahnya masuk dan duduk di kursi plastik yang disediakan.

"Mau makan apa?" tanya bang Ali.

"Mie ayam aja, sama es jeruk" jawab ku.

Bang Ali pun pergi untuk memesan. Tak lama dia kembali dan ikut duduk di depanku. Kemudian mengambil hpnya dan mulai lah, sibuk dengan game nya.Tidak lama, pesanan diantar ke meja kami.

Saat asik menikmati, tiba-tiba ada yang menyapa ku , "Zakiyah!" .
Aku menengok ke arah nya. Ternyata Akmal- teman sekelas ku yang tadi pun ikut ekskul drumband.

"Eh iya", balasku dengan senyuman tipis, sambil menahan pedas dari sambal mie ayam yang sepertinya kebanyakan.

"Bang", Akmal juga menyapa bang Ali dengan kepala yang mengangguk  sopan.

Bang Ali tak membalas, hanya melihat sekilas, dengan raut wajah bingung kemudian meneruskan acara makannya. Akmal jadi kikuk sendiri, bersamaan juga dengan diriku yang ikut kikuk sepertinya.

Akmal pamit dengan tangan yang menggaruk tengkuknya yang sepertinya tidak gatal. Dan aku hanya mengangguk dengan menyengir tidak enak.

Aku kira Akmal pesan kemudian pulang, ternyata dia malah kembali lagi ke mejaku dan ikut duduk bersama.

"Boleh gabung kan?" tanyanya meyakinkan.

Aku mengangguk ragu dengan melihat ke arah bang Ali yang sepertinya sama sekali tidak peduli.
Mendapat anggukan dariku, Akmal pun tersenyum senang.

Karena masih menunggu pesanannya yang belum jadi, Akmal mengajakku berbasa-basi. Seperti menanyakan hal-hal yang menurutku tidak begitu penting.

Aku juga sungkan untuk melanjutkan makan. Jadi ya ku jawab saja seadanya. Tanpa sadar bang Ali telah menyelesaikan makannya. Cepat sekali, batinku.

Mengaduk es teh yang ada didepannya kemudian menyedotnya pelan, bang Ali melirik aku dan Akmal secara bergantian.

"Lo siapanya adik gue, ha?" tiba-tiba bang Ali bersuara.

Aku dan Akmal yang sedang berbicara pun langsung terdiam, "anu, temen sekelasnya bang, hehe" jawab Akmal dengan nada yang? Sedikit grogi mungkin?.

"Hm", bang Ali hanya berdehem.

"Kenapa, Bang?",aku memberanikan diri untuk bertanya. Bang Ali hanya menggeleng pelan.

"Masih lama gak, makannya?", bang Ali balik bertanya.

"Gak kok", aku menjawab cepat.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya aku selesai dengan makanan ku, dan pesanan Akmal yang baru datang, aku jadi tidak enak meninggalkan Akmal sendirian. Tapi , lebih tidak enak lagi dengan bang Ali yang dari raut wajahnya sudah bosan disini.

"Udah bang", aku melapor.

"Yaudah, pulang!", Bang Ali berdiri mendahului.

Aku pun mengangguk dan berpamitan kepada Akmal, "Akmal, sorry ya, gue duluan. Gak papa kan?" tanyaku khawatir.

"Iya, santai aja, gak papa kok, lagian gak enak juga sama Abang Lo. Lain kali, mau gak makan berdua?", jawabnya panjang lebar kali tinggi.

"Emm, nanti aku pikir dulu ya".

"Oke, kalo misalkan mau, nanti gue jem-", belum selesai Akmal berbicara bang Ali datang lagi ke dalam kemudian mengambil tanganku dan mengajakku segera keluar.

"Duluan ya, Mal!",seru ku dengan sedikit mengeraskan suara.

Kulihat, Akmal tersenyum canggung dan raut wajah yang sedikit kesal juga kebingungan. Entahlah, Aku juga tidak mengerti, kenapa bang Ali se posesif ini.

Tunggu, Posesif?. Ahaha.

he is my brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang