empatbelas

5 4 6
                                    

Tidak semua tawa itu berarti bahagia. Bisa jadi kan, tertekan lalu jadi gila?, Ehh astaghfirullah.

______

Hari Senin.

Pasti hari ini upacara, mana cuacanya cerah . Rasanya jadi ogah. Tapi yasudah lah.

"Pagiku cerah, matahari bersinar, kugendong tas hem hem ku".

Itu suara kak iffah. Semangat sekali sepertinya.

"Pagi dek!" sapa nya saat sampai di meja makan.

Aku yang masih mengunyah sarapan pagi ini pun hanya mengangguk dan tersenyum senang.

"Woy! Disini ada orang lain, gak disapa juga?!" Bang Ali pagi-pagi sudah nge gas sekali.

Kak iffah tidak menanggapi, malah asik sibuk mengambil makanan ke piring nya sembari bersenandung kecil. Merasa tidak dianggap ada, bang Ali sepertinya kesal juga.

"Heh! Sapa dong Abangnya!", perintah bang Ali sambil mencolek-colek lengan kak iffah yang masih sibuk memilih lauk.

Kak iffah berdecak, "Apasih?", seperti ada nada emosi disini. "Bundaaa Ayahh, Abang ni nakal!", adunya.

Bang Ali mengernyitkan dahinya, aku pun demikian. Bang Ali pun menyentil dahi kak iffah dengan jari tangannya.

"WADUHH HUHU, AYAH BUNDA! BANG ALI NAKAL!", Seketika bang Ali jadi panik. Aku tersenyum geli, menahan tawa. Apalagi dengan kak iffah yang matanya sudah berkaca-kaca seperti sakit betulan.

"Kenapa sih? Pagi-pagi udah ngedrama aja?", bunda datang dengan ayah di belakangnya.

"Abang ni nakal!", jawab kak iffah dengan mengelus dahinya.

Bang Ali mencebik, " Lebay!", ujarnya santai, padahal tadi terlihat begitu panik.

Tapi drama kak iffah tidak di perpanjang. Memilih melanjutkan sarapannya dengan tenang. Demikian juga dengan aku, bang Ali, serta ayah dan bunda.

___

Selesai upacara tadi, aku dan teman sebangku memilih ke UKS. Bukan sakit atau apa, tapi membeli air mineral dingin yang tersedia di UKS.

Beberapa diantaranya ada yang benar-benar sakit, bahkan tadi juga ada yang pingsan. Tentunya yang pura-pura juga ada.

Belum sempat membeli, ada sebuah tangan yang menyodorkan minuman ke arahku. Aku melihat siapa pelakunya, ternyata , Akmal.

"Buat Lo!", jelasnya.

"Thanks",dengan ragu aku menerima nya. Tidak enak juga kan, menolak pemberian? Sedang, temanku sudah ikutan duduk di spring bed yang ditempati beberapa siswa.

"Jadi gimana soal kemarin?", tanyanya.

"Yang mana?", Aku balik bertanya. Jujur aku lupa, kemarin yang di warung bakso kah? Atau yang mana?.

"Yang gue ngajak Lo makan berdua", jelasnya.

"Oh, iya, kapan?"

"Nanti?"

"Pulang sekolah?"

"Boleh, nanti pulang nya gue anterin!"

"Boleh deh"

"Gak di anter sama Abang Lo kan?"

"Enggak"

"Oke, nanti ketemu di parkiran aja ya!"

Aku mengangguk sebagai jawaban.

___

Pelajaran selesai, dan bel pulang sudah terdengar. Tentu aku tidak lupa  ada janji dengan Akmal. Menuju ke parkiran, sudah ada dia dengan beberapa temannya yang mengobrol.

"Hai!", Akmal menyapaku lebih dulu. Aku tersenyum dan membalas sapaannya.

"Hai!", salah seorang temannya ikut menyapa ku. Aku hanya tersenyum, lebih ke canggung sebenarnya.

"Zakiyah ya?", tanya seorang laki-laki yang terlihat cool.

"Eh, iya" jawabku.

"Gue punya kembaran namanya juga Zakiyah. Seringnya dipanggil Zaza, nah nama gue Zulkifli, seringnya dipanggil Zuzu, jadi gue sama kembaran gue di panggilnya Zaza dan Zuzu, ahaha", ceritanya.

Aku bahkan tidak menyangka, padahal tadi terlihat cool sekali, ta-tapi kok? Jadi begini? Aku yang bingung harus menanggapi nya seperti apa, memandang ke Akmal meminta bantuan.

Teman-temannya yang lain pun ikut saling pandang, sampai akhirnya beberapa makian terlontar.

"Gak jelas lu, pinter!", salah satu dari mereka menabok pelan bahu Zulkifli. Yang ditabok malah semakin keras tertawa nya.

"Ahaha, sumpah lucu ege!", Zulkifli menjawab dengan tangan yang memegangi perutnya yang mungkin sakit saking kerasnya tertawa.

Apa yang lucu? Aku hanya bisa membatin. Teman-temannya yang lain pun menggeleng-gelengkan kepalanya masing-masing, sambil memandang kearah Zulkifli, prihatin.

"Za!, Dah , yok pergi aja! Gak jelas emang tu orang", Akmal mengajakku naik ke motor nya.

"Bubar, bubar, bubar", salah satunya membubarkan dengan tangan seolah mengusir untuk pergi

Sementara Zulkifli? Masih dengan tawanya sendiri, dan memegangi perutnya. "Zaza dan Zuzu?" dia bertanya sendiri

" Ahaha lucu! "

"Anj- jasmara!"

Beberapa kosa kata yang kudengar dari Zulkifli sebelum Motor Akmal  benar-benar pergi jauh darinya.

he is my brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang