Jangan lupa VOTE and KOMEN 😉
Happy reading:)--------------------------***---------------------------
"HAH?? LO GILA??" pekik Ara keras, Ara langsung menegakkan tubuhnya. Menatap Anin, ia menggeleng kepala tidak percaya dengan apa yang dilakukan Anin. Pantesan aja papanya sangat marah, ternyata kakaknya memang gila.
Anin menganggukkan kepalanya, menyeka air mata yang jatuh ke pipinya. Bahunya sekarang sangat perih akibat dipukul dengan sabuk kulit milik papanya.
"Sejak kapan lo jadi psikopat kayak gini? Gila lo kak, gue gak nyangka banget" Ara masih tidak percaya Anin bisa melakukan perbuatan seperti itu, ia mengusap wajahnya kasar. Memegang kepalanya yang berdenyut, ia merasa pusing.
"Sejak cewek freak itu muncul di kehidupan gue, gue benci banget sama dia" Ara mendongakkan kepalanya, menatap Anin yang sepertinya menahan emosi. Terlihat dari tangannya mengepal dan rahangnya mengeras, Ara jadi penasaran siapa cewek yang membuat Anin berubah jadi jahat gini. "Cewek freak? Siapa?"
"Ada, nanti kalo lo udah masuk di SMA yang sama kayak gue. Lo juga bakal tau sendiri"
"Emang dia ngelakuin apa sama lo? Sampai-sampai lo benci banget dan nekat mau bunuh dia?" Ara berjalan mendekat ke Anin yang duduk di kasur, jiwa kepo Ara sudah meronta-ronta.
"Dia rebut gebetan gue" jawab Anin tanpa menoleh ke Ara.
"Cih ilah cuma perkara gitu doang lo sampek mau bunuh dia?"
"Lo gak tau gimana rasanya jadi gue, Ra" Anin mulai menatap Ara, tatapannya sedikit tajam.
Ara tersenyum miring, "kata siapa?"
"Lo tau Mira? Dia sekarang udah pacaran sama orang lain. Nasip kita sama kak, tapi gue masih waras gak gila kayak lo" Ara bangkit dari duduknya, menatap Anin sekilas lalu berjalan menuju kamarnya yang ada di sebelah kamar Anin.
"Sampai kapanpun gue bakal siksa lo terus, Chika" batin Anin, darahnya selalu mendidih jika menyebut nama Chika. Ia melepas pakaiannya, melihat bahunya yang lebam. Ia berjalan menuju kamar mandi, menghidupkan shower air hangat setelah cukup ia merebahkan tubuhnya di bathtub yang sudah terisi penuh oleh busa sabun. Ia meringis saat merasakan perih di bahunya, ia memejamkan matanya mencoba rileks.
Flashback end
Seketika emosi Ara naik saat mengingat kejadian satu tahun lalu, raut wajah Ara berubah total tidak ada senyuman manis disana. Rahangnya mengeras, tangannya meremas selimut yang Chika pakai, ia memejamkan matanya lalu menunduk dalam.
Chika yang melihat Ara jadi bingung, tapi ia sadar kalau Ara pasti merasa bersalah atas perilaku Anin kepadanya. Chika jadi khawatir Ara akan marah ke Anin, karena dengan begitu Anin akan semakin membencinya bukan?
Chika menarik lembut dagu Ara, mengarahkan pandangan Ara kepadanya. "Hey, aku gakpapa kok. Aku gak akan marah, Ra"
"Dan aku gak akan jauhin kamu" lanjutnya. Chika menyentuh punggung tangan Ara yang masih meremas selimut, perlahan tangan Ara melepaskan remasannya lalu menggenggam erat tangan Chika.
"Maaf ya, kak" Ara mencium punggung tangan Chika lama, ciumannya sangat lembut membuat kedua sudut bibir Chika terangkat.
"Aku janji, mulai sekarang aku bakal ngelindungi kamu dari siapapun. Dan aku akan menghabisi orang yang berani nyakitin kamu dengan tangan aku sendiri, tidak terkecuali kakak aku sekalipun". Ara mengelus pipi Chika, menatap dalam mata coklat Chika.
"Jangan Ra, aku gak mau kamu bertengkar sama kak Anin gara-gara aku". Ara dengan cepat menggeleng, "aku marah ke kak Anin itu karena sikapnya sendiri, bukan gara-gara kamu". Ucap Ara sangat lembut dan terdengar sangat tulus, tangannya masih setia mengelus pipi Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST LOVE ✓
Teen Fiction"Aku akan mencintai kamu sampai jantung ini berhenti berdetak" -Chika "Terimakasih atas kenangannya, kamu cinta pertama aku dan kamu akan tetap jadi cinta terakhir aku" -Ara "Jaga pemberian aku baik-baik ya, Ra" -Chika "Kamu akan selamanya ada di...