LAST LOVE : 20

3.6K 401 9
                                    

Jangan lupa VOTE and KOMEN 😉
Happy reading:)

--------------------------***---------------------------

Tok! Tok! Tok!

"Masuk"

"Kak Anin" panggil Ara, malam ini ia berniat untuk meminta maaf kepada kakaknya. Ara merasa sangat bersalah telah menuduh Anin mencelakai Chika.

"Ara? Kenapa lagi? Belum puas lo marah-marah ke gue? Jadi ceritanya mau dilan-"

"Gue mau minta maaf" potong Ara cepat, ia tidak suka basa-basi.

"Minta maaf?" Bingung Anin, pasalnya ia sangat tidak menyangka Ara akan bicara seperti itu, Ara abis diruqiyah apa gimana? Tidak biasanya Ara meminta maaf lebih dulu, biasanya gengsi.

"Iya soal kejadian kemarin, kata kak Chika bukan lo pelakunya" Ara menunduk menyesali perbuatannya. Anin dibuat semakin bingung dengan sikap Ara yang berubah? Ahh entahlah.

"Emang bukan gue" jawab Anin sewot, jujur ia masih sakit hati sama perbuatan Ara kemarin. Enak aja main nuduh tanpa bukti, sembarangan ngefitnah orang.

"Ya makanya gue minta maaf" Ara masih menunduk, memainkan jarinya sendiri.

Melihat Ara seperti itu membuat Anin kasian, lagian Ara adiknya sendiri. Pasti ada lah rasa sayang Anin ke Ara, cuma gak ditunjukin aja. "Gakpapa, udah gue maafin"

"Thanks kak" Ara berjalan mendekat, ia memeluk Anin. Jarang sekali moment kayak gini terjadi, biasanya mereka ribut terus.

"Iya santai aja, lo sayang banget ya sama Chika?" Tanya Anin saat pelukan mereka terlepas, sebenarnya itu pertanyaan bodoh. Ya jelaslah Ara sayang sama Chika, kalo enggak ngapain juga Ara belain Chika sampai segitunya.

"Sayang banget lah kak"

Anin mengangguk, lalu tersenyum "gue juga minta maaf ya, gue sadar perbuatan gue ke Chika dulu kelewatan banget. Vivi udah jelasin semuanya ke gue kalo Chika gak seburuk yang gue pikir, gue bakal minta maaf juga ke Chika langsung"

Ara seneng banget dengernya, akhirnya Anin mau berubah. Semoga ini awal yang baik untuk hubungannya dengan Chika, tinggal papanya aja yang masih keras kepala.

"Untuk menebus kesalahan gue, gimana kalo gue bantuin cari orang yang udah nyelakain Chika?" Tawar Anin, senyum Ara langsung merekah. Entah kenapa senyumnya itu menular ke Anin, terakhir kali Ara senyum kepadanya itu sekitar 5-6 tahun yang lalu kali.

Wajar gak sih kalau Anin jadi kangen banget sama adeknya ini? Padahal mereka setiap hari ketemu. Satu rumah, kamar sebelah pula.

"Ide bagus"

"Tapi lo juga harus berterima kasih juga ke dia, karena itu lo jadi bisa nginep di rumah Chika. Lo pasti tidur berdua kan sama dia? Anget banget dong HAHAH" Anin tertawa di akhir kalimatnya, Ara hanya tersenyum kecil. Pertanyaan Anin barusan terdengar sangat ambigu di telinganya.

"Otak lo perlu dibawa ke laundry kak, sekali-kali dicuci biar gak kotor" balas Ara yang langsung mendapat jitakan dari Anin. "Sialan"

"Gue ke kamar dulu ya, cepek mau istirahat"
Pamit Ara, perlahan melenggang pergi dari kamar Anin.

"Kalau aja papa sama mama tau kita seperti ini, mereka pasti seneng banget Ra" gumam Anin saat Ara sudah keluar dari kamarnya.

--
--

Ara merebahkan tubuhnya di atas kasur, melempar tasnya ke sembarang arah. Ara meraih HP nya yang ada di saku, lalu mengabari Chika jika dirinya sudah sampai rumah dengan selamat.

LAST LOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang