Jangan lupa VOTE and KOMEN 😉
Happy reading:)---------------------------***--------------------------
Vierra - Perih
Ara, Vivi, Chika, sama Anin sudah sampai di rumah Zee. Ohh iya tadi Ara ngajak Anin ikut, alasannya supaya Vivi tidak sendiri. Padahal mah dia mau nyomblang'in Vivi sama Anin.
Mereka berempat sudah dapat izin dari orang tua Zee untuk pergi ke kamar Zee, Ara membuka pintu kamar Zee dengan pelan.
Ternyata Zee sedang tidur, Ara berjalan mendekati Zee. Menempelkan punggung tangannya dikening Zee, ternyata Zee deman tinggi. Keningnya sangat panas, kalau diceplokin telur auto mateng tuh telurnya.
"Cell...."
"Acell..."
"Ja-jangan tinggalin aku, cel..." Racau Zee dengan mata tertutup rapat, ia menggenggam tangan Ara erat seolah-olah itu adalah Ashel.
"Aku sayang banget sama kamu, aku cinta kamu cel..."
"Please jangan tinggalin aku..."
"Acell ssttt" racau Zee sambil menggigil kedinginan, padahal AC di kamar Zee mati dan Zee juga memakai jaket tebal dan dua lapis selimut.
"Ini gak mau dibawa ke rumah sakit aja? Kasian gilaa" ujar Vivi khawatir, ia takut melihat wajah Zee yang sangat pucat dan terus memanggil nama Ashel. Serem aja menurut Vivi.
"Ra, mending kita bujuk Ashel buat kesini. Kasian Zee, mungkin dia kayak gini gara-gara kangen sama Ashel" ucap Chika setengah berbisik, takut suaranya dapat membangunkan Zee. Chika berdiri di samping Ara yang sedang mengelus puncak kepala sahabatnya itu, hati Ara teriris lihat sahabatnya tidak berdaya seperti saat ini.
Baru kali ini Zee diputusin cewek malah deman tinggi kayak gini, biasanya dia yang mutusin dan malah seneng terus besoknya dapet cewek baru lagi. Sekarang?
"Iya, nanti biar aku aja yang ngomong ke Ashel" mata Ara berkaca-kaca, ia tidak tega. Ara merindukan sosok Zee yang penuh semangat, banyak ngomong, petakilan, dan nyebelin pastinya.
"Zee, cepet sembuh ya kawan. Ya, meskipun lo sering hina-hina gue jomblo tapi gue udah anggep lo sebagai sahabat sekaligus adek gue sendiri" Vivi ikutan mengelus puncak kepala Zee.
"Iya, gue dikelas kesepian Zee kalo gak ada lo" timpal Ara dengan suara yang kecil.
Sama dengan Vivi, Anin juga merasakan ada yang aneh. Apa cuma perasaannya saja? Anin sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai seseorang tiba-tiba menggenggam tangannya.
Anin menundukkan kepalanya, melihat jari-jemari Vivi yang bertautan dengan jarinya. Vivi lagi kesambet kah? Tumben banget pegang-pegang tangan Anin.
Anin terus memperhatikan tautan tangannya yang bikin gesrek, sambil senyum-senyum sendiri. Untungnya Ara sama Chika gak lihat karena tangan mereka tertutup oleh kasur Zee.
Tidak lama dari itu, Zee perlahan mulai membuka matanya. Mengerjapkan matanya berkali-kali, bergantian melihat orang-orang yang ada disekitarnya.
"Zee" Ara mendudukkan dirinya di samping Zee.
"Raa..."
"Ashel Ra..."
"Ashel mana? Gue pengen ketemu sama dia, gue mau jelasin semuanya ke dia..."
"D-dia salah paham Ra..." Lirih Zee pelan, tapi ia berusaha untuk bangun. Ara langsung menahan bahu Zee yang ingin beranjak dari tidurnya, ia menenangkan Zee dan menyuruhnya untuk tiduran lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST LOVE ✓
Teen Fiction"Aku akan mencintai kamu sampai jantung ini berhenti berdetak" -Chika "Terimakasih atas kenangannya, kamu cinta pertama aku dan kamu akan tetap jadi cinta terakhir aku" -Ara "Jaga pemberian aku baik-baik ya, Ra" -Chika "Kamu akan selamanya ada di...